Bab 3

Sulastri berpisah dengan kedua temanya menuju kediaman masing-masing. Sebenarnya Rudy berniat mengantarkan sahabat barunya itu, tetapi berlainan arah, tentu Lastri menolak. Lastri melangkah gontai menuju jalan raya di depan kampus menunggu angkutan.

"Ahahaha..." dasar miskin! hari gini, masih naik angkutan." Bella yang sudah di atas mobil pribadinya berhenti membuka kaca meledek Lastri.

Bella tancap gas sengaja mewati air yang menggenang tujuannya agar air genangan muncrat mengenai baju Lastri.

Peess.

Namun nasip sial justeru menimpa Bella, ban mobil depan masuk kedalam genangan, ternyata genangan tersebut cukup dalam. Tidak hanya sampai di situ ban mobilnya juga kempes.

Lastri pun terkejut, dia tidak mendoakan Bella yang jelek. Namun ternyata Bella justeru yang apes.

"Heh! bantu gw, dorong mobil!" Bentak Bella seenaknya dengan nada perintah.

Tin tin tiiiinn..." klakson dibelakang bersahutan, membuat Bella semakin kesal.

Lastri pun tidak menyahut justeru pergi meninggalkan Bella yang masih teriak-teriak.

Saat menunggu angkutan mobil sport berhenti didepanya. Pengguna mobil membuka kaca tampak dua orang duduk didepan.

"Lastri.. naik" titah salah satu pria yang duduk didekat kaca.

Lastri tidak menyahut hanya mengingat-ingat siapa gerangan pria yang mengetahui namanya.

"Aku Adnan Tri, kakak kelasmu ketika SMK, masa kamu lupa?" Adnan tersenyum, seperti tahu apa yang Lastri pikirkan.

"Oh iya, ingat kak Adnan? apa kabar kak?" tanya Lastri kemudian.

"Ayo dong naik, kita ngobrol didalam mobil, nanti aku antar kamu pulang." Adnan membujuk Lastri.

"Terimakasih kak, lain kali saja ya," tolak Lastri. Angkutan pun lewat Lastri segera menyetopnya.

"Kak Adnan, saya duluan ya" pungkas Lastri kemudian naik angkutan.

Angkutan berjalan, didalam tampak berjejal para penumpang hingga berhimpitan dan gerah, namun bagi Lastri hal seperti ini sudah biasa. Lastri ambil buku dalam tas kemudian ia gunakan untuk kipas-kipas.

Sepuluh menit kemudian Lastri turun dari mobil angkutan, dan untuk menuju kontrakan masih berjalan kaki 1km. Beginilah jika ingin mendapat kontrakan yang agak murah. Sebab jika kontrak dekat jalan raya Lastri tidak akan mampu bayar.

Tanpa mengenal lelah Lastri menyusuri jalanan sesekali mengusap keringat walaupun jauh jika dibawa santai akhinya sampai di kontrakan.

"Selamat sore Bu" sapa Lastri kepada pemilik kontrakan, yang sedang menyiram tanaman.

"Sore... kamu baru sampai Tri, wajah kamu merah begitu? kamu jalan kaki ya" tebak pemilik kontrakan.

"Iya Bu" Lastri terkekeh.

Lastri duduk diteras membuka sepatu yang hampir jebol. Maklum sepatu ini sepatu saat SMK, jika ada rezeki lebih Lastri berniat membeli.

"Baju yang kamu pakai bagus banget Tri, kamu menjahit dimana?" pemilik kontrakan mengamati baju yang Lastri kenakan sepertinya baju jahitan.

"Saya jahit sendiri Bu" jawab Lastri tersenyum.

"Waah... kamu bisa menjahit? boleh dong... menjahit baju untuk saya" ibu pemilik kontrakan tampak berbinar begitu juga dengan Lastri ia mendapat pelanggan baru.

"Bisa Bu" Lastri tampak bersemangat. Pemilik kontrakan menyerahkan bahan kepada Lastri, setelah mengambilnya kedalam.

"Saya sudah sering menjahit Bu, bu rt dan teman-temanya menjadi pelanggan saya," tutur Lastri.

"Kamu kok nggak bilang sama Ibu" sesal pemilik kontrakan. Lastri hanya tersenyum kemudian masuk kedalam. Ia tinggal dikontrakkan satu petak disekat menjadi tiga bagian. Yakni dapur bersebelahan dengan kamar mandi, dan juga kamar tidur.

Dikamar tidak ada tempat tidur, Lastri hanya menggunakan kasur lipat. Disudut kamar ada lemari pakaian kecil dan kaca kecil.

Paling depan adalah ruang tamu kecil disudut ada mesin jahit yang sudah usang namun masih bisa dipakai, mesin ini Lastri beli dari tukang loak. Mesin inilah yang untuk menyambung hidup Lastri selama di rantau. Ia sudah mempunyai langganan dari bu rt, beliau yang membantu Lastri mencari pelanggan teman-teman arisan nya.

Lastri beristirahat sebentar kemudian setelah sholat ashar, ia menuju mesin jahit. Lastri merentangkan bahan katun halus polos dari ibu pemilik kontrakan tadi.

Sesuai permintaan ibu tadi beliau ingin dibuatkan baju muslim. Tangan mungil Lastri menggunting bahan setelah mengukur badan ibu kontrakan, sesuai pola yang sudah Lastri gambar.

Dengan semangat Lastri menjahit hingga jam delapan malam.

Ia menunda pekerjaan nya dulu, sebab ia harus ke warnet mengetik tugas yang pak Arman berikan. Lastri keluar rumah mencari warnet terdekat setelah menemukan ia mengerjakan tugas paper tentang pengusaha kecil.

Paper selesai Lastri bergegas pulang waktu sudah jam sembilan malam. Sampai dirumah ia menyiapkan paper dan keperluan lain untuk kuliah besok.

Perut Lastri terasa keroncongan ia berjalan kedapur diatas kompor dalam penggorengan masih ada orek tempe yang ia masak tadi pagi. Lastri kemudian makan, jam 11 malam baru tidur.

*******

Keesokan harinya Lastri turun dari angkutan umum tepat didepan kampus. Ia melangkah percaya diri walaupun para mahasiswa yang lain rata-rata menggunakan kendaraan pribadi setidaknya motor.

Celana jins berwarna cream, dipadukan kemeja wanita biru dongker, tampak mecing dengan kulitnya yang putih.

"Assalamualaikum" Lastri mengucap salam kepada salah satu dosen wanita tersenyum ramah kemudian mencium punggung tangan sang dosen.

Walaikumussalam" jawab dosen wanita tersebut.

"Kamu mahasiswi baru?" tanya dosen yang masih muda itu berjalan disebelah Lastri.

"Betul Bu" jawab Lastri, mereka pun berpisah karena dosen menuju kantor, sedangkan Lastri belok kanan menuju kelas. Didalam kelas tampak sepi Lastri kemudian meletakan buku dan tugas dari pak Arman.

Lastri kemudian kembali keluar mencari Nindy dan Rudy mungkin mereka sudah sampai. Pikirnya. Lastri tidak tahu bahwa ada yang mengintai gerak gerik nya sejak turun dari angkutan tadi.

Setelah Lastri menjauh, geng jutek masuk kedalam kelas. Bella menjentikkan jarinya dan mengedipkan mata mengisyaratkan agar geng nya mulai beraksi.

Kedua gadis jutek itu membuka paper milik Lastri lalu mencoret-coret, sementara Bella menjaga pintu khawatir ada yang masuk.

Hahaha..." tawa mereka puas. "Makanya jangan main-main sama kita" mereka mengadu kepalan tangan tersenyum licik. Ia puas bisa mengerjai Lastri. Tujuannya agar wanita kampung yang sudah menolak perintahnya itu, dimarahi pak Arman. Pikir mereka kemudian duduk di kursi paling depan.

Satu persatu mahasiswa masuk kedalam kelas termasuk Lastri dan kedua temanya mereka tampak berjalan sambil tersenyum.

Geng jutek pun menyeringai licik. "Kita lihat sebentar lagi dia akan menanggung malu!" ucap Bella pelan kepada kedua temanya.

Tidak lama kemudian, dosen tampan yang tak lain pak Arman masuk kedalam.

"Selamat pagi..." ucapnya sambil tersenyum melirik Lastri sekilas yang sedang menatapnya juga tanpa ada yang curiga bahwa dosen mengenal Lastri.

"Selamat pagi Pak..."

Dosen Arman berdiri didepan meja beliau ambil kaca mata dari dalam tas lalu mengenakan tampak semakin menghipnotis para kaum hawa. Beliau mulai menyampaikan materi tentang usaha kecil seperti yang diulas sebelumnya.

"Sekarang kumpulkan tugas masing-masing yang saya beri kemarin," titahnya beliau kemudian absen satu persatu maju ke depan menyerahkan tugas.

Arman tampak membuka sekilas tibalah giliran Sulastri menyerahkan tugasnya.

Geng jutek tampak tersenyum meledek. "Kita tunggu sebentar lagi, pasti dia akan terkena marah!" bisiknya kepada kedua temanya.

Benar saja setelah Lastri menyerahkan tugasnya Arman tampak membuka seperti milik mahasiswa yang lain.

Dahi Arman berkerut. "Sulastri" panggil nya tegas.

"Tugas apa yang kamu berikan?" dalam hal mengajar tentu Arman tidak memilih siapa-siapa walaupun itu Lastri kekasihnya, salah tetap salah. Pasalnya tugas Lastri dicoret-coret dengan sepidol hitam tidak bisa dibaca.

Sulastri yang hendak kembali ke tempat duduknya balik badan dan kembali kedepan.

Geng jutek pun tertawa puas "Orang dari kampung seperti dia mana bisa membuat tugas Pak, lap top saja tidak punya!" dia nerocos namun Arman tidak menjawab.

Lastri mengambil tugas nya kembali dari tangan Arman. Ia tampak membelalakkan mata terkejut ia merasa dijahili namun ia tetap tentang dan secepatnya mempunyai ide.

"Pak Arman, saya mohon maaf, terjadi kesalahan, tetapi saya masih ingat apa yang saya tulis, boleh saya paparkan?" tanya Lastri tetap santai.

"Silahkan" Arman memberi kesempatan kepada Lastri. Arman sebenarnya curiga pasti Lastri ada yang mengerjai. Beliu tahu kekasihnya ini wanita yang selalu rapi dan total setiap mengerjakan tugas sejak SMP dulu.

Lastri memaparkan dengan lancar apa yang ia tulis, sesekali menulis di papan tulis, semua mahasiswa pun kagum termasuk Arman.

Berbeda dengan geng jutek, Bella tampak kesal.

Selesai memaparkan tugas Sulastri kembali kebelakang.

Saat ini giliran Bella yang menyerahkan tugas. Selama ini jika ada tugas selalu memaksa temanya untuk mengerjakan. Tetapi setelah kehadiaran Lastri temanya mulai membangkang terpaksa ia mengerjakan sendiri.

"Tugas apa yang kamu buat?!" tanya Arman dingin lalu merobek tugas Bella menjadi empat bagian dan membuangnya ketempat sampah.

.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

nah... bgm nasibmu bella???
coba gk menghina, pasti selamat

2025-03-21

0

Erina Munir

Erina Munir

rassaaiinn..luh bellek...ternyata luh yg malu...makanya jdi orang jangan punya hati busukk

2024-01-19

2

Erni Kusumawati

Erni Kusumawati

mamposss lo Bella😄😄😄

2023-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!