Sulastri ternganga masih menatap dosen yang sedang menyampaikan materi didepan dengan gayanya yang humoris masih seperti dulu ketika mengajar di SMK. Lastri kemudian memulihkan kesadaran harus fokus, tujuannya jauh-jauh ke kota ini untuk menuntut ilmu.
Tangan lentiknya menggoreskan pena mencatat materi yang di jelaskan oleh dosen. Sesaat hening dosen berjalan kebelakang dimana Lastri duduk.
Puk.
Bolpen mendarat di pundak Lastri, saat semua sedang serius. Lastri pun mendongak menangkap wajah Arman yang sedang mengulas senyum kas kepadanya. Lastri kemudian menunduk pura-pura tidak mengenal. Mata sayunya mengerling ke segala arah khawatir teman-temanya ada yang melihat. Lastri tidak ingin teman-temannya tahu bahwa Arman calon suami yang gagal menikah.
Arman seolah mengerti maksud Lastri walaupun tanpa bicara, kemudian kembali ke depan melanjutkan mengajar, netranya sesekali melempar pandang kearah Lastri. Namun Lastri pura-pura tidak tahu.
Jam pelajaran pertama selesai Lastri merapikan buku. Jika teman-temannya masing-masing mempunyai lap top tetapi Lastri tidak punya.
"Selamat siang semua... materi selanjutnya kita akan bahas pertemuan berikutnya. Tetapi... saya akan memberi tugas untuk kalian membuat paper, tentang usaha kecil," tegas Arman sang dosen.
"Huuu..." suara riuh para mahasiswa, pasalnya baru pertama masuk kuliah sudah diberikan tugas oles pak Arman. Berbeda dengan Lastri ia tampak tenang-tenang saja.
Lastri mengangkat kepala setelah merapikan buku, bertepatan dengan Arman yang sedang menatapnya sejak tadi, sambil mengemas buku diatas meja, empat pasang mata itupun saling bertemu. Namun Lastri buru-buru mengalihkan pandangan.
"Tri, kita ke kantin yuk." Nindy menepuk pundak Lastri.
"Ayo" Lastri berjalan bersama Nindi semua pun keluar didepan pintu tampak berdesak-desakan. Mata Lastri menangkap pimpinan geng jutek sedang merayu Arman.
"Pak Arman, kenalkan, aku Bella" Bella mengedipkan mata genit seraya mengansungkan tangan ingin bersalaman. Pak Arman hanya menangkupkan tangan di depan dada. "Saya tahu nama kamu Bella" Arman menjawab dingin.
"Waah... Pak Arman... baru masuk sudah mengenal saya," Bella gr. Berjalan menyejajari pak Arman. Ya jelas semua tahu karena Arman membaca nemtek.
Pak Arman tidak lagi menjawab justeru melangkah keluar.
Bella kesal. "Pak Arman" panggil Bella berjalan cepat mengejarnya.
Lastri tersenyum samar, dan tertangkap mata Bella. Bella menginjak kaki sepatu Lastri yang sudah usang. Namun dengan cepat Lastri mengangkat sepatunya membuat Bella terhuyung dan pura-pura jatuh didepan Arman.
"Auw Pak, tolong... aku didorong sama wanita udik itu!" Bella duduk didepan Arman pura-pura meringis semua menonton drama itu tidak ada yang bersuara.
"Rudy... tolong bangunkan Dia" ucapnya. Arman melihat nemtek yang disemat dikantong Rudy, segera meninggalkan mereka.
"Mari kak, bangun" Rudy yang berwajah hitam berniat membangunkan Bella. Namun ditepis. "Minggir loe! dasar pria buluk!" sinis Bella lalu Bella dibangunkan oleh anggota geng nya.
"Ini gara-gara loe! awas! gw akan membuat perhitungan!" sarkas Bella menunjuk Lastri kemudian meninggalkan tempat itu.
"Dasaar... " Rudy geleng-geleng.
Lastri lantas tersenyum, kepada Rudy. "Kita gabung yuk" ajak Lastri.
"Siap" Lastri, Nindi, dan Rudy barjalan ke kantin mereka mencari tempat duduk yang kosong tetapi tidak ada.
"Kita duduk disini saja" kata Lastri mereka duduk bukan di kursi melainkan di rumputan.
Mereka lantas berbincang akrab ketiganya menjadi teman.
"Kamu mau pesan apa? sebagai tanda jadi persahabatan kita, aku ingin traktir kalian" kata Rudy panjang lebar.
"Apa saja Rud" Lastri menjawab tersenyum, ternyata masih ada orang baik di kampus ini. Bahkan baru masuk dia sudah mempunyai teman seperti Nindy dan Rudy Lastri semakin bersemangat ingin mengejar mimpinya.
"Kalau boleh... aku pesan mie ayam ya, Rud" Nindy malu-malu.
"Siap... aku pesan dulu" Rudy berbadan gempal dan hitam itu, walaupun terlihat galak tetapi baik, ia segera bergabung dengan teman yang lain antri memesan makanan.
"Sini Nin" Rudy melambaikan tangan. Nindy segera menghampiri, ternyata Rudy minta bantuan membawa mangkok.
"Kita makan..." kata Rudy, tiga mangkok mie ayam dan tiga gelas teh hangat tanpa gula sudah tersaji.
"Terimakasih ya Rud" mereka menyantap mie ayam tidak ada masalah walaupun duduk di rumput yang penting tidak ada kotoran.
"Ahahaha... lihat! tiga sahabat, yang satu gendut, yang satu hitam, dan yang satu lagi... Miskin!" hahaha, Bella meledek Lastri dengan menekan kata miskin. Saat mereka sedang melintas dimana Lastri duduk.
Lastri menatap sekilas wanita glamor itu seolah berkata Diam" namun tidak bersuara. Sedangkan Nindy dan Rudy tidak berani menatapnya.
Geng jutek pun pergi dengan membawa marah setiap kali berbicara dengan Lastri. Lastri seperti menantang. Bella dan geng nya segera duduk di kursi yang biasa ia duduki tidak ada yang boleh memakai selain geng mereka.
Sementara tidak jauh dari situ senior kampus yang tak lain Adnan Wijaya, putra pemilik kampus tersebut, sedari tadi memandangi Lastri.
"Ngapa sih loe nan? lihatin kesana terus..." kata Bobby menoleh sahabat disampingnya tertangkap sejak tadi menatap Lastri tidak berkedip.
"Loe penasaran nggak, sama cewek yang duduk disebelah sana?" tanya Adnan.
"Yang mana?" tanya Bobby lagi.
"Yang duduk bertiga di rerumputan" jawab Adnan masih betah memandangi Lastri.
Robby pun penasaran memutar bola matanya, tampak wajah familiar, ia kemudian menekan pelipisnya sendiri berpikir mengingat-ingat.
"Menurut loe, dia Lastri bukan?" Adnan kembali bertanya.
"Lastri?" Bobby mengerutkan dahi beralih menatap Adnan.
"Iya, kalau nggak salah... dia cewek jenius yang mendapat beasiswa di Yayasan Papa saat SMK," jawab Adnan.
Memang benar, Lastri alumni SMK di Yayasan Pondok Pesantren milik papa Adnan.
"Oh iya, gw baru ingat, dulu kan loe cinta banget sama dia," Bobby terkekeh setengah meledek.
"Iya, dan ironisnya... dia menolak cinta gw," Adnan geleng-geleng kepala. Pasalnya, banyak wanita yang menyukainya. Namun Lastri justeru menolaknya karena cinta Lastri untuk Arman beliau guru di Yayasan tersebut.
"Sudah... loe sekarang jangan coba mendekati Lastri pasti loe akan ada masalah dengan tunangan loe," kata Bobby.
"Huh! jangan sebut nama tunangan! enek gw!" Adnan tampak kesal ia ditunangkan dengan Bella. Lantaran orang tua mereka rekan bisnis.
Waktu istirahat selesai Lastri mengibas-kibas rok panjangan menghilangkan rumput yang nempel. Ia dan kedua temanya masuk kedalam kelas melanjutakan belajar kali ini dengan dosen yang lain hingga pelajaran selesai kemudian membubarkan diri.
Lastri dan ketiga temanya berjalan sambil ngobrol tersenyum entah apa yang mereka obrolkan.
"Hai kalian!" Bella dan geng nya menghadang langkahnya.
"Mau apa lagi kalian? bukankah saya sudah bilang... jangan menggangu kami, karena kami nggak pernah menggangu kalian," jawab Lastri, sementara Nindy dan Rudy menunduk.
"Heh! loe! loe! kerjakan tugas gw yang diberikan Pak Arman!" ucapnya dengan nada perintah kepada Lastri, Nindy dan Rudy.
"Saya tidak mau!" jawab Lastri tidak takut sedangkan Nindi bergetar ketakutan.
"Berani loe sama gue?!" Bella menantang.
"Saya tidak akan takut, selagi saya benar," jawab Lastri enteng.
"Kurang ajar loe, gw akan aduin loe sama pemilik kampus ini, agar loe dikeluarkan dari ini!" ucap Bella sarkastis kemudian meninggalkan Lastri.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
martina melati
np y yg namany bella ini sering jd tokoh antagonis deh! kalo gk kaya y jahat gt, berani menghina, nyuruh2/main perintah
2025-03-21
0
martina melati
y begitulah... kadang terkesan ganas, menakutkn (krn berkulit gelap) justru baik hati, aplg jika tertawa putih giginy
2025-03-21
0
martina melati
sudah perintah pake nindas lagi...
2025-03-21
0