Kidung Pertama

Syhang nyang cipto gumono, rawuhno sejatining … kang aperojo hing songgobuwono rawuh rawuh rawuh mijil dateng pangarsanisun ….

Asap dari bakaran kemenyan membumbung pekat di dalam ruangan. Menebar bau harum menggidikkan ke seluruh area rumah mewah yang baru saja di tempati Mbah Priyo dan keluarga.

Rumah mewah yang dulunya milik paranormal kondang, yang masih berdiri kokoh dengan segenap keangkerannya selama empat puluh tahun itu akhirnya memang berpindah tangan. Dari keluarga Pak Karman ke penghuni baru yang juga seorang paranormal.

Sebenarnya rumah itu bukan tidak pernah ditempati, tapi karena ada kejadian tragis yang menimpa dua penghuni sebelumnya membuat rumah Pak Karman selalu kembali pada pemiliknya. Tidak ada yang kuat menahan aura jahat yang datang dari seluruh penjuru rumah, dari mendadak sakit tak bergejala hingga meregang nyawa dengan tiba-tiba.

Mbah Priyo membeli rumah tersebut tentu saja karena faktor harga yang lebih murah dibandingkan dengan rumah normal pada umumnya. Soal isu yang katanya angker hingga terjadinya kematian pada penghuni sebelumnya, sama sekali tidak mempengaruhi Mbah Priyo. Pria berumur setengah abad itu hanya tersenyum sombong saat menanggapinya.

Hal itu disebabkan karena Mbah Priyo bukan orang biasa, kiprahnya di dunia perdukunan tidak diragukan lagi. Sebagai paranormal besutan padepokan yang berada di pinggiran Gunung Kawi, beliau merasa cocok dengan aura hitam rumah yang ditinggalinya sekarang.

Ketika beberapa tetangganya mengatakan kalau dulu rumah itu bekas milik paranormal kondang, Mbah Priyo semakin jumawa dengan keberadaannya sekarang. Mbah Priyo ingin mengulang kesuksesan Pak Karman di tempat yang sama. Oleh karena itulah mulai besok Mbah Priyo akan mulai membuka praktek sebagai orang pintar di desa.

Mantra kembali dirapalkan dan kemenyan yang sudah digerus kasar seperti pasir ditaburkan di atas tungku kecil pembakaran. Mbah Priyo semakin larut dalam semedinya untuk mengundang makhluk halus agar datang padanya.

Beberapa waktu berlalu, angin bertiup sangat keras, menerbangkan santer bau kantil kuning dan sisa air hujan. Suara jendela kaca yang bergetar karena menahan hempasan udara terasa menggelitik telinga, seperti gedoran kecil yang dilakukan oleh makhluk tak kasat mata.

Mbah Priyo tersenyum bangga, sedikit mengucapkan terima kasih pada orang yang bernama Pak Karman. Meskipun banyak berita miring tentang kejahatan sang dukun di masa lalu yang didengar dari warga desa, tapi Mbah Priyo sama sekali tak menggubrisnya.

Pak Karman, pemilik rumah terdahulu konon meninggal dunia dengan cara tidak terduga. Pada saat itu pun belum ada yang mewarisi ilmu atau keterampilan beliau sebagai seorang paranormal, sehingga banyak hal yang terlewat oleh anak turunnya saat menerima warisan rumah dengan segala isinya.

Bukan hanya kerajaan lelembut yang masih berdiri di area rumah bekas Pak Karman, tapi gudang pusaka yang kebanyakan berisikan keris beraneka ragam dan penghuninya masih setia berada di sana. Sebagian menjadi besi berkarat, sebagian menjadi lebih bertuah, dan semua itu sekarang menjadi hak milik Mbah Priyo sepenuhnya.

Hujan baru saja reda, begitu juga dengan gemuruh petir yang sedari tadi menyambar angkasa. Meninggalkan hawa dingin dan udara yang bergerak kuat menabrak seantero rumah. Menimbulkan bunyi asing yang tidak biasa terdengar telinga manusia.

Jendela masih terbuka mendadak tertutup paksa, angin yang mendadak datang menggebrak telah mematahkan besi penyangga jendela tanpa memecahkan kaca. Mbah Priyo bersikap biasa saja, tidak terlalu terkejut, kedatangan tamu yang tidak terlihat memang sering kali dengan cara yang tidak lazim.

Seperti sekarang, bukan hanya jendela yang tertutup dengan sendirinya, tapi suara atap yang disiram dengan pasir semakin kentara, juga suara benda jatuh semakin rapat tanpa jeda.

BRAK!!! TRING!!!

Suara benturan logam dengan tembok terdengar jelas di dekat Mbah Priyo, satu keris kecil jatuh dari ruang hampa dan mewujud di depannya. Disusul dengan beberapa keris beraneka bentuk mulai berjatuhan dari atap dan dinding. Satu keris yang paling besar memiliki gagang berbentuk kepala buaya.

Mbah Priyo terkekeh-kekeh sembari menabur kemenyan, "Lah, ternyata mudah sekali mendapatkan abdi di sini! Pusaka warisan Pak Karman akan menjadi milikku sepenuhnya. Mungkin sudah waktunya aku menjadi tuan mereka dan kejayaan beliau berpindah padaku!"

Jim setan poro paingonku

Rawuh, rawuh sedoyo, siro rawuho dateng pangarsanisun ….

***

Terpopuler

Comments

Mia Roses

Mia Roses

saya malah suka karya mas Al yg horor story, horor nya ga terkesan dibuat2, dpt bgt suasana mistis nya

2023-11-05

3

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

skip juga yg ini, gk phm trs kali apal mlh berabe

2023-04-20

1

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

awas mbah priyy ulah jumawa engke bahaya 😛

2023-04-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!