Empat Berandalan

Tyas bercerita keseluruhan kejadian yang dialaminya pada Wisnu sambil menyantap mie ayam. Tidak ada yang dilewatkan sedikitpun baik cerita yang berhubungan dengan wingitnya rumah yang ditempati keluarganya sekarang hingga tingkah laku Bambang yang meresahkan.

"Pokoknya rumah itu aneh, Mas! Logis nggak sih malam-malam ada suara gagak di atas rumah?"

"Ya mungkin karena bapak …."

"Iya aku paham yang kamu maksud, tapi nggak gitu juga. Aku sedari kecil ikut bapak, biarpun ada kejadian aneh-aneh di rumah tapi nggak pernah dengar suara gagak di atas rumah!"

"Bisa jadi karena nggak dekat dengan gagal bersarang makanya nggak kedengaran suaranya," sangkal Wisnu memberikan argumen lain agar pacarnya tidak terlalu kepikiran.

"Ya udah kalau Mas nggak percaya," kata Tyas merajuk.

"Bukan nggak percaya, Sayang! Tapi nggak semua hal yang kamu anggap aneh dan mistis itu berhubungan dengan pertanda atau hal buruk."

"Mas juga nggak percaya kalau aku lihat pemuda juling itu ada di depan jendela manggil-manggil?"

Wisnu menghabiskan nafas berat. "Bayangan hitam yang aku lihat menghilang di perbatasan rumah itu juga mirip orang, posturnya persis seperti pria itu. Tapi aku tidak yakin karena situasinya gelap."

"Mas kok nggak bilang itu dari tadi?"

"Aku nggak mau bikin kamu semakin takut, Sayang!"

"Tuh kan … kalau gini bener perasaanku ada rasa takut. Aku malah mikir kalau pria juling itu tau seluk beluk rumahku, maksudnya dia bisa masuk entah dari mana tapi bukan lewat pagar depan, Mas! Masuk akal nggak sih tebakanku?" tanya Tyas antusias.

"Bilang sama bapak besok untuk cek keseluruhan lahan rumah, buat memastikan kalau nggak ada jalan masuk lain ke rumahmu!"

Tyas bergidik ngeri, bayangan hal-hal yang biasa terjadi di film-film thriller melintas di kepalanya. "Horor bener tuh rumah, mana setan mana manusia edan!"

Wisnu menggenggam tangan kekasihnya, "Sabar, semoga rencana kita dikabulkan bapak!"

Keluh kesah Tyas seolah tak ada habisnya meskipun meja makan sudah dibersihkan oleh pelayan karena warung akan segera tutup. Sudah jam sepuluh malam, dan Tyas masih enggan beranjak dari tempat makan tersebut.

Memikirkan harus kembali ke rumah membuat Tyas ngilu. Kalau soal suasana mistis mungkin dia bisa mentolerir, tapi Bambang? Sungguh pemuda edan yang bisa membuat Tyas ikut edan dalam semalam.

"Kita pulang ya? Nanti aku yang nggak enak sama bapak kalau terlalu malam. Lagi pula jalan pinggir sungai takutnya kurang aman karena minim penerangan." Wisnu membelai jari-jari Tyas untuk memberikan dukungan.

"Iya juga, jam segini nggak mungkin juga kamu nanti bisa ngobrol sama bapak, Mas! Sudah terlalu malam." Tyas tersenyum dan mengangguk samar, membalas genggaman tangan Wisnu lebih erat.

"Besok aku usahakan bicara sama orang tua kamu, sekalian nemenin kamu malam mingguan!" kata Wisnu dengan cengiran senang. "Gimana?"

"Misal besok mau ngajak makan disini lagi aku mau loh, Mas!" jawab Tyas. Tangannya memeluk Wisnu dari belakang setelah bokongnya duduk motor yang sudah dinyalakan.

Wisnu melajukan motornya pelan sembari menikmati malam suram di jalan yang mulai lengang. Bulan tertutup awan hitam. "Oh cocok ya sama rasanya? Besok aku bungkusin aja biar bisa makan sama bapak ibu. Nggak enak keluar malam terus."

"Yah bisa dibilang lumayan enak! Menurutku sih, entah kalau kamu?" Tyas bicara sambil menyandarkan kepala di punggung kekasihnya.

"Iya memang lumayan enak."

Jalanan tepi sungai semakin sepi di malam hari. Aspal jalan bukan seperti umumnya jalan desa, tapi sudah halus dan lebar selayaknya jalan raya. Tapi karena bukan jalan utama, jarang ada kendaraan lewat di waktu malam. Fungsi jalan tak lain hanya sebagai akses untuk warga keluar masuk desa membawa hasil pertanian.

Angin dingin bertiup, membawa bau amis sungai yang tidak terlalu bersih airnya. Sungai pinggir jalan itu berfungsi untuk irigasi persawahan, yang tiap tahun semakin sempit tergerus oleh perumahan warga. Warna sungai terlihat kecoklatan di bawah sinar bulan redup yang lebih sering tertutup awan.

Tiba di jalan gelap, Wisnu mulai waspada karena baru sadar tidak ada satupun kendaraan yang sedang melintas bersamanya. Wisnu sedikit menambah kecepatan motornya saat ada dua lampu motor mendekat dari jembatan yang melintang di sungai dengan jarak tak jauh darinya.

"Pegangan, aku mau ngebut biar cepat sampai rumah!"

"Iya, Mas! Sepi, serem di sini, aku agak takut!"

Wisnu lega tapi juga khawatir. Apa mungkin teman seperjalanan mereka akan menuju desa yang sama dengannya?

Namun, apa yang diperkirakan Wisnu meleset. Dua kendaraan yang mendekati mereka dengan cepat justru memojokkan posisinya, satu di depan dan satu tepat di samping kanan motornya.

Wisnu panik, firasatnya memburuk melihat gelagat empat orang yang naik dua motor tersebut. Tak lama, motor yang ada di sebelah kanan semakin merapat, orang yang duduk di bagian belakang mengacungkan arit dan mengancam akan menebas Tyas jika dia tidak menghentikan motor.

"Berhenti sekarang!" seru pemuda pembawa arit bengis. "Minggir!"

"Mas, siapa mereka?" tanya Tyas lirih. Suaranya parau dan bergetar dicekam ketakutan yang amat dalam. "Aku takut."

Empat pemuda yang menghadang Tyas dan Wisnu pasti memiliki niat buruk. Mungkin penjahat yang akan merampok harta benda yang mereka bawa jika dilihat dari gelagat dan perangainya.

"Larilah nanti jika ada kesempatan," kata Wisnu pelan memberi pesan. Dia menepi dan menghentikan kendaraan. Celingukan ke dua arah, berharap ada kendaraan lain yang akan melintas secepatnya dan bisa membantunya menghadapi begal yang sedang mengancam.

Bagi Wisnu, mustahil untuk melawan empat pemuda bersenjata tajam sementara dia hanya sendiri dengan tangan kosong dan harus melindungi Tyas. Menyerahkan seluruh hartanya adalah pilihan terbaik untuk keselamatannya dan juga Tyas.

"Turun!" Satu pria mendorong kasar bahu Tyas dari samping agar turun dari motor Wisnu.

Tyas hampir jatuh, tapi tangan pemuda yang mendorongnya itu menarik lengan Tyas dengan kasar. Tyas mengikuti langkah pria itu sambil meronta minta dilepaskan.

"Diam kamu kalau mau hidup!" Tyas dipaksa naik motor berandalan itu, ditempatkan di tengah, diapit oleh dua pemuda dengan mulut berbau alkohol yang akan segera melaju meninggalkan Wisnu.

"Tunggu, jangan bawa dia! Ambil motorku dan semua yang kalian inginkan!" teriak Wisnu bergegas mengejar menyusul Tyas yang nyaris dibawa pergi, tapi satu hantaman di tengkuk dan satu di kepala langsung membuat Wisnu tersungkur ke tanah dan kehilangan kesadaran.

Pemuda yang berada di belakang Wisnu membuang kayu sebesar lengannya ke sungai sesaat setelah Wisnu jatuh ke tanah.

"Wes Man, ayo nggak usah diurus, bawa aja motornya, keburu ada orang lewat nanti!" perintah pemuda jangkung yang menunggu di atas motor dengan mesin menderu siap berangkat.

“Apa nggak dicemplungkan ke sungai sekalian biar aman?” kata pemuda bertubuh besar sambil mengecek kondisi Wisnu. Bersiap menyeret korbannya ke sungai

“Nggak ada waktu, itu ada motor di belakang mau lewat sini! Sudahlah ayo! Nggak bakal ada yang sadar juga kalau ada orang tergeletak di sini, paling besok pagi baru ditemukan orang mau ke sawah. Paling yo wes koit, aman kita!”

Menoleh ke arah belakang dimana ada cahaya mendekat, pemuda yang baru melempar kayu ke sungai mengambil alih motor Wisnu dengan sigap, lalu mereka berdua mengejar temannya yang sudah memberikan tempat tujuan untuk pesta selanjutnya. "Iya bener kamu. Ayo cabut sebelum dicurigai!"

Dua motor melaju kencang menyusuri jalan gelap pinggir sungai, masuk ke salah satu desa petani yang sudah sepi. Ke arah rumah paling ujung yang berbatasan dengan sawah. Rumah kosong yang biasa dipakai oleh gerombolan pemuda berandalan tersebut untuk mabuk-mabukan.

Benar-benar tangkapan bagus, pesta besar akan segera dimulai.

***

Terpopuler

Comments

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

😱😱😱😱😱

2023-04-20

1

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

sependapat tias

2023-04-20

1

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

cuma pingsan kan si wisnu

2022-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!