Danyang Desa

Bau kemenyan menyeruak memenuhi jumantara ruangan tempat Mbah Priyo duduk bersila. Pakaian hitam lusuh dan juga ikat kepala ciri khas dukun dipakai Mbah Priyo untuk melengkapi ritual tengah malamnya.

Angin berhembus kencang, berpusat di sekitar halaman dan pecah menabrak dinding serta jendela rumah. Menimbulkan suara kaca bergetar dan juga desis besar di atap rumah. Mbah Priyo tidak menggunakan ruang praktek untuk ritual besarnya, beliau memilih satu kamar khusus yang seluruh dindingnya berlapis kain hitam.

Mbah Priyo menekuk wajah, tidak ada keramahan yang selama ini menjadi ciri khasnya. Duka merubah pria yang semula ceria menjadi marah yang tidak kentara.

Kemenyan kembali ditabur di atas tungku kecil oleh Mbah Priyo. Bunga tujuh rupa tersedia di guci tanah berisi air, sajen lengkap dengan ingkung ayam hitam yang diracik oleh tangan Mbah Priyo tertata apik di atas meja.

Di sebelah tatanan sajen, di atas kain putih, lima keris berkepala buaya sepanjang jengkalan tangan orang dewasa berjajar rapi, juga bungkusan kain kecil, berwarna putih berbentuk pocong dengan lima ikatan. Buhul (media sihir) khusus yang baru dibuat Mbah Priyo sepulang dari rumah sakit.

Aroma wangi bunga bercampur minyak dan kemenyan menyebar ke seluruh ruangan, berbaur dengan rentetan kidung malam yang Mbah Priyo lantunkan. Memanggil danyang desa tempatnya tinggal dan juga danyang desa tempat kejadian perkara adalah hal pertama yang dilakukan pria berbalut kain serba hitam tersebut.

Kaki danyang nyai danyang, pedanyangane deso ….

Keno rewang, rewangono aku maring ....

Sebelum memberangkatkan abdinya yang berjenis lelembut, Mbah Priyo tidak lupa untuk meminta izin dan nyuguh (memberi makan/hadiah) danyang penunggu desa agar tidak ada kendala apapun selama ritual berlangsung.

Hal itu dilakukan untuk menjaga hubungan baik antar lelembut selama siluman-siluman buaya perewangan Mbah Priyo bekerja. Juga karena Mbah Priyo butuh waktu beberapa hari untuk menyelesaikan hajat besarnya, jadi kerjasama dengan danyang desa bisa disebut kewajiban.

Mbah Priyo sengaja menebar teror terlebih dahulu sebagai pelajaran bagi para berandalan. Mbah Priyo tidak langsung pada pokok acara, beliau bahkan berani menanggung resiko berperang dengan dukun lain jika mungkin pemuda yang sedang digarapnya berusaha mencari kesembuhan ke sana.

Pria paruh baya tersebut percaya, bahwa siluman-siluman buaya yang diwarisinya dari paranormal lama pemilik rumah bukanlah lelembut biasa, tapi lelembut tingkat atas dengan banyak keistimewaan dan kesaktian.

Izin telah diberikan oleh para danyang pada Mbah Priyo yang sudah memberikan suguhan besar pada mereka. Selanjutnya Mbah Priyo merapal mantra lain untuk melihat situasi desanya dan juga desa tetangga tempat Tyas ternoda. Bapak Tyas perlu memastikan sendiri keamanan dan kesenyapan malam sebelum para abdinya berangkat.

Zat gumilang tanpo sangkan, liyep cut prucut sukmaningsun metu soko rogo

Gampang sarining gampang sak niatku ngrogoh sukmo …

Sukma Mbah Priyo keluar dari raga, pergi meninggalkan jasadnya yang diam bersila memejamkan mata. Jasad yang hanya membisu menunggu waktu hingga sukma kembali menyatu.

Tidak butuh waktu lama bagi Mbah Priyo untuk berkelana, perjalanan alam gaib memiliki hitungan tersendiri terhadap alam nyata di dunia, dan Mbah priyo kembali ke raganya dengan kemantapan hati bahwa ritualnya akan dijalankan malam ini.

Mbah Priyo menatap jam di atas lemari penuh pusaka. Tengah malam sudah lewat, namun Mbah Priyo masih menunggu hingga pacek hari jatuh sesuai perhitungan, yaitu tepat pada sepertiga malam sebelum subuh menjelang.

Mbah Priyo sudah menghitung semua sebelum memulai niatnya. Tidak ada kata tanggung atau setengah-setengah untuk membalaskan sakit hati putri tersayangnya. Jadi pemilihan hari dan jam sangat penting untuk suksesnya hajatan.

Keak … keak!

Dua kali terdengar suara burung gagak di atas rumah, mengubah suasana yang sudah tak biasa menjadi semakin mencekam. Mbah Priyo duduk tenang menghisap rokok, menunggu detik berlalu sambil memberi makan semua peliharaan tak kasatnya.

Yaitu perewangan yang akan diberangkatkan menuju nama-nama berandalan. Pemuda yang akan disebut Mbah Priyo nanti dalam alunan kidung kematian. Kidung yang merapalkan santet paling ganas dan berbahaya, berasal dari pedalaman ujung daerah timur.

***

Terpopuler

Comments

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

seremm yak tapi asik ini ceritanya

2023-04-20

2

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

gk diragukan lgi sayangnya kyk gmna mbah priy ke anak gadisnya
emang salah pi gk bisa smua di slhksn, anak gadis nya di lecehkan gtu gmna gk murka

2023-04-20

1

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

huhhh lbh horor ya

2022-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!