Dugaan Preman

Kejadian serupa tidak hanya menimpa Salman dan Ratno. Di malam yang sama, dua pemuda berandalan lainnya juga diteror oleh makhluk tak kasat dan banyaknya kejadian aneh yang ada di sekitarnya.

Tidak ada yang bernasib baik malam itu. Bahkan Rido yang tidur di teras belum sempat bertemu keluarganya saat terjadi gangguan pada tubuhnya.

Salman yang menggedor pintu rumah Rido memang tidak menunggu sampai ada yang keluar untuk membawa Rido masuk ke kamarnya. Salman hanya berpikir seperti biasanya, satu ketukan pelan sudah bisa membangunkan ayah Rido yang sudah berumur. Beliau memiliki penyakit kesulitan tidur, sehingga saat terlelap pun sangat mudah mendengar suara anak bungsunya pulang setiap malamnya.

Hanya saja, Salman salah duga. Malam itu tidak ada yang mampu melawan sirep yang Mbah Priyo rapalkan. Desa yang berhubungan dengan tempat tinggal berandalan dan tempat kejadian perkara sudah Mbah Priyo tundukkan. Semua yang hidup telah ditidurkan dalam kematian sesaat.

Rido merasakan lantai teras rumahnya bergetar hebat seperti sedang ada gempa. Mata mengantuknya dipaksa terbuka dan seluruh tubuhnya segera sadar akan sesuatu yang bergerak di dalam tanah. Di bawah punggungnya yang sedang menempel di ubin dingin.

Merasakan sesuatu yang ganjil, Rido berniat mengangkat badannya agar bisa duduk. Rasa kantuk sudah pergi entah kemana, menyisakan perasaan panik karena mengira sedang ada bencana alam.

Goncangan pada bumi terasa sangat nyata di bawah tubuhnya, membuat badannya sulit untuk mencapai posisi duduk yang diinginkannya, atau ini hanya perasaan Rido saja? Karena atap sama sekali tidak ikut bergoyang, dinding tidak berderak juga tidak ada genteng jatuh. Apa karena masih banyaknya pengaruh alkohol yang baru saja ditenggak bersama teman-temannya hingga Rido seperti sedang melantur tentang keadaan sekitarnya?

Jangankan untuk duduk, untuk sekedar menggeser punggung saja tidak mampu dilakukan Rido. Tubuhnya memberat berkali lipat seperti ditarik dari bawah agar tetap menempel pada ubin. Rido menatap nanar pada pintu rumahnya yang tertutup rapat, menggerutu pada ayahnya yang biasanya tanggap pada kondisinya saat pulang.

"Pak! Bapak!"

Bukannya menemukan sosok ayahnya di depan pintu, Rido justru melihat jelas makhluk besar berbulu menyeringai ke arahnya. Memaku pandangan matanya hingga tidak mampu berkedip sedikitpun.

Rido meraung keras, cahaya merah yang hanya mampu dilihat sekedipan mata mendadak jatuh dari atas atap teras tepat ke arah perutnya. Menembus kulitnya dengan sangat menyakitkan dan menghilang masuk ke dalam tubuh.

"Arghhh … tolong, tolong! Pak, tolong!"

Nafas Rido terengah merasakan sakit luar biasa pada perutnya. Ususnya terasa dipelintir dan seisi perutnya dihancurkan dari dalam. Erangan pendek dan permintaan tolongnya lambat laun berubah menjadi rintihan yang tenggelam di batang tenggorokan.

"Ekh … ugh!"

Makhluk hitam serupa bayangan yang sedang menyeringai tiba-tiba mendekat dan duduk di atas perut Rido yang mulai membesar perlahan. Tangan hitam berkuku tajam menuju lehernya dan membuat cekikan ringan, menyumbat udara yang masuk ke dalam paru-paru juga menghalangi darah yang siap dimuntahkan Rido.

Pemuda yang baru saja terjaga itu menggelepar hebat, jari kakinya menekuk ke dalam, menegang menahan rasa tersiksa dan sesak yang tak terhingga. Sesaat setelah cekikan itu dilepas, Rido menghirup udara sebanyak mungkin untuk menyambung nafasnya yang sempat putus.

"Hoek! Hoek! Uhuk … uhuk!" Rido kesulitan memiringkan kepala hingga tersedak darah muntahannya sendiri. Wajahnya pucat membiru merasakan jalan nafasnya kembali buntu oleh cairan pekat hitam dan benda-benda lain.

Dengan sekuat tenaga, Rido mengulurkan tangan yang mulai lunglai ke dalam mulut, mengeluarkan gumpalan rambut yang tersangkut di kerongkongan juga beberapa paku kecil berkarat yang menyumbat jalan nafasnya.

Ketika tubuhnya bisa bergerak dan mengambil posisi miring, darah tidak berhenti keluar dari mulut dan hidungnya.

"Akh … uhuk, hoek!" Rido masih tidak memahami situasi mengerikan yang menimpa dirinya. Perutnya yang mulai terlihat membesar dan dadanya yang sakit seperti ditancapi pisau tajam terasa lebih buruk dari kematian. Terlebih tidak ada satu keluarganya yang sadar kalau dia ada di teras rumah saat merasakan itu semua.

"Pak! Bu!" lirih suara Rido di antara hidup dan mati. Sesuatu menggerogotinya dari dalam perut, menghancurkan organ dalamnya dengan kejam. Rido lemas tak berdaya, bahkan untuk sekedar bernafas saja dia sudah kepayahan. Tubuhnya seketika lumpuh, hanya mata kosong penuh air yang sesekali berkedip mengharap ada keajaiban.

Dalam hati Rido yang paling dalam, apa yang didapatkannya sekarang mungkin adalah karma dari sikap premanisme yang selama ini dibanggakannya. Bukan hal tidak mungkin satu di antara korban yang selamat mengenali dirinya dan melakukan balas dendam dengan cara picik seperti itu. Cara yang sebelumnya tidak terbersit sama sekali oleh Rido dan teman-temannya.

Namun, siapa yang salah? Rido juga tidak bisa menebak isi hati orang yang pernah dilukainya. Tidak bisa memprediksi bahwa hidupnya akan berakhir seperti apa. Tapi, menyesal sekarang apa masih ada gunanya?

Teringat dengan satu korban terakhirnya yang hampir dibuang Salman ke sungai dalam keadaan hidup, juga terbayang wajah ayu kekasih si korban yang dia belai saat sudah pingsan.

Rido bahkan mengingat pria bermata juling yang mengusir mereka dengan membawa parang, sesaat setelah dia mengendurkan bagian bawahnya yang tegang.

Pria yang juga melukai tangan Sulton saat mereka akhirnya kabur meninggalkan perempuan tak sadarkan diri di rumah kosong, tempat yang sebelumnya aman dari penglihatan orang dan biasa dipakai untuk mabuk-mabukan.

Rido menduga, pria juling yang memergoki mereka itulah sebagai biang kerok dan penyebab penderitaannya sekarang. Pria itu pasti melaporkan apa yang dilihatnya pada keluarga korban.

***

Terpopuler

Comments

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

percuma kan klo mo nyesel

2023-04-20

1

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

nahhh kan bangbang yng nolongin wlpn telat
jdi apa tyas sma bangbang ajja

2022-10-25

0

Putrii Marfuah

Putrii Marfuah

ternyata bambang penyelamat, kasihan dijadikan target juga sama mbah priyo.

preman2 tuh teror aja dulu sampai mati segan hidup tak mau...baru deh eksekusi

2022-08-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!