"Jaga sikap loe Bella, jika tidak! gw yang akan mengeluarkan loe!" Adnan putra pemilik kampus tersebut menekan kuat pergelangan tangan Bella.
"Sakit kak!" Bella kesal merasa dipermalukan tunanganya sendiri, lantas menghentak-hentakan kakinya, lalu pergi meninggalkan tempat itu bersama kedua temanya.
"Kamu nggak apa-apa Tri?" tanya Adnan lalu mengembalikan kerudung milik Lastri.
"Nggak apa-apa kak, terimakasih... sudah menyelamatkan kerudung saya" Lastri bersyukur jika tidak ada Adnan pasti kerudungnya akan basah dan kotor.
Nindy hanya memperhatikan obrolan mereka tercengang, betapa tidak? orang tidak ada yang berani menyapa Adnan, tetapi Lastri tampak berbincang akrab.
"Kak Anan, maaf ya... saya sudah berani lancang berjualan di kampus kakak," begitulah Anan adalah panggilan Adnan.
"Nggak apa-apa kali?? jangan dipikirkan, aku justru bangga kamu dari dulu rajin, aku membeli topi nya ya" Adnan memilih topi berwarna hitam lantas memakainya begitu juga dengan Bobby.
Nindy kembali terkejut, Lastri bahkan tahu panggilan Adnan dan masih bengong menatap Adnan yang mencoba topi.
"Berapa harganya Tri?" Adnan membuka dompet.
"15 ribu saja kak"
Adnan membayar topi sekalian milik Bobby menyerahkan uang 50 ribu.
"Nggak usah dikembalikan Tri, buat kamu saja," Adnan lalu beranjak.
"Kak Anan... ini kembalianya," kata Lastri. Adnan hanya melambaikan tangan lalu masuk kedalam kelas.
"Kamu kok kenal kak Adnan, Tri?" tanya Nindy sambil melipat kerudung lalu memasukkan kedalam tas.
"Kenal lah... dia itukan kakak kelas aku waktu SMK," jawab Lastri lalu memasukkan kerudung kedalam kantong.
"Memang dulu kamu sekolah dimana?" tanya Nindy terkejut Nindy kira Lastri sekolah didaerah asalnya.
"Di Jakarta" jawab Lastri, mereka ngobrol ketika sekolah dulu, kemudian datang Rudy, setelah parkir motor ia berjalan cepat menghampiri keduanya.
"Rudy... kamu mau beli topi nggak?" Lastri menawarkan dagangannya.
"Boleh... coba lihat" Rudy kembali membongkar plastik. "Bagus Tri, kamu belanja dimana?" Rudy mencoba topi.
"Aku buat sendiri" Lastri membuat topi dari kain perca bahan celana tebal saat membuat pesanan bu rt.
"Waah... hebat kamu ya" Rudy kemudian menawarkan kepada teman-teman sekelas yang kebetulan melintas. Mereka pun membeli hingga dagangan Lastri habis lalu masuk kedalam kelas.
Tanpa Lastri tahu Bella di tempat duduknya menatap Lastri horor.
Dosen perempuan cantik pun datang beliau bu Yuniar, dosen piket lalu mulai membahas materi.
******
"Sekarang giliran aku yang traktir kalian" kata Lastri saat berada di kantin dengan kedua sahabatnya, senang hanya iseng membuat topi dari kain perca ternyata banyak yang minat. "Kalian mau apa aku pesankan sekalian," imbuh Lastri ketika ingin antri makanan.
"Bebas" ucap Nindy dan Rudy beramaan. Lastri kemudian ikut antri.
"Minggir-minggir" Bella yang baru datang main serobot menggeser para mahasiswa yang lain berdiri paling depan, mereka tampak minggir ketakutan.
"Nyebelin banget sih!" bisik salah satu mahasiswi kepada temanya yang seharusnya sudah mendapat makanan malah disuruh mundur.
"Apa loe?! berani sama gw?!" Bella mengangkat kerah wanita yang berbisik tadi.
"Heh! kamu yang salah! jangan main kasar!" Lastri maju kedepan menyingkirkan tangan Bella membuat mahasiswi bertubuh kecil itu merasa lega.
"Loe selalu ikut campur urusan gw! nantangin loe?!" sarkas Bella kemudian mengangkat tangannya berniat menampar wajah Lastri. Namun belum sampai tangan mendarat ke pipi mulus Lastri. Lastri menangkapnya. "Jangan macam-macam! kalau saya nggak takut dosa saya bisa kok! mematahkan tanganmu!" ancam Lastri lantas melepas tangan Bella.
Semua yang berada disitu tersenyum samar menatap Lastri, baru kali ini ada yang berani melawan Bella.
Begitu juga dengan Adnan memperhatikan dari kejauhan ia yakin Lastri bisa menyelesaikan, maka dia lebih baik diam.
Bella kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa terpaksa menunggu antrian. Setelah mendapatkan yang dibeli, satu gelas minuman dan satu mangkok bakso yang masih panas ia bawa melewati Lastri, dan dengan sengaja menyikut tangan Lastri. Namun nasip sial justru menimpa Bella. Mungkin ini yang orang bilang senjata makan tuan, kuah bakso menumpahi pahanya sendiri.
"Aw... panas..." ia meletakan bakso dengan cepat dilantai karena tidak tahan, sambil mengibas-ngibas pahanya yang tertutup celana jins robek-robek.
Semua mata beralih memandangnya, namun tidak ada satu pun yang berniat menolong. Justeru Lastri yang bermaksud menolong namun tangan Lastri ditepis.
"Ada apa ini?" dosen Arman yang kebetulan melintas melihat kerumunan lalu menghampiri.
"Pak Arman... tolong, saya disiram kuah baso panas sama wanita udik ini," adu Bella sambil meringis. Arman kemudian menatap Lastri. Lastri yang masih berjongkok kemudian berdiri tegak.
Arman tahu siapa Bella, beliau baru mengajar disini tetapi kenakalan Bella sudah sering menjadi perbincangan dosen.
Walaupun beliau sendiri baru mengajar Bella, sedikit demi sedikit akan berusaha merubah tabiat buruknya. Karena semua dosen takut menindak Bella yang notabene tunangan Adnan.
Lastri kemudian meninggalkan Arman yang masih menolong Bella.
"Ada apa sih... rame-rame?" tanya Nindy setelah Lastri duduk di sebelahnya.
"Nggak apa-apa... aku pesan bakso tapi belum selesai" Lastri mengalihkan.
"Rud loe ambil gih" kata Nindy.
"Ayo kita ambil berdua, kalau sendiri nggak bisa" jawab Rudy. Tidak banyak bicara Rudy dan Nindy pun kedepan.
Lastri menatap pak Arman dari kejauhan yang sedang memapah Bella ingin diobati, hanya bisa menarik nafas panjang.
Sampai kapan dia akan menghadapi masalah seperti ini? Bella rupanya terus berbuat ulah. Tetapi dia sudah terlanjur masuk kekandang macam, mau tidak mau harus melawan tidak boleh hanya diam. Karena jika diam maka macan itu akan menerkam tujuanya adalah bagaimana bisa aman dari macan dan jangan sampai membuat harimau itu terluka.
*******
Jam berlalu seperti biasa Lastri sedang menunggu angkutan.
Ciiiiiiitttt...
Mobil berhenti dihadapanya. "Tri, ayo masuk, aku antar" Arman tidak pantang menyerah walaupun berkali-kali mengajak Lastri tetapi selalu ditolak.
"Nggak usah Pak" jawab Lastri singkat.
Tiap kali mendengar Lastri memanggilnya Pak dadanya terasa sesak. Gadis yang selalu beliu ajak kemana-mana dan selalu melewati hal yang manis kini terasa pahit.
"Please Tri... sekali ini saja, ada yang ingin aku bicarakan," Arman membujuknya.
Lastri menatap mata Arman yang memohon tidak tega, akhirnya masuk kedalam mobil yang sudah dibuka oleh Arman.
Lastri duduk di samping kemudi, Arman menjalankan mobilnya meninggalkan kampus, keduanya hanya diam hingga beberapa saat.
"Kamu tinggal dimana, aku ingin tahu tempat tinggal kamu," kata Arman serius.
"Maaf, saat ini saya hanya ingin menikmati kesendirian saya," jawabnya formal.
"Okay... aku tidak akan memaksa, tapi kenapa kamu bisa kuliah dikampus ini?" Arman lebih baik menanyakan masalah lain, sepertinya Lastri masih enggan untuk diajak bicara soal kelanjutan hubungan mereka.
"Sama seperti dulu Pak, beasiswa, mana mungkin saya bisa masuk kampus semahal itu," Lastri tampak menyandarkan kepalanya di kaca.
"Ya aku tahu, kamu memang cerdas, tapi... apa kamu kuat mendapatkan tekanan dari Bella?" Arman tetap fokus kedepan.
"Tidak ada pilihan lain Pak, jika saya dihina orang seusia Bella masih bisa melawan karena saya punya harga diri. Tapi saya tidak akan kuat jika dihina orang yang lebih tua, karena saya takut kwalat jika melawan," jujur Lastri.
Deg.
Jantung Arman serasa ingin loncat dari raga, Lastri telah menyindir dirinya, karena ibunya selalu menghinanya. Arman pun diam tidak bicara apa-apa lagi.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Erina Munir
skak mat dri lastri...buat arman.../Grin//Grin//Grin/
2024-01-19
1
Erni Kusumawati
sabar Lastri.. bungkam mereka yg menghinamu dg kesuksesanmu nanti
2023-08-05
1
Senajudifa
bagus orang seperti bela memang hrs dilawan
2022-11-24
2