Love You, Encik Shin!!
Dhiarra telah sampai di negara tujuan yang tidak terlalu jauh dari negara tercinta. Kini dirinya telah dibawa masuk ke garasi di sebuah rumah besar dan megah. Gadis itu menyeret koper jumbo besar meninggalkan mobil beserta sang sopir di belakang.
Sopir itu seperti malas berbicara. Hanya menyuruh Dhiarra agar segera masuk saja ke dalam rumah besar. Dhiarra menuruti, meski merasa ragu dan hati penuh tanya, tetap saja melangkah kaki ke depan menuju setapak jalan di halaman.
Di persimpangan jalan halaman, Dhiarra berpapasan dengan seorang pria super tampan menawan yang datang dari arah garasi berlawanan. Berfikir bahwa pria menakjubkan dengan umur yang jauh diatasnya itu tahu sesuatu, Dhiarra berhenti dan menunggu.
"Sorry encik, saya dari Indonesia. Ingin berjumpa dengan om saya, Syafiq. Apakah anda mengenalnya?" Dhiarra berusaha bertanya sesopan mungkin saat pria itu sudah berada tepat di depan. Panggilan encik, dia sebutkan untuk pria asing sebagaimana yang berlaku di negara itu. Dhiarra kini tengah berada di Melaka, salah satu wilayah di negara Malaysia.
Tanpa canggung, pria itu mengamati, menatap dari ujung rambut hingga ujung sepatu cantik yang dipakai oleh Dhiarra. Kedua alisnya terangkat sedikit memandang wajah Dhiarra yang cerah.
"Perkenalkan dirimu..," lelaki itu berkata tegas tanpa ekspresi apapun di wajahnya.
"Nama saya Dhiarra. Usia saya dua puluh empat tahun. Dari Yogyakarta, Indonesia. Saya diminta ayah tiri saya, Hazrul, untuk datang ke sini menemui om saya, Syafiq." Gadis itu menjelaskan siapa dirinya dengan lancar dan tegas, sesuai permintaan pria tampan itu.
"Apakah sependek itu namamu?" sepertinya pria itu sangat teliti, Dhiarra mulai sedikit merasa kurang nyaman.
"Dhiarra Azzahra Lara, encik... ."
Dhiarra menyebut lengkap nama panjang pemberian almarhum sang ayah kandung di hari kelahirannya.
"Bagus. Jadi nama panggilanmu adalah Dhiarra?" pria itu kembali menaikkan alis hitam tebalnya sedikit ke atas. Bertanya dengan suara dan nada yang terdengar lebih hangat di telinga.
" Yess, encik..." Dhiarra menjawab bersemangat dengan rasa harap agar pria asing itu segera memberinya pencerahan. Saat ini, harapan bertemu dan berbicara dengan om tirinya, Syafiq, adalah cara untuk mendapat pengakuan cepat akan kedatangannya di negara ini.
"Kenalkan, aku Shin, Shin Adnan," pria itu mengamati bagaimana ekspresi Dhiarra. Karena gadis itu hanya mengangguk samar tanpa tanggapan, pria tampan itu menyambung bicaranya.
"Baiklah, Dhiarra. Aku antar engkau menemui orang yang sedang ingin kau jumpai. Ikutlah di belakangku!" pria itu kemudian berjalan melewati Dhiarra menuju rumah besar.
Dhiarra bergegas membuntuti dan tak ingin membuang sia-sia waktu yang ada. Rumah yang berposisi lebih tinggi dari tanah sekitar itu, disertai tangga-tangga rapi di sepanjang menuju teras. Dhiarra tidak lagi menyeret, namun mengangkat koper jumbo beratnya dengan wajah yang sedikit meringis. Gadis itu mungkin sedang merasa keberatan sendiri pada koper yang diangkatnya.
Encik Shin mendadak berhenti sambil melambai tangan pada seorang lelaki yang mungkin pelayan di rumah besar itu, untuk datang mendekati. Encik Shin berbicara lirih pada pelayan sambil menunjuk Dhiarra beberapa kali dengan jari telunjuk, setelah pelayan berdiri benar-benar di depannya. Pelayan lelaki itu mengangguk, berjalan cepat menghampiri Dhiarra dan mengambil alih koper besarnya yang berat.
"Permisi, cik... Marilah ikutkan saya!" begitulah kira-kira, makna sapaan pelayan yang berbicara dalam bahasa Melayu Malaysia itu kepada Dhiarra.
Dhiarra hanya diam mengikuti. Berjalan di belakang pelayan lelaki yang masih nampak sangat muda dan kuat itu. Pelayan menunjuk sebuah wastafel ukir unik yang indah di pojok teras, agar Dhiarra mencuci bersih tangan dan wajahnya di sana.
Dengan senang hati, Dhiarra melakukan hal yang juga sudah menjadi kebiasaannya semasa tinggal di Indonesia selama ini. Rupanya kebiasaannya berlaku juga di rumah besar bak istana milik om tirinya, Syafiq, yang pasti akan dijumpainya sebentar lagi.
Dhiarra dibawa ke sebuah ruang makan cukup luas. Telah ada beberapa orang yang telah duduk makan di sana. Ini adalah tengah hari, waktu yang tepat untuk makan siang bersama di hari minggu cerah.
"Silahkan duduk dan ambil saja makan siang anda, cik Dhiarra," pelayan itu berkata sambil menarikkan sebuah kursi paling tepi dan meminta Dhiarra agar duduk. Dhiarra telah duduk dan melihat pelayan itu beranjak meninggalkannya. Membawa koper jumbo menuju ke atas dengan menaiki anak tangga.
Dhiarra tidak melakukan gerakan apapun. Tak ada seorang pun dari orang-orang di meja yang bermurah hati menyambutnya. Bahkan senyum yang diberikan pada tiap-tiap orang yang memandangnya pun, dibalas hanya dengan muka masam sangat sinis dan pandangan meremehkan. Dhiarra tak ada minat mengambil makanan apapun dengan suasana memuakkan seperti itu.
Semangat di dada Dhiarra kembali berkobar. Saat dilihatnya encik Shin Adnan, pria asing yang telah dikenalnya dan menyanggupi untuk mempertemukan Dhiarra dengan om Syafiq, juga ikut datang di meja makan.
Pandangan Dhiarra yang cerah berbinar dan membawa rasa tuntutan, ditanggapi oleh encik Shin Adnan dengan senyuman ramah dan cukup hangat untuknya. Dhiara terus memandang encik Shin Adnan yang ternyata duduk tepat di depannya. Pria tampan bermata hitam pekat dengan irish semburat kebiruan itu sejenak menatap Dhiarra.
"Makanlah Dhiarra, sembari menunggu saat om Syafiqmu itu menyapamu!" encik Shin Adnan segera membalik piring di meja dan mengisi dengan menu kehendak seleranya. Pria di depan Dhiarra itu nampak biasa dan mengabaikan orang-orang di kursi sebelah.
Melihat ketenangan encik Shin Adnan saat makan, Dhiarra bergegas menemani. Pandangan orang-orang di meja makan masih terus masam dan sinis padanya. Tapi Dhiarra mengabaikan dan tidak ingin peduli. Fokus dengan makanan di piringnya.
Dhiarra makan sangat cepat, piringnya kembali kosong bersamaan dengan encik Shin Adnan yang juga selesai makan hanya dalam sekejap saja. Keduanya juga hampir berbarengan mengambil gelas dan meneguk, menghabiskan setengah air di dalamnya.
"Ehhemm..!!" encik Shin Adnan tiba-tiba berdehem begitu keras, Dhiarra cukup terkejut karenanya.
"Semua yang di sini, ku harap mendengar kata-kataku ini dengan baik. Maka itu, semua harap memperhatikan!" kali ini encik Shin Adnan berbicara dengan suaranya yang tajam dan berwibawa.
Orang-orang sinis dan angkuh di meja makan pun terlihat segera bereaksi. Menghentikan obrolan atau pun menyudahi sejenak makan yang belum selesai. Begitu pun Dhiarra, menumpuk dua tangan di atas pangkuan dan duduk tegak memandang pada encik Shin Adnan.
"Hari ini aku kedatangan tamu dari Indonesia ke dalam rumah ini. Dan mulai saat ini, dia akan bergabung bersama kalian untuk tinggal bersama di sini. Kalian, harap bersikap baik pada tamuku, karena aku telah menyanggupi untuk menerimanya dan bertanggung jawab sementara. Dia adalah anak yang dibawa oleh istri baru abang tiriku, Hazrul. Dan dia adalah Dhiarra, gadis yang duduk di depanku ini!" mendengar perkataan encik Shin Adnan, Dhiarra semakin merasa resah di hati.
Shiapa pria asing yang duduk tepat di depannya? Dan di mana om tirinya, Syafiq, kenapa tidak kunjung dipertemukan? Atau justru Shin Adnan ini adalah om Syafiq yang tengah ditunggunya?
"Terimakasih sambutan anda, encik... Tapi di mana om saya? Siapa anda?" Dhiarra sudah tidak sabar lagi menunggu pencerahan dari Shin Adnan. Tidak dipedulikannya pandangan sinis dan remeh dari orang-orang asing di meja makan itu kepadanya.
"Perkenalkan nama panjangku, Dhiara. Namaku adalah Syafiq Shin Adnan. Jadi, akulah om Syafiq yang sedang kau ingin temui itu. Bagaimana, kau sudah jelas?"
Encik Shin Adnan memandang Dhiarra tanpa ekspresi ataupun tersenyum. Pria 33 tahun itu seolah sedang menahan kejengkelan yang tersimpan pada Dhiara. Rasa jengkel yang telah sengaja ditahan semenjak kedatangan gadis itu ke zona rumah besar miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
hania putri
kk otor, minta pejelasan nya boleh? beda nya cik dgn encik (ncik) itu apa ya?
2023-01-18
1
M akhwan Firjatullah
aku hadir lagi Mak...mbak UTIEE. terimakasih atas like nya jadi aku ikut mampir d mari...
2022-11-03
1
UTIEE
I am coming. sis Kamiya
2022-10-23
2