Waktu sudah sore, Arman pamit pulang. Ia mengendarai mobil dengan perasaan campur aduk, saat mendengar cerita Dina tadi rasanya masih terngiang-ngilang di telinga.
Jalanan padat merayap, saat sore kebanyakan para pekerja pulang ke rumah masing-masing.
Musik lagu cinta yang pernah ia nyayikan bersama Lastri dulu mengalun lembut. Menghiburnya tatkala hatinya sedang gundah.
Ah... ingat Lastri, ia berpikir harus pulang ke kampung dulu, untuk menanyakan kepada ibu kandungnya, apa maksudnya? ibu kandungnya sampai tega membatalkan pernikahanya dengan gadis yang sudah ia cintai sejak kelas satu SMP itu.
**********
Sementara itu di rumah mewah, Lastri saat ini sedang memasak di dapur bersama tante Fatimah yakni mama Adnan, di bantu bibi. Tante Fatimah tanya ini itu, kadang melempar canda membuat Lastri terhibur.
"Kamu masih tinggal di rumah Mbak Nina Nak?" tanya tante, seraya mengaduk tepung sagu dengan terigu lalu menjerangnya di atas kompor.
"Tidak Tante, saya sekarang kos," jawab Lastri yang sedang memisahkan ikan tenggiri dari tulangnya.
"Terus... kegiatan kamu selain kuliah apa?" tante Fatimah tahu Lastri tidak mungkin berdiam diri karena Lastri tipikal gadis yang rajin bekerja.
"Saya sambil menjahit Tante, lumayan, buat bayar kos, makan setiap hari" terang Lastri.
"Ma, ini loh contohnya... Lastri membuat topi, aku beli loh" Adnan tiba-tiba masuk ke dapur, memamerkan topi, yang ia beli minggu yang lalu.
"Waah... kreatif sekali..." tante Fatimah menelisik topi yang di ambil dari tangan putranya. Beliau manggut-manggut.
Adnan kemudian membuka kulkas ambil botol air dingin, lalu duduk di meja makan.
"Sebenarnya... topi itu saya buat dari kain perca Tan, lumayan sisa-sisa membuat celana dan baju, uangnya bisa untuk mengirimi adik di kampung." terang Lastri.
"Bagus-bagus, saya salut sama kamu" tante tersenyum menatap Lastri dari belakang yang sedang membuka sarung tangan sudah selesai memisahkan daging ikan. Semua itu tidak lepas dari tatapan mata Adnan yang sedang duduk di meja makan sambil meneguk air.
"Andai saja kamu mencintai aku Tri, mama sayang sama kamu dan papa tidak akan menjodohkan aku dengan wanita jilmaan setan, seperti Bella,"
"Sudah Tan" Lastri membawa ikan mendekat.
"Sini, saya campur" tante hendak ambil ikan tetapi Lastri melarang.
"Saya saja yang mencampur Tan" Lastri mencampur ikan dengan adonan, setelah dingin menambahkan telur yang sudah di pecahkan mengaduk-aduk. Tante Fatimah lagi-lagi tersenyum, apapun yang beliau ajarkan kepada Lastri cepat mengerti dan bisa mempraktekkan.
Lastri kembali mengenakan sarung tangan memulung adonan sesuai selera, lalu menyeburkan kedalam panci yang berisi air hangat di atas kompor.
"Kamu sudah pernah terima jahitan berjumlah banyak Nak?" tante kembali membicarakan masalah jahitan.
"Baru selesai kemarin Tan, membuat gamis" jawab Lastri sambil meniriskan empek-empek. Ternyata Lastri membuat makanan kas palembang kesukaan papa Adnan.
"Tante rencana mau membuat seragam gamis, untuk acara ulang tahun pondok pesantren, kamu bisa Nak?"
"Berapa stel Tan?" empek-empek sudah matang saat ini Lastri sedang merapikan bekasnya.
"Kita ngobrol di kursi saja" Tante Fatimah berjalan keruang keluarga di ikuti Lastri, sementara Adnan sudah kembali ke kamar.
"Sekitar 40 gamis, tapi masih tiga bulan lagi, kamu bisa mulai dari sekarang supaya tidak keteter." usul tante.
"Siap Tan" Lastri bersemangat terlihat binar di mata, ia bersyukur jalanya untuk mencari rezeki di dipermudah.
"Saya tunjukkan katalog nya, Tante tinggal pilih" Lastri bergegas merogoh katalog dari tas, yang ia letakan di atas meja. Ia menunjukkan kepada tante. Tante memilih gambar yang Lastri rancang sendiri.
"Semua bagus, saya bingung, tapi saya pilih yang ini saja" tante memilih model yang simpel.
Lastri pun menyanggupi, ia senang sekali nanti akan mengabari kedua temanya agar membantunya setelah dari puncak baru akan mulai menggarap nya.
"Tan, sudah sore saya pulang ya" Lastri sudah selesai shalat ashar kemudian ingin pulang.
"Sebagai tanda jadi... saya kasih panjer dulu," tante menyerahkan amplop. "Bahan dari sini kok, kamu tinggal beli pernak pernik saja" tante menyemangati.
"Oh iya Tan, sekali lagi terimakasih" Lastri kemudian memasukan amplop kedalam tas lalu menylempang nya.
"Sekali-sekali apa, kamu menginap disini, kan kuliah nya bisa bareng Adnan" pinta tante Fatimah.
"IsyaAllah... lain kali ya Tan, saya pamit" Lastri mencium tangan tante Fatimah. Ia keluar dari rumah tante mengenakan sepatu kemudian naik mobil, Adnan yang sudah menunggu di halaman.
"Ini buat bekal ya" tante mengantarkan tentengan tas, meletakkan di jok tengah sebab Lastri duduk di depan.
"Tidak usah repot Tan, Tante kan begitu, kalau saya kesini suka di bekali macam-macam" Lastri merasa malu.
"Sudah... cepat jalan Anan, hati-hati di jalan ya" doa tante.
"Iya Ma" sahut Adnan dari tempat duduknya. Kemudian Adnan menjalankan mobilnya.
Mereka tidak tahu ada sepasang mata yang, memperhatikan mereka. Dia adalah Bella, ia emosi mengapa mama Fatimah bisa kenal dengan Lastri.
"Mama" Bella langsung menghampiri tante Fatimah yang sedang memetik bunga di halaman.
"Eh, kamu Bell, darimana Nak?" mama Fatimah menghentikan kegiatannya.
"Dari rumah ma, niatnya ingin mengajak Adnan pergi. Eh malah sudah pergi duluan" ucapnya cemberut.
"Memang kalian sudah janjian?" mama menatap Bella yang sedang menahan marah, geleng-geleng kepala. Bella dengan Adnan ibarat kucing dengan Anjing bagaimana bisa bersatu?
"Belum" jawabnya singkat.
"Lain kali... kalau kamu mau mengajak Adnan pergi, harus tanya dulu Bella... memastikan, Adnan bisa atau nggak? kalau tiba-tiba datang kan Anan nggak tahu" mama menasehati.
"Tan, kok gadis miskin itu, bisa berada disini sih..." kata Bella sambil *******-***** telapak tangan saat ini ia duduk di ruang tamu bersama mama Fatimah.
"Orang miskin?" mama Fatimah terkejut mendengar ucapan Bella.
"Ma, wanita yang habis dari sini tadi tuh, gadis miskin, dia mendekati Adnan hanya ingin hartanya doang," Bella mengompori calon mertuanya.
"Masa sih... Lastri bukan orang seperti itu kok, mama tuh mengenal Lastri sudah dari kelas satu SMK loh" tutur mama Fatimah.
Bella menoleh cepat. "Jadi keluarga Adnan sudah mengenal Lastri sejak lama, huh! kurang ajar! awas saja kamu! gadis miskin!" Bella membatin.
"Mama nggak percaya, coba saja, nanti kalau dia sering-sering kemari pasti mencuri barang-barang milik mama" Bella sebisa mungkin agar membuat calon mertuanya terpengaruh.
*******
"Masih jauh rumahnya?" tanya Adnan ketika sudah belok dari jalan raya, menuju jalan ke arah kontrakan Lastri.
"Kontrakan Kak, bukan rumah" tegas Lastri.
"Mau kontrakan kek, kos kek, yang namanya tempat tinggal itu ya, rumah," tandas Adnan.
"Sedikit lagi Kak, tuh di depan" Lastri sampai di depan kontrakan begitu menginjak aspal hendak turun dari mobil. Melebarkan matanya, tatkala menangkap dua sosok pria dan wanita di depan kontrakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Erina Munir
nahh looo...siapa lgi tuhhh...
2024-01-28
0
Dwi Handayani
kl sama kamu, bpkmu spt nya yg gk bakal restuin nan. 😁
2023-03-21
1
Senajudifa
beh mulut racunx bela😁😁
2022-12-18
0