Rumah Kosong

Di dalam rumah kosong yang hanya diterangi oleh lampu badai, empat pemuda duduk di ruang tamu, di atas tikar usang melanjutkan acara menenggak minuman keras yang sempat terhenti karena harus mencari mangsa untuk dikuras hartanya.

Tyas diikat dan dibekap mulutnya dengan kain lap. Tidak diperbolehkan melihat kelakuan empat berandalan yang menculiknya.

"Gimana ini perempuan?" tanya Rido tak nyaman karena mendengar isak dan rintihan tertahan Tyas. "Lagian ngapain juga kamu bawa tadi, bikin ribet aja! Udah ambil aja perhiasannya sekarang trus anterin ke tempat pacarnya tadi aja, Man!"

Salman menjawab sambil menyeringai dan cengengesan, "Besok aku yang antar, Do! Sekarang biar dia di sini aja deh. Udah berat kepalaku, malas mau keluar lagi!"

"Alasan aja kamu, Man! Siapa yang nggak tau kamu, kalau mabuk pasti pikiran langsung mesum. Kamu pasti mau main dulu sama dia kan?" tanya Rido sarkas.

"Ayu loh, Do! Sayang bener kalau dianggurin, kalau kalian nggak mau biar tak pakai sendiri!" jawab Salman cuek.

"Kamu biasanya kan beli sih, Man! Pikirin akibatnya, kita udah ninggalin pacarnya yang sekarat, kalau yang ini kenapa-napa trus banyak bicara, bisa masuk penjara kita semua!" Rido masih berusaha berpikir waras dalam kondisi setengah mabuk.

"Gantian nanti ya, Man! Aku juga mau!" ujar Ratno tak terduga, wajahnya berhias cengiran kotor.

Salman menyunggingkan senyum menang, "Gimana, Do? Kalau kamu mau kamu boleh duluan, tapi jangan banyak bacot soal penjara! Aku nggak mau ketangkap."

"Tak ajak minum dulu aja ya, biar dia lupa sama kita … biar dia juga ngerasa enak nanti pas nganu sama kita hehehe!" usul Ratno tak sabar.

Rido menjawab malas, "Terserah kalian, aku nggak minat."

"Serius kamu nggak kebelet, Do? Oh iya ding aku lupa, kamu kalau mabuk tukang tidur sih, paling bentar lagi juga udah ngorok!" ujar Ratno datar.

Salman mulai melepas ikatan tangan Tyas, membuka penutup mata dan juga kain yang menyumpal mulutnya. Salman memaksa Tyas duduk di antara mereka berempat.

Satu gelas kecil dijejalkan Salman dengan paksa agar diminum oleh Tyas. "Minum ini, kalau nggak mau tak arit lehermu sekarang juga!"

Tyas terbatuk-batuk, tersedak minuman keras yang belum pernah sekalipun dirasakannya. Cairan itu sebagian keluar melalui hidungnya. Tyas menggeleng pelan menolak gelas berikutnya. "Ampun, Bang!"

Salman dan Ratno tidak peduli, mereka berdua gigih menghimpit Tyas dan memaksa gadis itu terus menenggak minuman yang sudah disodorkan. Mereka berdua sudah tidak sabar untuk membuat Tyas mabuk, tidak bisa menahan lebih lama lagi pengaruh minuman yang memberi efek meningkatnya birahi.

Pemuda yang dari tadi tak bicara sama sekali akhirnya bersuara serak, “Aku tak keluar beli minum lagi ya, kurang puas aku.”

"Uangnya ada, Ton?" tanya Salman singkat.

"Kurang kalau mau beli lima botol lagi!" Pemuda bernama Sulton mendekati Tyas dan memaksa gadis cantik itu untuk melepaskan satu cincinnya. Uang yang ada padanya sama sekali tidak cukup untuk membeli tambahan minuman, tapi Sulton yakin pemilik kios minuman langganannya tidak akan menolak pembayaran berupa emas.

Tyas menangis sesenggukan, hidungnya panas karena kemasukan air keras yang terus saja dipaksakan Salman dan Ratno. Juga posisinya yang tidak menguntungkan karena duduk diantara dua laki-laki dengan pikiran kotor yang sesekali mulai mengelus tubuh mulusnya.

Tidak ada yang lebih buruk daripada digilir oleh empat pemuda mabuk semalaman. Tyas bahkan memilih untuk mati saat itu juga waktu membayangkan betapa jijik dan nista dirinya nanti. Sakit hati yang mungkin tidak akan sembuh sepanjang hidupnya.

Tyas berusaha memeluk lutut untuk menutup wajahnya yang menjadi sasaran Salman dan Ratno. Hatinya teriris dilecehkan oleh dua pemuda di sebelahnya, bau alkohol dari mulut mereka menempel pada pipi dan bibirnya yang terus saja coba untuk dicium dan disentuh.

"Do, nggak mau antri beneran tah kamu? Kulite mulus banget ini, dadanya yo gede. Biasanya kamu kalau lagi waras, selera banget yang model begini!" ujar Salman memanasi.

Dengan kasar, Salman mulai memaksa Tyas untuk melepas sweater tipis dan baju atasan yang dikenakannya. Salman lalu menarik Tyas agar berdiri dan mengikutinya ke ruang sebelah. Bekas kamar yang biasa mereka pakai untuk tidur setelah mabuk-mabukan.

Tyas hampir menjerit, tapi tertahan oleh ujung tajam arit yang menempel di bahunya. Hanya air mata yang meleleh deras saat Tyas terseok mengikuti langkah lebar Salman. Kesadarannya masih belum sepenuhnya hilang meski pusing di kepala terasa nyata.

Tubuh Tyas yang juga sudah terpengaruh oleh alkohol jatuh di atas karpet lusuh berbau apek. Salman tidak memberikan kesempatan padanya untuk bernafas barang sebentar. Bibirnya sudah ditekan mulut berbau tajam minuman keras dengan sangat liar.

Belum lagi sentuhan Salman di tubuh bagian depannya, mencengkeram kasar dan kuat seolah ingin mengeluarkan isinya. Tidak ada sedikitpun kata halus di setiap gerakan Salman.

Tidak butuh waktu lama bagi Salman melucuti sisa pakaian yang masih melekat pada tubuh seksi Tyas. Salman yang berpengalaman sangat cekatan kalau hanya untuk menelan-jangi perempuan.

"Tolong jangan lakukan ini, Bang!" seru Tyas sembari menangis.

"Sssstttt, diam!" gertak Salman bengis. Tangan besarnya menahan leher Tyas agar merapat ke lantai, sementara dia mulai mengubur seluruh hasratnya ke bagian dalam Tyas dengan tidak sabar. Bergerak bagai binatang untuk mendapatkan pelepasan secepatnya. Otaknya yang kotor tidak peduli dengan suara kesakitan Tyas yang terhimpit di bawahnya.

Suara gaduh Salman saat ber-cinta dengan Tyas membuat Ratno kepanasan, dia menyusul rekannya tanpa pamit pada Rido yang menguap lebar dan mulai merebahkan badan.

Mata Rido terlalu berat meski ada sedikit keinginan untuk ikut mencicipi tubuh molek gadis yang ditangkap rekan-rekannya. Mungkin nanti di sesi terakhir kalau dua temannya itu sudah puas, pikir Rido yang mulai kehilangan kewarasan. Dia tidur sembari menunggu minuman yang masih dibeli Sulton.

“Ampun, Bang!” pekik Tyas mengiba.

Namun, Salman justru menghentak keras dan menggerung melepaskan kepuasannya di dalam, turun dengan malas dari atas tubuh Tyas karena Ratno sudah menunggu giliran dengan berdiri di pintu yang terbuka lebar.

“Wenak tenan , Rat! Aku mau lagi nanti,” kata Salman seraya berjalan keluar kamar tanpa memakai baju. Melanjutkan acara minum sendiri sembari mendengar suara Ratno melepas birahi.

***

Terpopuler

Comments

Ulun Jhava

Ulun Jhava

Wisnu pembawa petaka

2024-02-19

1

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

😭😭😭😭😭nyesek salah sapa coba

2023-04-20

1

Nana

Nana

kasian..... itu bpk'y gk punya rewangan buat jaga ank'y apa ya

2023-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!