Lastri dan kedua temanya keluar dari kelas menuju kantin setelah drama menegangkan saat di kelas membuat Lastri ingin membasahi tenggorokan nya yang terasa kering.
Lastri kemudian mengajak duduk kedua temanya dimana biasanya kursi tersebut diduduki geng jutek. Sebab kursi yang lain penuh semua.
"Yakin kita duduk di sini Tri?" Rudy tampak tegang.
"Memang kenapa gitu?" Lastri balik bertanya.
"Kita pindah saja ke rerumputan disana lebih nyaman" Nindy memberi usul.
"Ya sudah ayo" mereka berjalan menuju rerumputan. Rudy dan Nindy memesan makanan sedangkan Lastri beristirahat. Sambil memijit betisnya yang terasa pegal.
"Tri loe sendirian?" tanya Adnan dan Bobby menghampirinya.
"Iya kak, Nindy memesan makanan," Lastri kemudian menggeser duduknya memberi ruang kakak seniornya.
"Tri kok loe kurusan, kenapa?" tanya Adnan perhatian.
"Biasa Kak, kejar target merampungkan jahitan, bayangkan Kak, 40 baju harus selesai satu bulan," tutur Lastri. Biasanya satu gamis ia kerjakan tiga hari. Sambil mengerjakan tugas kampus.
"Loe bisa menjahit gamis juga Tri, gw pikir topi sama kerudung doang," Bobby menimpali.
"Bisa Kak" sahutnya singkat.
"Semangat Tri, gw doakan loe sukses. Oh iya Tri, gw sampai lupa Mama kirim salam buat loe" tutur Adnan.
"Salam kembali Kak, Ibu Fatimah sehat kan?" Lastri menjadi ingat saat SMK suka membantu ibu Fatimah memasak jika kadang main kesana.
"Alhamdulillah... sehat. Makanya loe main dong," Mama Adnan sering minta Adnan agar mengajak Lastri main kerumah.
"IsyaAllah Kak, kapan-kapan," jawab Lastri
Loe hari sabtu ikut kan?" tanya Adnan penuh harap.
"IsyaAllah, Kak, boleh deh sekali kali mumpung nggak ada jahitan," Lastri tersenyum, membuat dada Adnan selalu berdesir.
"Benar loe ya, gw bagi nomer handphone dong," kata Adnan.
"Nggak punya handphone Kak" sahutnya lemah. Sebenarnya dulu Lastri punya handphone mahal pemberian Arman. Tetapi tanpa Arman tahu, handphone tersebut di minta ibu Sulis. Mengingat itu Lastri berkaca-kaca. Bukan masalah handphone yang diambil, bagi Lastri ya sudahlah... Tetapi yang membuat Lastri sedih adalah... Bu Sulis juga menuduhnya jika selama sekolah ia dibiayai Arman. Tidak terasa air mata Lastri menetes.
"Tri kenapa loe, kok sedih... kalau loe nggak punya handphone nggak apa-apa kok" Adnan merasa bersalah ia merasa telah salah kata.
"Nggak Kak, nggak apa-apa, hanya inget ibu di kampung aku nggak bisa memberi kabar," ucapnya tidak seluruhnya berbohong.
"Loe pakai handphone gw saja hubungi sekarang berapa nomornya?" Adnan dengan cepat merogoh hp.
"Tidak Kak, aku kemarin kan mendapat borongan jahitan, aku akan kumpulin buat membeli handphone yang murah-murah saja," tutur Lastri.
Bella yang baru datang dengan gengnya. Melihat Lastri berbincang-bincang akrab dengan Adnan darahnya mendidih. Dia menjatuhkan bokongnya di kursi menatapnya horor.
Adnan menatap Lastri iba, Lastri masih seperti dulu ia paling tidak mau menerima bantuan orang lain dengan cuma-cuma tanpa harus mengeluarkan keringat.
Tidak hanya Bella yang memperhatikan keakraban Lastri dengan Adnan. Namun ada yang merasa tidak rela, Lastri dekat dengan orang lain. Lebih-lebih, Adnan sedang menatap wajah Lastri tidak berkedip. Dialah Arman, kebetulan sedang melintas. Arman bersembunyi di balik pohon mengamati mereka. Netranya menangkap Adnan yang sedang memberikan tissue.
Ada rasa cemburu di hati Arman, tidak ada satu oranpun yang boleh memperhatikan Lastri. Arman tahu sejak SMK Adnan mencintai Lastri. Arman pun pergi membawa rasa kecewa di hatinya.
Arman masuk ke ruang dosen kemudian duduk lemas. Jika ingat sejak dulu hubungan dengan Lastri sudah tiga kali putus. Lalu apakah masih bisa merajut kembali cinta manis mereka? Dan bolehkah ia masih berharap, bisa bersatu dengan gadis kecilnya?
Arman mencoret-coret kertas seperti benang kusut. Semua itu tidak lepas dari pandangan bu Sayu dosen cantik yang selalu mendambakan Arman.
"Pak Arman ada apa, sepertinya suntuk sekali?" selidik Sayu, lalu duduk berhadapan dengan Arman.
"Tidak ada apa-apa Yu" jawabnya kemudian ambil air mineral kemudian menyeruputnya pelan.
"Pak Arman hari sabtu ikut ya?" tanya Sayu karena mereka mendapat jatah satu bus dengan Arman membuat Sayu senang sekali.
"Masih belum tahu Yu" Arman ingin ikut jika Lastri ikut. Namun jika tidak Arman pun lebih baik di rumah.
Jam istirahat habis, Arman kembali mengajar kelas yang lain, begitu juga dengan Sayu.
******
"Tri, Mama barusan telepon katanya loe disuruh ikut gw ke rumah," kata Adnan saat Lastri sedang menunggu angkutan.
"Sekarang Kak?" Lastri tampak berpikir.
"Iya, ayo lah... katanya Mama mau ada perlu sama kamu," kata Adnan yang sudah turun dari mobil mengajak Lastri naik.
"Nanti kalau tunangan kakak tahu pasti marah," jawab Lastri masih ragu.
"Cek! ayo" Adnan menarik tangan Lastri. Lastri duduk di tengah sedangkan Adnan di depan bersama Bobby.
Lastri tidak tahu bahwa Arman sedang berdiri di samping mobilnya mengamati. Kekecewaan Arman yang tadi pagi belum hilang, kini sudah di tambah lagi, hatinya kesal dan marah. Namun tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia merasa tidak punya wewenang sikap Lastri kepadanya juga masih dingin. Arman masuk ke dalam mobil lalu pergi tidak kuat melihat Lastri yang selalu dekat dengan Adnan.
Arman menjalankan mobilnya menuju rumah sahabatnya. Saat sedang sedih hanya dia yang bisa diajak curhat.
15 menit kemudian, Arman sampai di rumah berlantai dua berpagar tinggi setelah memencet bel lalu dibukakan.
"Eh Tuan Arman" sapa bibi sambil mendorong pagar.
"Dimas ada Bi?" tanya Arman sebelum masuk.
"Ada Tuan, silahkan masuk"
Arman masuk mengikuti bibi.
"Ke kamar saja Tuan... beliau ada di kamar," titah bibi, memang sudah biasa begitu, jika Arman datang langsung masuk ke kamar Dimas sahabatnya SMA hingga kuliah.
Tok tok tok.
Masuk.
Ceklak.
"Nggak ke bengkel loe Dim?" tanya Arman begitu masuk langsung ingin ke kamar mandi.
"Nggak, hari ini ingin istirahat," jawab Dimas menatap Arman dari belakang, ketika berjalan cepat kekamar mandi. Dimas yang sibuk mengotak atik lap top begitu Arman datang langsung membenahi.
"Ngapa loe! bete banget?" tanya Dimas to the point ketika Arman keluar dari kamar mandi menatap wajah Arman kusut jika sudah begitu Dimas tahu? pasti sahabatnya ingin curhat.
"Kesal gw" jawab Arman langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur.
"Kesal? kesal kenapa?" Dimas kemudian meletakan bantal lalu bersandar di tempat tidur. Memperhatikan Arman yang sudah telungkup.
"Lastri ternyata kuliah satu kampus lagi sama gw, Dim"
"Benarkah? bagus dong, kalian bisa bersatu kembali,"
"Bersatu kepala loe" Arman meninju bantal.
"Bantal nggak salah Ar, jangan loe pukul-pukul begitu, sekarang cerita sama gw,"
Arman pun menceritakan pertemuanya dengan Lastri, bagaimana sikap Lastri kepadanya. Dan mengenahi Adnan yang kembali mendekati Lastri.
"Loe itu, cowok nggak ada perjuangan Ar, tunjukan dong! kalau loe memang serius, dan satu lagi Ar, loe harus bisa tegas dengan Nyokap loe." Nasehat Dimas panjang lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Gupron Gupron
gaul gitu pake loe gue?
2025-03-04
0
Erina Munir
betul tuh dimas...mang klo cowok itu hrs tegas
2024-01-28
1
Kustri
pertemukan lastri sm cowok & klga'a yg lbh sayang & tulus sm lastri
males ama cowok masa lalu lastri
dan lastri lepas aja kalung dr arman
2023-08-27
1