Rumah Sakit

Mbah Priyo menyusul istrinya ke rumah sakit ketika matahari sudah terbit. Mampir ke pasar sebentar untuk membeli bunga, kemenyan, pinang, kain putih dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk ritual pekerjaannya sebagai paranormal.

Prakteknya sebagai orang pintar tutup sementara karena insiden buruk yang menimpa putri dan calon menantunya. Meski sulit, Mbah Priyo berusaha tegar menghadapi kenyataan pahit hidupnya. Dan sebagai bapak, beliau berjanji untuk mencarikan keadilan bagi putrinya.

Mbah Priyo terngiang pembicaraannya dengan Tyas subuh tadi sebelum ambulan datang menjemput.

"Siapa yang berani melakukan semua ini padamu, Nduk?" tanya Mbah Priyo dengan wajah mengeras marah.

Tyas menyebutkan empat nama pemuda, juga mendeskripsikan lokasi dimana dia dan pacarnya dicegat para berandalan.

"Tyas hanya tau Salman dan Ratno yang melakukan hal tidak senonoh setelah Tyas dicekoki minuman keras, Pak! Setelah itu Tyas pingsan, jadi Tyas nggak tau kalau pemuda yang bernama Rido dan Sulton ikut menggagahi Tyas." Putri Mbah Priyo sudah tidak mampu mengeluarkan air mata, pandangan matanya kosong saat bicara pada ayahnya.

"Sama saja, meskipun mereka berdua tidak menyentuhmu tapi mereka membiarkan dua temannya melakukan hal kurang ajar padamu. Itu sudah terhitung kejahatan! Apalagi mereka juga ikut andil dalam kejahatan perampokan dan membuat Wisnu sekarat."

"Tyas benci mereka, Pak! Tyas lebih baik mati saja, Tyas takut bertemu mereka lagi!"

"Siapa lagi yang terlibat? Kata orang yang menolongmu dia melihat pemuda bermata juling dan kurang waras di pematang sawah, menunjuk rumah kosong tempat kamu disekap. Pemuda itu berlari hanya mengenakan celana tanpa baju atasan!" Mbah Priyo bertanya dengan sorot mata penuh dendam.

"Bambang datang ketika rumah tempat Tyas disekap sudah sepi, Tyas langsung pingsan pas lihat dia buka baju, Pak!" kata Tyas tanpa ekspresi. Tyas memang tidak sedikitpun ingat atau merasakan Bambang menjamah tubuhnya.

Tyas hanya merasa aneh, karena saat sadar dia mengenakan kemeja yang diingatnya dilepas tergesa-gesa oleh pemuda setengah tidak waras itu di depan mukanya. Tyas tidak paham kenapa Bambang memakaikan bajunya pada Tyas dari depan dengan terbalik dan meninggalkannya sendirian.

Mbah Priyo mengangguk. Tekadnya sebagai seorang ayah sudah bulat untuk menyingkirkan segala macam gangguan yang mungkin bisa menyakiti Tyas di masa depan.

Setiba di rumah sakit, Mbah Priyo bernafas lebih lega. Putrinya tertidur pulas dalam perawatan dokter. Mbah Priyo mengusap lengan putrinya, berusaha yakin kalau Tyas akan mampu melewati semua ujian hidupnya.

"Gimana kondisi Wisnu, Bu?" tanya Mbah Priyo mendekati istrinya yang duduk termangu tak jauh dari Tyas.

Bu Sulastri menatap sedih ke arah suaminya. "Dia masih belum sadar, tapi dokter bilang harapan hidupnya besar."

"Syukurlah kalau begitu, nanti aku yang akan menjelaskan pada keluarganya semua permasalahan dan juga solusinya." Mbah Priyo memegang tangan Bu Sulastri, memberikan ketenangan.

"Sudah dilaporkan ke polisi, Pak? Bapak dari mana saja tadi?" tanya Bu Sulastri.

Mbah Priyo menatap Tyas yang lelap. "Menunggu keluarga Wisnu datang dulu, Bu! Aku dari pasar tadi."

"Aku harap semua pelakunya tertangkap dan masuk penjara, Pak!"

"Sebenarnya aku justru tidak berpikir seperti itu, Bu. Penjara tidak akan membuat mereka jera!" ungkap Mbah Priyo dengan nada kecewa.

"Lah gimana toh, Pak? Apa mau dibiarkan saja penjahat seperti mereka berkeliaran dan terus mencari mangsa?" Bu Sulastri menahan geram dan marahnya.

Mbah Priyo tersenyum pahit. "Aku tidak mungkin tinggal diam melihat kondisi Tyas. Aku pasti mencarikan keadilan untuk anak kita. Tyas akan menderita seumur hidup karena kelakuan mereka, rasanya tidak adil jika mereka hanya merasakan penjara beberapa tahun lalu bebas seperti tidak pernah terjadi apa-apa sementara Tyas mendapatkan trauma sepanjang umurnya nanti."

Bu Sulastri memahami dalam diam. Keadilan yang dimaksud suaminya adalah keadilan versi orang pintar. Suaminya pasti akan membuat perhitungan lewat bawah tangan, dimana dunia tidak perlu tau dan tidak mampu membuktikan apa yang akan Mbah Priyo lakukan.

"Terserah kamu, Pak!" ucap Bu Sulastri pasrah.

Mbah Priyo mengangguk. Selanjutnya hanya tinggal menunggu waktu tengah malam, dan Mbah Priyo akan melantunkan kidung-kidung kegelapan untuk membalas dendam.

***

Terpopuler

Comments

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

nahh ntuh kan dukun bertindak

2023-04-20

2

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

nahhh sang dukun akhirnya bertindak kann

2022-10-25

1

Lilih Malihatun

Lilih Malihatun

bambang yg nolongin Tyas doang kan 🤔

2022-10-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!