Bab 6

Mobil Arman melaju sedang tampak didalam dua orang yang dulu saling mencintai kini saling diam dalam pikiran masing-masing. Lastri menatap pejalan kaki di trotoar yang berlainan arah.

Sedangkan Arman fokus menyetir.

"Bapak, mau mengajak saya kemana?" tanya Lastri pada akhirnya, karena ia belum tahu kemana tujuan pria yang berselisih 7tahun lebih tua darinya itu membawanya pergi.

"Kamu lupa jalanan ini ya?" Arman balik bertanya menoleh sekilas, kemudian kembali fokus menyetir.

Lastri tidak menjawab pasti Arman ingin mengajaknya ke Cafe Astri milik Arman.

"Kenapa kesana sih Pak?" Lastri sebenarnya tidak ada waktu untuk bersantai karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

"Aku ingin membuatkan menu spesial untuk kamu," kata Arman. Lastri hanya menurut apa salahnya menjalin silaturahmi. Pikirnya.

15 menit kemudian mereka pun sampai tujuan. "Masuk ke dalam dulu, nanti pulangnya aku antar," titah Arman sambil membuka pintu.

Lastri turun dari mobil mengikuti Arman masuk kedalam Cafe. "Sebentar ya, kamu duduk dulu disini, aku salin baju" kata Arman kemudian meninggalkan Lastri naik tangga menuju kamarnya.

"Leo, kosongkan satu kompor ya, saya mau memasak" titah Arman kepada salah satu koki yang bertugas membuat roti pastry terkejut.

"Bapak, mau memasak apa? biar kami saja yang membuatkan," kata koki semakin heran selama ia bekerja bos nya ini tidak pernah memasak.

"Ada stok pisang ambon tidak?" tanya Arman kemudian.

"Ada" jawab koki cepat.

*******

Sementara Lastri memutar bola matanya melihat Cafe ini masih seperti 6 bulan yang lalu saat Lastri terakhir berkunjung. Nama Cafe ini pun masih memakai nama Lastri. Itu Artinya namanya masih di hati Arman.

Masih segar dalam ingatan Lastri ketika kelas dua SMK Arman memakaikan kalung yang saat ini masih berada di lehernya tetap berkilau indah.

Lastri menatap Arman yang sedang menuruni tangga berjalan cepat kearahnya.

"Ayo ikut" Arman menarik pelan tangan Lastri menuju dapur. Ia yang sudah menggunakan kaos berwarna hitam tampil lebih muda. Berbeda ketika mengenakan kemeja tadi tampil dewasa dan berwibawa.

Arman kemudian mengenakan celmek, meminta koki untuk pindah kompor yang lain. Arman paling tahu makanan kesukaan kekasihnya ini apapun itu yang terbuat dari pisang pasti suka.

"Pak, saya nggak lama loh" ucapnya.

"Iya, sebentar, kok" jawab Arman lalu ******* pisang ambon dengan blender.

Lastri menatap tangan Arman yang sedang mencampur pisang yang sudah halus dengan terigu, susu bubuk, gula, garam dan keju parut. Ia tahu pasti Arman akan membuat nugget pisang.

"Saya bantu, Pak" Lastri mendekat berdiri di samping Arman.

"Kamu kan tamu, masa mau bantu," kata Arman.

"Iya! saya sadar kok, cuma tamu disini!" ketus Lastri.

Membuat Arman menghentikan kegiatannya menatap Lastri yang sedang kesal menarik nafas berat. Maksud Arman ingin menjamu gadis yang masih berstatus tunangan ini justeru Lastri salah mengartikan ucapanya.

"Ya sudah... calon istriku... kamu yang mengoles loyang ya," kata Arman kemudian mengoles hidung Lastri dengan terigu.

"Apa sih!" Lastri manyun lalu ambil loyang dan mengolesnya dengan mentega.

Arman geleng-geleng kepala lalu memecahkan telur mengocoknya kemudian dicampur dengan adonan yang sebelumnya.

"Sini aku yang tuang" tanpa menunggu jawaban Arman, Lastri menuang adonan kedalam loyang. Lastri kemudian ambil langseng mengisinya dengan air lalu mengukus adonan.

Arman tersenyum menatap Lastri yang berjalan kesana kemari niat ingin memberi makanan spesial justeru Lastri ternyata sudah tahu masakan tersebut.

"Kenapa senyum-senyum," Lastri memergoki Arman yang sedang mengulas senyum kepadanya.

"Kamu cantik" ucapnya lalu terkekeh.

"Jangan menggombal! saya nggak ada uang 100 ribuan," Lastri mlengos.

"Kok seratus ribuan," Arman menimpali kekonyolan Lastri.

"Ya... kalau uang receh seperti yang aku punya, mana mungkin mau orang sekelas Pak Arman,"

"Tri" pak Arman menutup mulut Lastri dengan telapak tangan agar jangan berkata begitu. Arman tidak ingin mendengar kata-kata Lastri yang selalu membuat hatinya mencelos.

"Biar Leo yang menunggu matang, kita kedepan yuk" Arman pun ke depan setelah pesan kepada koki untuk mengangkat nugget pisang.

"Duduk Tri" Arman menarik kursi untuk Lastri kemudian untuk dirinya sendiri. Mereka duduk paling belakang.

"Tri" Arman menggenggam telapak tangan Lastri, menatapnya penuh harap. "Maafkan Ibu, saya tahu, ibu sudah menyakiti kamu, tapi aku mohon jangan hakimi aku seperti ini," kata Arman.

Lastri menunduk air matanya luruh, memang benar apa yang dikatakan Arman. Arman selama ini selalu menyayanginya.

Terlepas dari apa yang di katakan ibu Sulis, seperti pisau menusuk jantungnya. Namun, masih ada pak Burhan ayah Arman, Rini adik Arman, dan juga Arman sendiri, beliau sangat menyayanginya.

Tetapi Lastri hanya seorang wanita yang berhati lembut tentu tidak akan tahan. Sebab bu Sulis tidak hanya menghinanya, bahkan ibu Santi yang tak lain ibu kandung Lastri pun selalu kena imbas, sindiran calon mertuanya.

"Jangan menangis Tri," Arman melepas genggaman tangannya lalu mendekatkan tissue kedepan Lastri.

Hati Arman sakit jika melihat tangis Lastri. Lastri wanita kuat walaupun banyak hinaan ia menghadapi dengan tegar, tetapi mengapa jika mendengar hinaan ibu Arman hatinya hancur walaupun tidak menunjukkan kepada bu Sulis sendiri.

"Aku minta maaf atas nama ibu, tapi perlu kamu tahu, aku takut kehilangan kamu Tri, aku mencintaimu dan tidak akan berubah sampai kapanpun," janji Arman.

"Saya pamit Pak," Lastri beranjak dari duduk nya belum sampai kue yang mereka buat matang.

"Tri, tunggu" Arman mencegah langah Lastri memegang salah satu tangannya. "Jangan pergi dulu, manti setelah mencicipi makanan, kamu aku antar pulang," cegah Arman.

"Terimakasih" ucap Lastri melepas tangan Arman kemudian keluar menyetop angkutan.

"Tri..." Arman mengejar Lastri namun Lastri sudah naik angkutan. Para karyawan Cafe Arman saling pandang.

Arman berlari cepat kelantai atas ambil kunci, lalu kembali turun. Mobil Arman masih didepan Cafe ia menyalakan mobil kemudian tancap gas mengejar Lastri.

Arman menyalip kendaraan setelah terlihat angkutan yang ditumpangi Lastri memelankan laju mobil nya. Ia mengikuti agak jauh jangan sampai ketahuan jika mengikuti, bisa-bisa Lastri lebih marah.

Angkutan berjalan lambat sebab kadang berhenti menarik penumpang yang lain.

Hingga akhirnya Lastri turun dari angkut kemudian berjalan kaki sesekali mengusap airmatanya.

Arman mengikuti pelan jangan sampai Lastri tahu. Hati Arman sedih melihat Lastri yang berjalan jauh menuju kontrakan. Ia bertekat ingin menikahi gadis itu walaupun tanpa restu ibu.

Arman ingin membahagiakannya dari kecil Lastri selalu hidup susah.

Setelah tahu dimana Lastri tinggal, Arman putar balik kembali pulang.

Sementara Lastri masuk kedalam kontrakan setelah membuka pintu. Ia menjatuhkan tas dilantai kemudian menangis memeluk lutut. Tiap kali mengingat bu Sulis, Lastri bertekat ingin bangkit agar bisa meraih mimpi untuk melawan kemiskinan agar tidak selalu dinina.

.

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Ya beginilah klo kita miskin hinaan selalu mendera

2025-03-23

0

Erina Munir

Erina Munir

sueddiihh..banget akuh mak...sama nasibnya sulastri

2024-01-19

2

Dwi Handayani

Dwi Handayani

buat yg blm nikah, akn lbh baik dihindari nikah tnpa restu ortu, baik ortu kita maupun psangan kita. kl emang cinta mati, perjuangkan dl restunya. kl mmang dah capek, anggap aja bukan jodoh.

2023-03-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!