Azman terbangun pas jam sebelas siang dan setelah numpang mandi di rumah itu dia kemudian berpamitan sekalian lalu membereskan perlengkapan pribadinya kembali ke box pannier motornya dan memindahkan motornya ke parkiran Masjid desa.
Adzan Dzuhur berkumandang dan Azman sudah di dalam masjid itu lalu dia melaksanakan shalat berjamaah bersama para penduduk desa.
"Bapak bapak, semuanya saya pamit" ucap Azman dengan sangat ramah setelah selesai shalat dzuhur berjamaah itu dan saat ini sudah di parkiran Masjid.
"Maaf Mas Azman apakah saya bisa minta tolong sebentar saja" ucap salah seorang warga desa itu dengan sangat sopan.
"Ada yang bisa saya bantu Pak" ucap Azman dengan sangat ramah.
"Kalau boleh bapak ingin photo bareng saja sama motornya mas Azman" ucap warga desa itu yang membuat semua penduduk lainya tertawa terbahak bahak.
"Tentu saja pak, silahkan" ucap Azman sambil turun dari atas motornya itu.
"Saya boleh juga pak" ucap warga lainnya.
"Iya bapak bapak silahkan, mau naik di atasnya juga boleh kok, saya tidak terburu buru kok" ucap Azman sambil menyalakan sebatang rokoknya.
"Maaf Mas Azman, harap dimaklumi soalnya motor seperti milik mas Azman tidak setahun sekali masuk ke desa kami ini" ucap kepala desa itu dengan sangat ramah yang berdiri di samping Azman.
"Iya Pak, tidak apa apa, saya sendiri senang kok jika penduduk desa menyukai motor saya, semoga rezeki penduduk desa semakin berlimpah dan memiliki motor yang sama dengan saya atau lebih baik lagi" ucap Azman dengan sangat ramah.
"Aamiin Yra" ucap kepala desa dan juga beberapa penduduk desa yang mendengarkan.
"Mas Azman, apa motor seperti ini boros bensinnya" ucap salah seorang pemuda desa itu.
"Sedikit" ucap Azman dengan ramah sambil tersenyum hangat ke warga desa itu.
Lima belas menit Azman menunggu dan akhirnya semuanya selesai berfoto ria dengan motor bmw rs 1200 milik Azman.
Azman pun langsung melanjutkan perjalanannya karena memang dia sudah tidak nyaman untuk bermalam disana.
"Azman apa kau tidak bisa kencang sedikit" ucap Daim yang menjadi penumpang motor itu.
"Sejak kapan kau ada di belakang ku" ucap Azman yang dari bangun tidur tidak melihat Daim.
"Dari mulai parkiran Masjid, cuma aku memilih untuk tidak menampakkan diriku" ucap Daim.
"Sayang kau tidak bisa menampakkan diri seperti manusia umumnya dan cuma aku saja yang bisa melihat mu" ucap Azman sambil menambah kecepatan motornya dari empat puluh kilometer per jam menjadi enam puluh kilometer per jam.
"Aku kan memang bukan manusia, di depan ada kecelakaan sebaiknya kau pelan lagi saja" ucap Daim.
"Oke" ucap Azman sambil memelankan laju motornya itu menjadi dua puluh kilometer per jam.
Dan ternyata benar lima ratus meter kemudian setelah melewati dua tikungan ada kecelakaan antara dua mobil yang serempetan namun tidak ada korban jiwa disana dan Azman pun tidak berhenti sama sekali.
"Sudah kencang lagi saja sudah aman kok sampai beberapa kilometer ke depan masih bisa kencang, nanti macet dikit dekat pantai pelabuhan ratu" ucap Daim.
"Bagaimana kau bisa tahu kejadian di depan" ucap Azman sambil menambah kecepatan motornya menjadi enam puluh kilometer per jam kembali.
"Itu kelebihan ku, bisa melihat menembus apapun jadi bisa tahu apa yang ada di depan kita" ucap Daim.
"Baguslah namun jangan menghilang lagi seperti tadi, toh cuma aku saja yang bisa melihat mu" ucap Azman dengan ramah sambil terus menjalankan motornya.
"Oke, tapi lain kali panggil saja aku dalam hatimu, nanti aku pasti muncul" ucap Daim.
Azman dan Daim terus mengobrol karena Daim sudah dianggap teman perjalanan oleh Azman.
Benar apa yang dikatakan oleh Daim jika di daerah pantai pelabuhan ratu sedikit macet namun setelah itu lancar kembali.
"Azman di depan kita ada masjid dan jika kau mau shalat berjamaah ya disana saja soalnya jika kita melewatinya akan jauh lagi masjidnya jadi bisa terlewat untuk shalat berjamaah" ucap Daim.
"Oke berhenti di masjid itu saja, aku juga sudah sedikit lelah" ucap Azman sambil mengendalikan laju motornya itu dan lima menit kemudian terlihat olehnya sebuah masjid kecil di sebelah kiri jalan.
Azman langsung memarkirkan motornya dan karena belum masuk waktu shalat Ashar jadi dia memilih untuk duduk di teras masjid itu.
"Azman jika mau bantu pembangunan masjid maka masjid ini layak di bantu, karena atapnya sudah sedikit rapuh takutnya nanti rubuh, jika tidak percaya lihatlah ke atas mu itu" ucap Daim sambil menunjuk ke arah plafon masjid
"Iya nanti saja, disini belum ada orang juga" ucap Azman dalam hatinya sambil melihat plafon teras masjid yang sudah terlihat sangat rusak bahkan beberapa genteng masjid sudah tidak ada.
"Dindingnya juga sudah perlu di cat ulang nich" ucap Daim.
"Kau ini sudah seperti ahli bangunan saja ya" ucap Azman dalam hatinya.
"Ya bisa di bilang kami suka keindahan jadi kami tidak nyaman jika bangunan masjid seperti ini" ucap Daim.
Beberapa penduduk terlihat berdatangan dan mereka tersenyum ramah ke Azman.
Adzan Ashar berkumandang dan Azman beserta Daim langsung mengambil wudhu lalu ikut shalat berjamaah bersama puluhan orang penduduk desa dan orang orang yang sengaja berhenti untuk shalat berjamaah.
"Assalamualaikum maaf pak, bisa bicara sebentar" ucap Azman ke imam masjid setelah mereka selesai shalat Ashar berjamaah dan dzikir bersama.
"Iya pak, ada yang bisa saya bantu untuk bapak" ucap imam masjid itu dengan sangat ramah.
"Maaf saya lihat bangunan masjid ini sudah memerlukan renovasi apakah ada rencana dari dkm masjid untuk renovasi" ucap Azman dengan ramah.
"Benar Pak, kami juga sedang menabung untuk renovasi" ucap imam masjid itu dengan sangat ramah dan sopan.
"Bisa saya minta nomor rekening masjid ini pak dan berapa kebutuhan renovasinya" ucap Azman dengan sangat ramah.
"Alhamdulillah, bapak sungguh berhati mulia, kami berencana menggunakan baja ringan dan sesuai hitungan kami memerlukan biaya senilai empat puluh juta kurang lebih termasuk mengecat dinding masjid ini pak, sebentar saya ambilkan dulu rencana renovasi pak" ucap Imam Masjid sambil melangkah ke ruang sebelah ruang mihrab.
"Maaf Pak, ini hitungan kami dan ada nomor rekeningnya juga atas nama masjid ini" ucap imam masjid itu dengan sangat ramah dan sopan sambil menyerahkan sebuah berkas.
Azman menerima berkas itu lalu membacanya sekilas lalu mengambil ponselnya dan mentransfer lima puluh juta rupiah ke rekening masjid itu.
"Maaf Pak, ini sudah saya transferkan dan sudah saya kirimkan juga bukti transfernya ke semua nomor disini" ucap Azman sambil memperlihatkan bukti transfer di ponselnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
maklum orang kampung seperti kita kalau liat moge pingin selpi
2023-11-29
0
𝕬𝖑_𝖑𝖎𝖓𝖆⁰¹
kesian orangnya gak ada yg tertarik 🏃🏼♀️🏃🏼♀️
2023-09-12
0
By
jadi gk sendirian lagi klo naik motor
2023-02-23
0