Stand Alone
"Tanda tangan! Cepat!" Pintah Langit sambil melemparkan map kehadapan Aqilah.
"Apa ini?" Tanya Aqilah sambil menatap wajah Langit yang terlihat sangat dingin.
"Itu kontrak pernikahan. Cepat tanda tangan"
"Kontrak? Tapi mas, kita baru saja menikah dengan sah di mata hukum dan agama di depan orang tua mu, kenapa harus menandatangani kontrak ini?"
"Bego! Kau pikir aku sudih menikah dengan mu?" Tanya Langit sambil mentap Aqilah. "Kau tidak layak denganku. Kau hanya wanita mata duitan yang hanya ingin menumpang hidup dengan ku."
"Mas."
"Kita menikah hanya setahun dan setelah itu aku akan menceraikan mu. Jadi cepat tanda tangan."
Bagai di sambar petir di sore hari. Aku tidak menyangka jika pernikahan yang aku lakukan pagi tadi berjalan seperti ini. Langit nama pria yang dijodohkan dengan ku tidak menerima pernikahan ini. Dia ingin menjadikan pernikahan ini sebagai nikah kontrak selama setahun. Dadaku sesak seketika, saat aku dengar dari mulutnya bahwa aku tidak layak untuknya. Harusnya ia menolak jika tidak ingin menikah, bukan justru mempermaikan pernikahan dengan nikah kontrak seperti ini.
Dan terpaksa aku harus menandatangani isi perjanjian kotrak tersebut tanpa ku baca sama sekali. Karena tidak ingin bertengkar dengannya, dengan imam yang akan jadi penunjuk arahku kedepan selama setahun.
"Kau tidur di sofa. Jangan berani naik ke atas tempat tidurku." Katanya dengan wajah yang sangat dingin. "Dan, jangan menyentuh barang-barangku." Lalu Langit menutup pintu kamar dengan sangat keras membuat diriku kaget.
Aku hanya bisa menghembuskan nafas secara perlahan, lalu mengusap dadaku dan berharap Langit hanya sedang bercanda gurau dengan perkataannya. Aku berharap Langit sedang menguji kesabaran ku dengan tingkahnya yang barusan ia lakukan padaku.
Tapi meski Langit melarangku menyentuh barang-barang miliknya, aku sebagai istri tidak menggubris ucapannya. Aku sebagai istri tetap harus melayani Langit sebagaimana istri terhadap suaminya.
Kulihat sepatu Langit berserakan di lantai, lantas aku langsung mengambilnya dan menyimpanya ke tempat sepatu agar terlihat rapi, dan setelah itu aku merapikan tempat tidur yang seprei nya berantakan
. Hingga lelah menghampiri, aku pun segerah membersihkan tubuh dan kembali keluar dari kamar menuruni anak tangga menuju dapur.
"Sayang dimana Langit?" Tanya Ibu Lisa, ibu mertuaku.
"Langit, hhm dia-,
Ibu menggenggam kedua tangan ku dan mengajak ku duduk di kursi. "Sayang, kamu harus sabar menghadapi sikap Langit yang sangat cuek dan dingin. Langit walau pun seperti itu tapi dia punya sisi yang lembut, dia tipe laki-laki yang setia. Percaya sama ibu."
"Iya Bu." Ucapku sambil menganggukkan kepala.
"Sabarlah nak, ibu tahu Langit hanya belum menerima kenyataan ini. Tapi ibu yakin, Langit pasti akan menerima mu dan mencintaimu kelak. Jadi ibu mohon bersabarlah"
Aku hanya bisa tersenyum mendengar ibu mertuaku menceritakan tentang Langit kepadaku, tentang masa kecil Langit, tentang apa yang Langit sukai dan tidak sukai. Seketika aku berharap bisa menjadi awan bagi Langit agar aku bisa selalu bersama nya dalam keadaan apapun.
Langit. Aku tidak ingin menjadi hujan yang akan jatuh ke bumi lalu meninggalkan mu. Dan aku pun tidak ingin menjadi matahari ataupun bintang yang bersinar namun akan meninggalkan mu walau sudah waktunya. Dan aku pun tidak ingin menjadi pelangi yang terlihat begitu sangat cantik, namun tetap ujung-ujungnya akan meninggalkanmu. Langit, aku ingin menjadi awan mu yang selalu ada dalam terang dan gelap mu.
.........
"Mas, kamu sudah pulang?" Tanya ku sambil menghampiri Langit.
Langit hanya diam langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Lalu aku yang melihat Langit seperti itu, berbaring dengan memakai sepatu, langsung mendekat dan mencoba melepas sepatu yang Langit kenakan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Langit dan tanpa sengaja kaki nya menendang tubuhku hingga aku terjatuh
"Mas, aku-,
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu." Ucap Langit dengan tegas membuat dadaku terasa sesak.
Sekotor itukah aku di mata mu mas? Hingga memegang sepatumu pun saja kamu tidak sudi.
"Keluar sekarang juga!" Titah nya sambil menunjuk ke arah pintu.
Aku hanya bisa menurut dan keluar dari kamar, karena tidak ingin mengganggu Langit untuk beristirahat. Dan setelah beberapa saat, aku pikir Langit mungkin sudah tertidur, perlahan aku membuka pintu kamar dan masuk secara perlahan. Benar saja Langit sudah tidur dengan pulasnya.
Ini adalah malam pertama kami menjadi pasangan suami istri. Mungkin pasangan suami istri di luar sana akan menghabiskan malam pertamanya dengan hangat dan romantis. Tapi berbeda dengan aku dan Langit. Malam kami tidak ada malam seperti mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
MissGalau
aku mampir ka thor...
semngat up kak
2022-06-21
0
。.。:∞♡*♥
awas lo langit nyesel nanti pas buCin 😒
2022-06-21
0
。.。:∞♡*♥
mampir kak
2022-06-21
0