Bab 14

"Dinaaa... pekik Lastri ketika baru turun dari mobil langsung berlari. Melihat sahabatnya sedang duduk bersama Bayu di depan kontrakan.

"Lastriiii..." kedua sahabat dari SMP itupun saling menghambur berpelukan. Bayu dan Adnan saling pandang. Wajar, sebelum acara pernikahan Lastri yang akhirnya gagal. Dina yang selalu membantu mengurus ini itu. Bahkan waktu liburannya selama satu bulan ia habiskan di kampung Lastri, padahal mama di Jakarta ingin Dina segera pulang.

"Kamu apa kabar Tri?" Dina melepas pelukanya.

"Kabar baik Din, kita ngobrol di dalam saja"

Lastri membuka kunci pintu lalu masuk diikuti Bayu dan Dina. "Beginilah tempat tinggal aku Din, Kak Bayu" kata Lastri sambil menggelar tikar.

"Alhamdulillah Tri... begini juga kan usaha loe sendiri, sedangkan gw, masih menodong Bokap Nyokap" jawab Dina.

"Gw nggak di suruh masuk?" Adnan pura-pura cemberut di depan pintu.

"Masuk Kak, hehehe... maaf-maaf, lupa" Lastri dan Dina tertawa.

Adnan pun ikut bergabung duduk di sebelah Bayu.

"Biarin saja, dia nggak usah disuruh masuk" seloroh Bayu menyeringai. Dan hanya ditanggapi senyuman oleh Adnan.

"Aku buatkan minum dulu ya" Lastri bergegas kedapur, membuat teh manis lalu membuka oleh-oleh dari tante Fatimah. Ternyata isinya empek-empek palembang, yang Lastri buat tadi.

"Gw bantu Tri" Dina ternyata menyusul ke dapur.

"Boleh... teh nya bawa ke depan ya, aku mau menggoreng empek-empek" ucapnya sambil menuang minyak kedalam penggorengan.

"Waah... enak tuh, loe beli? kayak nya asli ini" Dina memencet empek-empek dengan telunjuk setelah mencuci tangan.

"Nggak kok, tante Fatimah yang kasih" jawab Lastri.

"Oh iya Tri, kamu baru pulang dari rumah kak Adnan"

"Iya, aku diajak main kesana" jawab Lastri. Mereka tukar cerita di dapur. Lastri menceritakan tentang tante Fatimah. Sedangkan Dina, menceritakan bahwa Arman tadi siang berkunjung kerumahnya.

"Sudah ah, kita keluar saja, nanti teh nya keburu dingin" Lastri mengalihkan obrolan tentang Arman. Kemudian ambil nampan memberikan kepada Dina. Dina segera kedepan.

"Kita makan empek-empek" Lastri menyusul membawa empat mangkok ke depan lalu meletakkan di tikar. Empek-empek yang sudah disiram saos, sudah tersaji.

"Kayaknya gw kenal rasa empek-empek ini" kata Bayu sambil mengunyah. Ya jelas nggak asing dengan rasanya. Sebab Lastri dulu sering membuatkan empek-empek Mbak Nina kakak Bayu.

Lastri tidak menjawab lalu mengajak mereka makan kecuali Adnan.

"Kak Adnan kok nggak makan?" tanya Dina.

"Nggak, gw makan ini saja" Adnan menyeruput teh sambil nyemil keripik buatan Lastri. Mereka ngobrol ngalor ngidul. Ketika sedang asik nya, Adnan pulang lebih dulu karena di telepon mama Fatimah, sebab Bella menunggu di rumah.

"Tri, kok loe tiba-tiba kuliah di kampus itu?" tanya Dina selesai makan.

"Biasa Din, dapat beasiswa, kalau nggak, mana mungkin aku bisa kuliah di situ" terang Lastri.

"Ah, aku mau pindah ke kampus loe saja dech" kata Dina.

"Kamu ini latah Din, dulu waktu SMK pindah ke sekolah Lastri, terus sekarang mau pindah ke kampus itu juga" Bayu geleng-geleng kepala menatap kekasihnya itu.

"Mas, tolong bantu Dina bicara dengan Mama ya, supaya aku dibolehin kuliah di situ," bukanya menjawab protes Bayu, Dina justeru minta bantuan.

Nggak janji" jawab Bayu singkat lalu menghabiskan sisa teh.

Lastri menatap sahabatnya, orang kaya seperti Dina bisa melakukan sesuatu yang ia inginkan tanpa harus berpikir dulu, dan bersusah payah untuk mencari biaya seperti dirinya. Lastri menarik napas panjang.

********

Hari berganti saatnya acara outbound tiba. Lastri menggendong ransel berisi cemilan yang ia buat sendiri, dan juga membawa baju ganti. Baju olah raga berwarna hijau lumut dan kerudung putih itulah seragam yang di tentukan pihak panitia.

Tidak lupa sepatu olah raga yang baru ia beli di pasar harga 60 ribu. Namun, ia tetap percaya diri, tidak minder walaupun sepatu teman-temanya merogoh kocek rata-rata 500 ribu keatas hingga jutaan.

Lastri dan teman-temanya sudah sampai di kampus berdiri di samping bus yang akan mengangkut mereka.

Ada sekitar lima bus, sudah siap berangkat supir sudah standby di tempat.

"Nindy, kamu dapat bus nomor berapa?" tanya Lastri menghampiri Nindy yang baru sampai.

"Bus nomer satu Tri" sahut Nindy mendekati Lastri.

"Yeee... kita satu bus" Lastri kegirangan.

"Gw juga nomor satu" Rudy yang baru datang menimpali.

"Kita tos" mereka mengadu telapak tangan.

"Kita simpen tas dulu yuk" kata Lastri semua mengikuti. Nindy berhenti sebentar, melihat kertas yang ditempel di depan daftar nama peserta outbound yang turut dalam satu bus.

Dan kertas yang sebelah tertulis nama dosen, dan mahasiswa senior yang mendampingi mereka. Sayu dosen wanita, pak Arman, pak Ulix. Sementara seniornya. Adnan, Bobby, dan Sony.

"Triii..." pekik Nindy.

"Pa-an sih! teriak-teriak!" Lastri yang sedang menyusun tas di lemari bus seketika menoleh.

"Yeee... Pak Arman, sama Kak Adnan satu bus sama kita" Nindy kegirangan.

"Terus... mau apa gitu? kalau beliau, satu bus sama kita?" Lastri mencebik.

"Ya nggak ngapa-ngapain, sih... seneng saja, bisa deketan dengan cowok-cowok ganteng model Pak Arman dan Kak Adnan hehehe," tutur Nindy, belum tahu jika Arman dengan Lastri saling dekat.

"Heh! turun kalian!" bentak Bella mengejutkan Lastri dan Nindy sementara Rudy setelah menyimpan tas tadi entah kemana.

Nindy beringsut mundur. "Waah... bakal ada perang nih, lebih baik gw temui Sipen." Nindy pun akhirnya turun dari bus.

Teman-teman satu persatu masuk kedalam bus tetapi mereka hanya menjadi penonton tidak ada seorang pun yang berani melawan Bella.

"Kenapa kami harus turun, sedangkan kami sudah tercatat di bus ini" Lastri menyahut.

"Heh! loe gadis kampung! sekali lagi loe berani deketin Adnan! apa lagi sampai kerumahnya, gw gampar loe!" Bella menunjuk mata Lastri sedangkan kedua teman Bella hanya mengangguk ngguk.

"Hehehe..." kamu lucu Bel, saya berhak berteman dengan siapapun, termasuk Kak Adnan, dan harus kamu tahu, saya datang ke rumah Kak Adnan, karena menerima undangan Tante Fatimah, jika kamu nggak terima, temui beliau," pungkas Lastri lalu duduk di kursi yang sudah tertera namanya

"Loe berani?!" Bella semakin emosi.

"Apa!" tantang Lastri lalu berdiri. Kedua wanita itu saling berhadapan. Mata Bella seperti Harimau yang siap menerkam mangsanya. Sedangkan Lastri siap melawan makhluk apapun termasuk Harimau macam Bella jika memang diusik.

"Turun loe! dari bus ini. Kalau nggak!" ancam Bella.

"Kalau nggak kenapa" jawab Lastri santai.

"Loe jangan diam saja! seret keluar wanita kampung ini!" perintah Bella kepada kedua temanya. Kedua teman Bella menarik tangan Lastri.

"Lepaskan Lastri!" suara bariton menghentikan aksi mereka. Semua menoleh ternyata Sipen datang mendekat.

"Tidak ada yang bisa merubah aturan yang sudah kami buat, jika ada yang berani melanggar, harus berhadapan dengan gw! termasuk loe, Bella!" tegas Sipen.

"Kembali ke tempat masing-masing" titah Sipen.

"Dan loe Bella! ikut gw" Sipen menarik tangan Bella dengan paksa walaupun Bella memberontak. Kehadiran Lastri ke kampus itu ternyata bisa merubah orang-orang yang pengecut berani memberantas ketidak adilan.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

betul tuh

2024-01-28

0

Erni Kusumawati

Erni Kusumawati

Good job Lastri bs membawa perubahan yg positive utk orang lain..

2023-08-06

0

Senajudifa

Senajudifa

mampus km bela

2022-12-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!