02

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Langit sambil menatap tajam pada diriku lalu menatap pakaian yang sudah aku siapkan di atas tempat tidur.

"Aku hanya menyiapkan pakaian kerja kamu mas."

Satu langkah, dua langkah. Langit semakin mendekat kearahku dengan wajah yang sulit aku baca.

"Auuhhh, sakit Mas." Aku meringis karena Langit mencengkram kedua pipiku dengan sangat keras.

"Kuperingatkan padamu, jangan menyentuh barangku. Karena aku tidak sudih di urus oleh wanita seperti dirimu."

Setelah berkata seperti itu, Langit langsung melepaskan cengkramanya dan mendorong tubuhku dengan kuat, hingga aku terjatuh dengan posisi duduk.

"Sabar.. sabar.. sabar.." Ucapku dalam hati sambil menutup mata. Aku menghembuskan nafas, lalu kembali berdiri dengan senyum kupasang di wajahku.

"Aneh!" Batin Langit saat tanpa sengaja matanya melihat wajahku yang tersenyum.

Aku melangkah mendekat ke arah Langit saat Langit kesulitan untuk memasang dasinya, ku kumpulan keberanianku untuk memasang dasi untuk Langit, namun lebih dulu Langit menepis tanganku.

"Jangan harap tangan kotormu menyentuh diriku" Ucap Langit yang begitu penuh dengan penekanan, membuatku kembali tersakiti dengan kata-katanya.

Hingga keheningan terjadi di dalam kamar, karena aku maupun Langit sibuk dengan pemikiran masing-masing. Aku sibuk memikirkan bagaimana bisa membuat Langit melihatku, Langit menerima kehadiranku sedangkan aku tidak tahu apa yang Langit pikirkan.

Hingga ketukan pintu membuat aku tersadar.

"Tuan, Nyonya. Maaf mengganggu, saya di minta nyonya besar untuk membangunkan Nyonya dan Tuan." Ucap Bibi saat setelah mengetuk pintu kamar.

Aku dan Langit sama-sama berjalan keluar dari dalam kamar.

"Tuan dan Nyonya di tunggu di bawah oleh tuan dan nyonya besar." Kata Bibi sambil menundukkan kepalanya.

"Iya Bi, makasih yah sudah di panggil."

Tanpa menjawab, Langit langsung berjalan mendahuluiku. Aku pun langsung mengekor di belakang tubuh tengap Langit, hingga brukkk. Langit berhenti berjalan, dan aku menambrak tubuh kokohnya.

"Maaf." Kataku

"Jangan katakan apapun pada orang tuaku jika kau ingin hidup aman" Titah Langit lalu kembali berjalan.

......

"Sayang bagaimana hari pertama pernikahan kalian?" Tanya Ibu Lisa mertuaku.

"Ibu, jangan membuat mereka malu." Timpal sang ayah.

Apa aku harus menjawab pada kedua mertuaku yang sudah aku anggap sebagai orang tua kandung, jika Langit tidak menerima ku dan tidak hanya mengingikan pernikahan ini sebgagai pernikahan kontra. Apa harus? Tapi aku tidak mungkin bercerita kepada kedua mertua ku tentang semua ini aku tidak ingin mereka kecewa padaku mengingat betapa mereka sangat baik padaku dari dulu hingga kini dari sebelum aku menjadi istri Langit. Aku tidak ingin mereka kecewa.

"Ayah, Ibu. Aku dan Aqila sudah mengambil keputusan akan tinggal di apartemen milikku." Ucap Langit.

Aku terheran dengan apa yang Langit katakan. Sejak kapan aku dan dirinya membicarakan tentang apartemen. Kenapa Langit membual di pagi hari ini.

"Benar itu sayang?" Tanya mertuaku sambil menatap wajahku.

Aku bingung ingin berkata apa, karena memang aku tidak tahu dengan rencana Langit ini. Akhirnya aku menengok ke arah Langit melihat dirinya meminta penjelasan dari matanya, dan dia hanya menatap tajam pada diriku.

"Sayang katakan, apa yang Langit katakan benar?" Tanya ibu lagi

Langit tetap diam, dengan wajah dinginya namun kaki nya menginjak kakiku yang beeada di bawah meja. Aku pun mengerti sekarang

"Iya bu." Jawabku

Mertuaku menghela nafas, mungkin dia merasa sedih karena harus di tinggal oleh anak semata wayan nya yang amat dia sayangi

"Apa itu harus?" Tanya ibu sambil melihat Langit.

"Sayang ini sudah menjadi keputusan mereka berdua, jadi tolong hargai." Timpal ayah mertuaku.

Ibu tersenyum dan mengiyakan kami untuk tinggal di apartemen. Kini pikiranku hanya berfikir kelak apa yang akan aku lakukan dengan Langit di sana? Hanya berdua dengan dirinya.

"Aku pamit." Langit berdiri dari duduk nya dan berjalan keluar.

"Nak." Panggil mertuaku. "Aqilah ayo sini sayang."

Aku mengikuti mertuaku yang berjalan mendekat ke arah Langit

"Pasangkan suamimu dasi nya."

Aku menatap wajah Langit yang hanya diam mematung. Benar-benar sulit di tebak apa yang ada di dalam pikiran Langit.

"Ayo, pasangkan dasi untuk suamimu."

Satu langkah, dua langkah, akhirnya kini aku berdiri tepat di depan Langit.

"Bismillah" batinku.

Hatiku berdetak tak karuan saat aku memasangkan dasi pada Langit. Sungguh ini pertama kalinya aku melihat wajah Langit dari jarak dekat. Sungguh sempurnah ciptaan Tuhan.

"Selesai.' Kataku sambil tersenyum.

"Cium suamimu." Titah mertuaku membuat aku membulatkan mata.

Cium? Sedangkan di sentuh saja Langit tidak sudi. Apalagi dicium olehku.

Aku masih terdiam hingga satu kecupan mendarat di pucuk kepalaku.

"Aku pamit dulu yah sayang. Baik-baik di rumah, nanti aku menjemputmu dan membawa mu ke apartemen."

Aku diam mematung, sungguh aku tidak menyangka dengan perkataan sayang, dengan ciuman itu. Apakah benar dia adalah Langitku? Atau saat ini aku sedang bermimpi? Langit kau kah itu.

Terpopuler

Comments

Dina Yuwita

Dina Yuwita

mampir kak, bagus ceritanya 😍

2022-06-21

0

@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha

@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha

semangat

2022-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!