15

"Apa yang kamu lakukan?!" Bentak Langit sambil menarik baju kemeja yang sedang aku pengang.

"Aku hanya ingin menyetrika baju saja."

"Jangan sentuh baju ini."

"Maaf, tapi baju itu kusut."

"Diam dan jangan membantah. Atau mau mulutmu aku setrika?"

Langit menatap tajam padaku. Enatah ada apa dengan kemeja itu, sehingga Langit melarangku menyentuhnya.

"Ingat! Sekali lagi aku lihat kamu menyentuh kemeja ku ini. Maka tidak segan-segan, aku akan mematahkan tanganmu." Ancam Langit.

Huffff, lagi dan lagi, aku membuat kesalahan yang sama sekali tidak aku tahu. Yang aku kira aku hanya bertugas melayaninya di masa sisa kontrak nikah. Tapi ini, baru saja kemeja nya aku sentuh Langit sudah memaki diriku.

"Hari ini kamu tidak usah masak. Aku makan diluar." Kata Langit sambil berjalan keluar dari apartemen.

Bersyukurlah aku, karena setidaknya Langit berkata tidak akan makan, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk membuatkan nya lagi menu makan malam.

Setelah Langit pergi bekerja, aku pun langsung berdiri di balkon. Tentunya tidak berani duduk di kursi yang Langit sayangi.

"Cantik." Kata pria yang juga sedang duduk di balkon sebelah.

"Pemandangan tambah cantik di pagi ini, karena melihat wajah kamu. Ouh iya jadi kamu pacar baru sih cowok kulkas itu?"

"Cowok kulkas?" Ulangku sambil menatap pria itu

"Iya dia itu kulkas. Dingin posesif dan rada-rada stres. Masa berpapasan dengan pacarnya dulu, dia langsung marah."

"Oo yah?" Tanyaku.

Dan aku semakin tertarik dengan arah perbincangan ku dengan Attar, pria yang juga tinggal bersebelahan denganku.

"Menurutku pacar kamu baik. Hanya saja dia kelebihan fosesif. Lihat aja, pasti dia bakalan marah nanti ke aku kalau tahu kamu dan aku ngomong bersama."

Aku sih berharapnya begitu Attar, tapi nyatanya? Langit tidak mencintaiku sama sekali. Dan untuk marah padamu, Langit tidak punya alasan sama sekali. Karena aku bukan siapa-siapa nya. Aku hanya seorang pembantu yang mendadak menjadi istri. Istri kontrak lebih tepatnya.

"Hey kenapa melamun? ngak baik loh wanita cantik melamun. Ntar kesabet. Kesambet oleh cintaku. Heheheh"

"Ada ada saja." Protes ku sambil tertawa melihat Attar.

"Ouh iya, boleh minta no ponselmu? siapa tahu besok-besok kamu putus dari pria kulkas itu. Jadi kita bisa lebih kenal dari jarak dekat."

"Aku.." Aku terdiam sesaat, karena memang aku ngak punya ponsel.

"Yah udah kalau ngak mau di kasih. Ngak papa kok."

"Maaf. Tapi aku ngak punya ponsel."

"What? hahahahha" Attar tertawa. "Jaman gini, masih ada aja orang ngak punya ponsel? Lalu bagaimana caranya sih pacar kamu hubungi kamu?"

"Itu. Hhhmm, Attar aku masuk dulu yah. Kapan-kapan kita ngobrol lagi."

Aku pamit karena mendengar suara pintu yang terbuka. Itu pasti Langit.

"Gadis unik. Gadis limited." Gumam Attar.

•••••

"Hebat yah. Belum sebulan udah ngombal-gombalan sama tetangga sebelah." Kata Langit sambil menatap tajam padaku.

"Tidak! tadi kami hanya-,

"Aku lihat semuanya. Jadi ngak usah bohong!" Langit berjalan mendekati diriku. Lalu mencengkram tanganku dengan kasar.

"Kamu itu mura*han. Semua pria kamu dekatin. Sepupuku, dan bahkan tetangga sendiri. Kamu itu gatal"

"Langit." Teriak ku tidak terima dengan apa yang Langit katakan padaku. "Aku bukan wanita seperti yang kamu tuduhkan." Bantah ku tidak terima.

"Apa? kamu masih mau mengelak sedangkan aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."

"Langit." Kembali aku teriak tidak menerima.

Sreeettttt.. Langit merobek bajuku. Hanya dengan sekali sentakan, semua kancing baju depanku terlempar tak beraturan. Membuat kedua gunung kembarku terlihat, untung saja aku masih memakai penutup dalaman.

"Langit. Tolong jangan lakukan itu." Ucapku dengan buliran air mata yang mulai menetes di pipi. Aku berjalan dengan mundur menghidari Langit.

"Tolong jangan lakukan itu." Kataku kembali sambil ku gelengkan kepalaku.

Namun Langit tidak mendengar ucapanku, ia terus berjalan mendekat kearahku dengan tatapan yang siap akan melahapku hidup-hidup.

Dan akupun terjatuh di sofa. Aku menutup kedua dadaku dengan kedua tanganku.

"Jangan lakukan itu Langit"

Namun Langit tetap naik dan duduk tepat di atas tubuhku.

"Ini kan yang kamu inginkan?" Langit meremas dua gunung kembarku dengan kasar.

"Langit lepaskan!" Teriakku.

Dan tanpa berbicara lagi, Langit langsung menenggelamkan kepalanya di antara kedua gunung kebar milikku. Satu tangannya berhasil melepas ikatan bra yang aku pakai. Dan satu tangannya berhasil bermaim di antena milikku.

"Sial." Batin Langit.

"Langit.. Hikkss, hikkkss" aku pun menangis mendapat perlakuan seperti itu dari Langit.

Lalu kemudian Langit menyentuh milikku di bagian bawah dengan sangat kasarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!