Dhiarra telah mengganti baju kurung milik Yuaneta yang dipinjam dengan dress miliknya. Sambil senyum, direbahkan tubuh yang lelah di kasur empuk pembaringan. Bukan tak paham maksud Nimra yang mengumpat Dhiarra kegatalan yang bermakna kegenitan, tapi gadis itu memang sengaja menyambut. Dhiarra ingin berlalu cepat dan istirahat. Malas dengan keluarga Hazrul, ayah tirinya, yang sama sekali tidak ramah bersapa menyambutnya.
Dhiarra meminjam baju kurung milik Yuaneta bukan disengaja. Saat baru keluar beberapa ratus meter ke jalan raya, taksi yang dinaiki Dhiarra mogok total tak tertolong. Sopir taksi meminta Dhiarra untuk mencari taksi lain. Tak ada pilihan, menyusuri jalan raya dengan hati penuh harap, agar cepat mendapat taksi penggganti yang lewat.
Tiba-tiba, petir menggelegar bersamaan turun hujan sangat deras. Terpaksa Dhiarra berbalik lagi ke rumah Yuaneta dengan dress miliknya basah kuyup. Sahabatnya itu menyuruh untuk mandi, menunggu hujan reda, dan meminjamkan baju kurungnya. Itulah sebab Dhiarra pulang lambat, dan memakai baju kurung indah yang sangat serasi melekat di badan.
***
Tidak perlu berlama-lama saat mengantri di kedutaan kepengurusan dokumen Indonesia. Tepatnya di Konsulat Jenderal Republik Indonesia /KJRI Johor Bahru, Malaysia. Dhiarra telah selesai dengan segala urusan dokumen, kurang dalam satu jam saja. Tentu saja cepat, orang yang datang bersama Dhiarra ke KJRI adalah asisten pribadi tuan Shin sendiri, Faiz. Faiz telah mengenal hampir semua pegawai di KJRI. Maka pelayanan pada Dhiarra bersama Faiz sangat mudah tanpa belit.
Faiz, pria Malaysia dua puluh tujuh tahun itu nampak cekatan dan bersemangat mengantar Dhiarra. Baginya, gadis itu adalah amanah sang tuan atasannya. Tidak peduli dia siapa dan dari mana. Faiz bersikap cukup sopan pada gadis itu.
Shin pun selalu mempercayakan rahasia urusan kerja pada Faiz. Bahkan hampir semua hal diri pribadi ataupun bisnis usaha, Faiz telah paham dengan cermat.
"Encik Faiz, kita lewat Mahkota Parade Melaka tak?" Dhiarra ingin mengunjungi kawasan komersial di salah satu sudut bandar raya Melaka. Gadis itu tahu dari hasil berselancar destinasi di webnet ponsel.
"Cik Dhiarra nak pergi sana? Akan saya hantar. Tapi setakat Mahkota Paradise sahaja." Faiz menawarkan untuk mengantar Dhiarra ke tempat yang disebutkan.
"Trims, encik. Hantar saya pergi sana. Ada banyak taksi bukan, kat sana?" Dhiarra memastikan kelancaran transport yang ada. Tak ingin tersesat di tempat asing, hanya karena keterbatasan sarana.
"Ada banyak. Cik Dhiarra cakap saja nak pergi mana, driver mesti hantar dengan selamat." Faizz memberi arahan pada Dhiarra.
"Segala taksi, bolehkah?" Dhiarra teringat akan taksi tanpa label yang ditumpanginya kemarin.
"Utamakan yang bertulis TAXI, cik. Bila terpaksa, bolehlah ambil taksi gelap." Keterangan Faiz yang terakhir, mengerutkan kening Dhiarra.
"Macam apa tuh taksi gelap, encik?" Dhiarra heran dengan istilah itu. ' Apakah taksi berkaca gelap tanpa nyala lampu? Ngerilah jika begitu..' -Dhiarra menduga dalam benaknya.
"Taksi gelap tuh.. Taksi yang tak ada tulisan 'TAXI' cik.. Tapi elok juga kita guna. Banyak kat sini taksi macam itu.Tapi kena cakap dulu, kat mana kita nak tuju, serta tanya pulak, berapa kena harga, cik." Dhiarra tersenyum, merasa sedikit bingung juga dengan ucapan Faiz.
Dalam ucapan yang panjang, logat dan bahasa Faiz cukup menggelikan. Tapi itulah budaya bahasa negara. Sama hal dengan bahasa Indonesia, mungkin diam-diam pun, Faiz akan merasa lucu juga mendengar Dhiarra bicara dalam bahasanya.
"Baik jika macam tu, encik Faiz. Saya kan cuba ikut arahanmu!" Dhiarra merasa perlu berdamai saja dengan arahan Faiz dalam bahasanya. Toh, lama-lama akan terbiasa dan mampu juga mengikuti.
"Siap..! Oh, ya. Saya panggil cik Dhiarra, nama sahaja boleh? Dan panggillah saya cukup abang Faiz. Setuju, tak?" Faiz mencoba bersikap santai pada Dhiarra. Lelaki itu dapat mengira bahwa umur Dhiarra jauh lebih muda darinya.
"Ya..ya..ya..Oke, saya siap saja, bang Faiz." Gadis itu mengikut saja pada apa yang disarankan oleh Faiz, sang asisten tuan besar, Shin. Faiz tersenyum simpul melirik sekilas Dhiarra yang duduk dalam mobil di sampingnya.
Perjalanan dari Johor Bahru menuju Melaka Bandaraya, di Mahkota Parade, memakan waktu dua setengah jam lamanya. Faiz menghentikan Dhiarra tepat di depan sebuah mall besar bertulis 'MAHKOTA PARADE'. Bangunan berkonsep artistik itu merupakan puasat perbelanjaan di kawasan Melaka.
"Baik-baik kau jaga diri, Dhiarra. Ada apa-apa masalah, cakap, call padaku. Tak payah segan!" Faiz berseru pada Dhiarra sebelum melajukan mobil membelah jalan raya, di Melaka Bandaraya. Dhiarra melambai tangan hingga Faiz tak nampak lagi bersama mobilnya.
Faiz tak membuka pesan di ponsel, bahwa sang atasan, Shin, sedang mengunjungi salah satu departement store milik pribadi yang ada di Mahkota Parade juga. Mungkin dalam beberapa saat, sang asisten pun akan berbalik menyusul ke tempat itu kembali.
Dhiarra telah berjam-jam menghabiskan waktu menjelajahi Mahkota Parade mall. Rasa bebas jalan-jalan gembira yang telah lama tidak dilakukan, karena teror dari orang yang mengincar, akibat ulah ayah tiri. Gadis itu sangat asyik hingga jam waktu menunjuk di angka tujuh malam.
Merasa perut begitu menuntut, Dhiarra masuk pada salah satu kafe lantai dua di Mahkota Parade. Memesan nasi goreng ayam dan cepat dihabiskan, Dhiarra tak ingin terlalu malam kembali ke rumah besar Shin.
Hujan kembali mengguyur sangat deras, membuat Dhiarra terjebak kembali masuk ke dalam mall. Hampir dua jam menunggu, hujan justeru semakin deras. Bahkan, beberapa lampu gerai dalam mall telah mulai dimatikan. Sebentar lagi, mall Mahkota Parade akan tutup, berhenti beroperasi dan berlanjut esok hari.
Dhiarra merasa mulai gusar di hati, menyesali kelambatannya. Saat hujan begini, bagaimana mencari taksi? Padahal, Dhiarra masih sangat asing tempat ini. Jika terpaksa, siapa yang harus di hubungi? Ada dua nama yang direkomendasikan di hati. Antara sang karib, Yuaneta, atau pun om tirinya, Shin.
Dhiarra tidak memilih keduanya, tapi akan keluar dari bangunan mall, ingin mencoba peluang barangkali beruntung mendapatkan taksi. Bahkan taksi gelap sekali pun.
"Dhiarra..!!" Gadis itu sangat terkejut, merasa mendengar panggilan dari Shin barusan. Tapi itu tak mungkin, jam berapa ini? Shin tak mungkin merayau dalam mall di waktu hujan lebat seperti ini.
"Dhiarra!!" Suara Shin kembali menyerunya lebih keras, seperti geram karena seruan pertama diabaikan oleh pemilik nama itu.
"Tuan Shin..." Dhiarra berbalik dan menyebut nama orang yang telah diduganya dengan tergumam. Merasa aneh jika om tirinya yang nampak sibuk itu berada dalam mall yang sama dengannya.
"Ini jam berapa, Dhiarra?! Bagaimana kau bisa ada di Mahkota Parade ini?! Faiz, harap jelaskan!" Faiz yang berdiri mematung di samping Shin hanya diam serba salah. Tak menyangka jika Dhiarra yang diturunkan siang tadi, masih di sini, dan berjumpa lagi malam ini.
"Saya yang paksa bang Faiz untuk turunkan saya kat sini, encik. Bukan salah bang Faiz." Dhiarra berharap Shin yang penuh kharisma itu sudi memahami kelalaian bang Faiz.
"Faiz, jangan ulang kecerobohanmu. Gadis ini baru datang dua hari. Dia bisa sesat ke pojok Melaka. Dan itu akan merepotkan aku, Faiz!" Shin mempertegas ucapannya pada Faiz, agar tidak melepas Dhiarra di sembarang tempat. Dhiarra merasa sikap Shin menganggapnya masih kekanakan.
"Dan kau, Dhiarra. Jangan bawa kebiasaan liarmu itu di sini. Jam semalam ini, kau harusnya sudah tidur di kamarmu!" Mendengar ucapan tajam Shin padanya, Dhiarra hanya diam tak membantah. Bagaimanapun, Dhiarra bersyukur dan lega telah dijumpa oleh Shin dan Faiz pada waktu dan tempat yang mendesak seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
M akhwan Firjatullah
Faiz namanya sama ma jagoan pertama ku Mak..
2022-11-03
1
UTIEE
ya, betul itu.
kita akan saling menertawakan bahasa negara lain yang kita anggap berbeda dengan kebiasaan lokal
2022-10-23
1
UTIEE
pasti akan susah bagi keluarga suami ibu mu untuk menerima dirimu, arra. secara, ibu mu adalah istri lain dari ayah dan suaminya
hanya sabar yang bisa menghadapi masalah ini
2022-10-23
2