Perjalanan itu berjalan dengan lancar dan memerlukan waktu sampai satu jam perjalanan, kini mereka sudah sampai di tempat Pak Ujang biasa memarkirkan motornya.
"Kita kan memarkirkan motor disini saja kebetulan semua warga disini masih keluarga bapak, dari sini kita akan berjalan kaki, tapi ada beberapa hal yang ingin bapak tegaskan ke Nak Azman" ucap Pak Ujang yang melihat jika Azman sedang mengeluarkan tas ranselnya dari dalam box pannier motornya.
"Iya pak, saya tidak membawa ponsel saya kok dan tidak membawa kamera juga, saya hanya membawa pakaian dan rokok saja, korek juga saya membawa korek kayu kok, peralatan mandi juga saya tidak membawanya hanya handuknya saja" ucap Azman dengan sangat sopan.
"Syukurlah jika Nak Azman sudah mengetahui aturan kanekes" ucap Pak Ujang dengan sangat ramah.
(Kanekes adalah sebutan untuk warga baduy dalam.)
"Alhamdulillah saya sudah lama mempelajari kehidupan di kanekes sebelum saya berangkat Pak, dan maaf saya lupa membawa makanan dan minuman apakah ada warung disini?" Ucap Azman dengan ramah.
"Kita kembali ke alam saja ya. Tidak perlu membawa makanan dan minuman, di hutan banyak makanan dan minuman juga kok" ucap Pak Ujang dengan sangat ramah.
"Baik Pak" ucap Azman.
Mereka langsung keluar dari desa itu dan masuk ke jalanan hutan yang sangat bersih dan terjaga tanpa adanya sampah apapun dan hanya mereka bertiga saja di sana.
"Maaf Pak, Apakah ini bukan rute wisatawan?" Tanya Azman sambil berjalan mengikuti Pak Ujang dan anak laki lakinya itu.
"Benar, Rute ini lebih pendek dari rute yang di gunakan para wisatawan, karena memang hanya boleh digunakan warga saja" ucap Pak Ujang dengan ramah.
"Pak Azman coba ini deh, rasanya manis dan segar pak" ucap anak laki laki Pak Ujang sambil memetik beberapa buah ceri.
"Terima kasih" ucap Azman dengan sangat ramah sambil menerima sepuluh butir buah ceri itu lalu memakannya sambil berjalan.
"Pak Ujang maaf kenapa disini banyak sekali Roh halus" ucap Azman yang melihat beberapa roh halus yang menyerupai manusia di dalam hutan melihat ke arahnya.
"Insyaallah tidak akan mengganggu kita kok selama kita tidak mengotori dan merusak hutan, saya kira Nak Azman tidak melihatnya" ucap Pak Ujang dengan ramah sambil terus berjalan.
Azman melihat sekelilingnya dan dia melihat dengan jelas beberapa makhluk yang menyerupai manusia melayang di kiri dan kanan jalan itu mengawasi mereka bertiga.
Makhluk makhluk itu transparan namun masih terlihat dengan jelas oleh Azman.
"Pak Azman, semuanya adalah leluhur yang melindungi hutan ini, namun biasanya para leluhur tidak menyambut seperti ini, seperti bapak menarik mereka" ucap anak laki laki Pak Ujang yang bernama Rudi.
"Mas Rudi udah jangan bapak melulu, panggil nama saja, saya seumuran dengan Mas Rudi" ucap Azman sambil terus melangkah mengikuti ayah dan anak itu.
"Iya maaf kebiasaan di toko, di wajibkan memanggil semua tamu dengan bapak" jawab Rudi sambil tertawa ringan.
Satu sosok roh halus yang menyerupai seorang pria sepuh berpakaian adat sunda berwarna putih terlihat jelas melayang menutup jalan mereka bertiga sehingga Pak Ujang langsung berhenti.
"Ujang, Eta budak di tukang saha (Ujang siapa itu anak yang di belakang " ucap sosok roh halus itu berbicara bahasa sunda ke Pak Ujang namun terdengar dan dimengerti oleh Azman.
"Punten karuhun, eta teh tamu ti jakarta rek di ajar di luhur (maaf leluhur, itu tamu dari Jakarta mau belajar di atas)" ucap Pak Ujang dengan sangat sopan.
"Titah muka sapatuna, urang hayang ningali niatan na (suruh buka sepatunya, saya ingin melihat kesungguhan niatnya)" ucap sosok roh halus itu dalam bahasa sunda.
Azman yang mendengar dan mengerti langsung mencopot sepatunya menggantungnya di ranselnya.
"Budak saha ngaran maneh (nak siapa nama mu)" ucap sosok roh halus itu yang melihat Azman sudah mencopot sepatunya.
"Abdi Azman karuhun, punten abdi ngiring ngalangkung, bade di ajar di luhur (leluhur, nama saya Azman, maaf saya numpang lewat hendak belajar di atas)" ucap Azman dengan sangat sopan dan menundukkan kepalanya.
Sosok Roh halus itu tidak menjawabnya melainkan melayang kembali ke atas sebelah kanan mereka mempersilahkan mereka bertiga untuk lewat kembali.
"Mari kita lanjutkan lagi" ucap Pak Ujang sambil kembali melangkah di jalanan yang menanjak dan cukup terjal itu.
Azman juga berjalan namun sambil menundukkan kepalanya tidak berani melihat kiri dan kanannya.
Perjalanan itu berjalan dengan lancar meskipun Azman tidak menggunakan alas kaki hingga akhirnya mereka sampai di salah satu dari tiga desa di kampung baduy dalam itu.
Pak Ujang kemudian membawa mereka ke sebuah rumah kayu yang paling besar dan langsung di sambut oleh seorang pria sepuh yang usianya jauh lebih tua dari pak ujang namun masih sangat sehat.
Mereka kemudian duduk di lantai teras karena memang tidak ada kursi disana.
"Karuhun, ieu Azman ti jakarta, cenah mah hanya di ajar hirup di dieu (leluhur, ini Azman dari Jakarta katanya ingin belajar hidup di sini) ucap Pak Ujang memperkenalkan Azman.
"Abdi Azman karuhun, dongkap ka dieu hoyong di ajar hirup sederhana sareng hoyong nyuhunkeun bantosan jang masalah abdi nu sok di ganggu wae ku dedemit (nama saya azman, datang kesini untuk belajar hidup sederhana, sama meminta bantuan untuk masalah saya yang suka di ganggu oleh makhluk halus)" ucap Azman dengan sangat sopan.
"Azman ari maneh samemehna timana naha meni loba eta jurig dina awak maneh (Azman sebelumnya kamu dari mana kenapa banyak sekali setan di tubuhmu)" ucap Tokoh masyarakat kanekes itu dengan ramah.
"Punten karuhun abdi samehna ngalaman ……. Janten kitu karuhun (maaf leluhur saya sebelumnya mengalami ……… jadi begitu leluhur)" ucap Azman menjelaskan apa yang dia alami dengan sangat sopan.
"Ujang, sok ari maneh rek balik mah, antepkeun weh eta budak didieu (Ujang silahkan jika kamu mau pulang, biarkan anak itu disini)" ucap Tokoh masyarakat kanekes itu dengan ramah.
"Karuhun abdi pamit, nak Azman baik baik ya disini" ucap Pak Ujang sambil berdiri demikian juga dengan Rudi anaknya lalu mereka berjabat tangan dan meninggalkan Azman di rumah leluhur kanekes tersebut.
"Azman antosan hayu ngilu (Azman ayo ikut" ucap tokoh masyarakat kanekes itu dengan sangat ramah sambil berdiri dan melangkah kedalam rumahnya di ikuti oleh Azman.
Azman diberikan sebuah kamar di rumah besar itu dan beberapa stel pakaian sunda seperti yang di gunakan oleh tokoh masyarakat kanekes itu.
"Sok ganti heula eta baju maneh, lamun enggeus sok ku urang di antosan di hareup (silahkan ganti dulu baju mu, jika sudah saya tunggu di depan" ucap tokoh masyarakat kanekes itu sambil melangkah meninggalkan Azman di kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Meili Rahma
orang Sunda ngak perlu translate
2024-01-09
0
Zuhril Witanto
lanjut .. seru nih
2023-11-29
0
Clara Safitri
lanjut atuh kumaha. bakal seru ini teh cerita😘
2023-09-24
0