Bab 8

Adnan masuk kedalam ruangan dosen membuat semua menoleh termasuk Lastri dan Arman. Tidak hanya Lastri, Arman pun berharap agar Adnan bisa berlaku Adil, tidak membela Bella walaupun Bella tunangannya. Seisi ruangan dosen mendadak hening.

"Tidak ada yang bisa mengeluarkan Lastri dari kampus ini, termasuk Anda Tuan" Adnan menatap calon mertuanya.

"Kenapa kamu justeru membela dia, Adnan? aku ini calon mertua kamu," papa Bella terkejut atas keputusan calon menantunya.

"Saya membela Lastri karena dia tidak bersalah," tegas Adnan kemudian duduk di dekat Lastri. Keduanya saling pandang lantas tersenyum membuat Arman yang melihatnya diliputi rasa cemburu.

"Pak Rektor, dan Pak Dosen semua, saya kira masalah ini cukup sampai di sini, Lastri tidak bersalah" tegas Adnan.

"Tapi, kenyataannya Bella pahanya melepuh, Anan" suara papa Bella melunak tidak sekeras tadi.

"Itu karena ulahnya sendiri, jika Tuan tidak percaya, kami bisa menunjukan kebenarannya," Adnan menambahkan. Lalu mengangkat kepala memberi kode Bobby agar menunjukkan bukti. Bobby ambil handphone dari tas kemudian membuka galeri menyalakan video.

"Ini Pak buktinya" Bobby menunjukkan video ternyata saat kejadian ada yang merekam lalu mengirimkan kepada Adnan.

"Boleh kami lihat?" kata pak rektor kepada Bobby.

"Boleh Pak" Bobby mendekati rektor memperlihatkan hasil vidio, para dosen pun minta dikirimi video tersebut. Semua dosen percaya kecuali satu yang membantah Arman tadi.

Semua dosen kembali ke kelas masing-masing. Papa Bella pun beranjak pergi. Lastri Adnan dan Bobby juga kembali ke kelas.

"Tri kamu masih pacaran dengan Pak Arman?" tanya Adnan ketika mereka berjalan menuju kelas.

"Masihlah" Bobby yang menjawab.

Adnan dan Lastri melempar pandang kearah Bobby. "Jangan pada bingung. Ini apa?" Bobby menunjuk cincin yang melingkar di jari manis Lastri. Lastri tidak menyahut. Cincin yang ia pakai memang cincin lamaran dari Arman.

"Saya duluan ya kak" Lastri mendahului mereka karena tidak mau dicecar pertanyaan oleh kedua kakak kelasnya itu.

"Lastri, kamu disuruh apa tadi ke kantor?" tanya Nindy ketika Lastri masuk ke dalam kelas.

"Nggak apa-apa, ada masalah sedikit tapi sudah selesai kok" Jawab Lastri kemudian duduk di samping kedua sahabatnya.

"Pasti masalah Bella kemarin, heran dech, mahasiswa abadi itu senang membuat ulah," tebak Shelly.

"Seettt... hati-hati, kedengaran kedua temanya loh, nanti tambah masalah lagi" Rudy menimpali.

"Sudah jangan ngomongin orang terus," Lastri mengakhiri obrolan. Karena dosen masuk kedalam kelas karena saat ini jam beliau mengajar.

*******

"Kak Adnan, kamu datang?" Bella kegirangan saat Adnan tunanganya menengok bersama Bobby. Namun Adnan tidak menghiraukan justeru mendekati mama Bella lalu menyalami calon mama mertuanya itu.

"Adnan apa kabar Nak?" tanya mama Bella kemudian menunjuk sofa agar duduk.

"Alhamdulillah... sehat Tante, saya tadi datang kerumah Tante. Tetapi kosong, di kampus tadi pagi ada kesalahpahaman, saya datang kesini akan meluruskan kejadian yang sebenarnya."

"Iya Adnan, saya juga ingin tahu, apa benar jika Bella disiram kuah bakso?" tanya mama Bella rupanya beliau lebih santun dibandingkan papa Bella.

"Mama! kenapa musti tanya, sih... sudah ketahuan mlepuh begini juga," potong Bella kesal. Membuat Adnan melotot kesal.

"Yang dibilang Bella itu tidak benar Tante, saya sendiri yang melihat kejadian itu," Adnan menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya. Mama Bella tampak manggut-manggut percaya. Setelah ngobrol beberapa saat Adnan pamit pulang. Namun sebelum berangkat Adnan mendekati Bella.

"Bella! saya peringatkan sekali lagi, jangan selalu memfitnah Lastri, karena saya tidak akan tinggal diam!" ancam Adnan. Berbisik agar mama Bella tidak mendengar.

Mama Bella tampak tersenyum, melihat Adnan berbisik. Beliau pikir mereka sedang bermesraan.

"Kak Adnan" panggil Bella tetapi Adnan sudah pergi meninggalkan dia. Membuat Bella marah lalu memukul kasur dengan kasar.

"Kenapa Bella?" mamanya cepat berdiri dari sofa mendekati Bella.

"Mah cepat desak Mama Adnan dong, agar cepat menikahkan kami" Bella rupanya ingin cepat menikah.

"Tidak semudah itu Bella, jalani saja dulu agar kalian saling mengenal," pungkas mama Bella.

********

Pulang kuliah, Lastri tidak langsung pulang, ia ingin kepasar dulu berniat membeli pernak pernik untuk membuat seragam pernikahan yang dipesan bu Yani. Seperti biasa Lastri menunggu angkutan di depan kampus.

"Ciiittt..." mobil Arman berhenti di depanya. Dosen tampan itu menyembulkan kepalanya dari kaca.

Lastri mundur dua langkah melihat kanan kiri khawatir ada yang melihat. Banyak mahasiswi yang menyukai Arman Lastri takut ada kecemburuan jika dia dekat dengannya.

"Tri, barengan yuk" Arman cepat turun dari mobil menarik tangan Lastri. Lastri terkejut saat sedang melamun tiba-tiba Arman sudah ada di sampingnya.

"Maaf Pak, aku mau kepasar dulu, jadi aku mau naik angkot saja" tolaknya. Ketika sudah sampai didekat pintu mobil.

"Memang kenapa kalau mau kepasar? aku antar" Arman memaksa Lastri masuk kedalam mobil. Lastri menurut karena sudah didorong-dorong oleh Arman.

Arman menjalankan mobilnya, keduanya saling Diam. Lastri merogoh cacatan yang akan dibeli kepasar lalu membaca ulang siapa tahu ada yang belum dicatat.

Arman menoleh Lastri sekilas, tampak Lastri menunduk membaca kertas. Arman tersenyum. Arman tidak menyangka bisa bertemu calon istrinya di sini. Calon istri? Arman hanya bisa bermimpi, akankah Lastri masih bisa memaafkan dirinya? setelah apa yang dilakukan ibunya kepada Lastri. Arman menarik nafas berat.

"Sudah sampai Pak" Lastri mengejutkan lamunan Arman.

"Oh ke pasar sini ya?" Arman mengerem mendadak bagusnya tidak ada mobil yang lain. Ia kemudian membuka pintu mobil berjalan memutar membukakan pintu untuk Lastri.

"Bapak mikir apa?" tanya Lastri sambil turun.

"Mikirin kamu," Arman terkekeh.

Lastri tidak menjawab justeru melenggang masuk kedalam pasar. Arman berjalan cepat menyusul Lastri. Hingga Lastri berhenti di tempat penjual benang komplit. Ia memesan retsleting, kancing, mote-mote, benang, dan keperluan lain untuk menjahit.

"Kamu masih menjahit?" Arman sudah berdiri di belakangnya.

"Masih" Lastri menoleh ke belakang lalu kembali menawar kepada penjual benang. Arman berdiri disamping Lastri, andai bisa selalu begini menemaninya kemanapun Lastri pergi alangkah bahagianya.

"Totalnya berapa Bang?" tanya Lastri setelah lengkap memilih keperluan sesuai cacatan.

"500 ribu Neng"

"Biar aku yang bayar" Arman yang dari tadi mengamati Lastri segera membuka dompet ambil uang tunai. Namun Lastri sudah lebih dulu membayar.

"Sudah Pak, tidak usah mengeluarkan uang" ucapnya lalu bergegas berjalan lebih dulu. Arman hanya menggeleng lalu mengejar Lastri.

"Istrinya ngambek ya Bang" kelakar penjual pakaian ketika Arman lewat di depanya. Arman berhenti sejenak tersenyum kecut kepada pria yang seumuran dengannya itu. Kemudian kembali mengejar Lastri yang sudah menunggu di samping mobil.

"Mau kemana dulu ini?" tanya Arman ketika sudah diatas mobil.

"Pulang saja Pak, masih banyak pekerjaan aku,"

"Cek, kamu ini... pak-pak terus" Arman berdecak, merasa aneh di telinganya. Setiap Lastri manggilnya pak. Padahal dulu Lastri selalu memanggilnya Mas.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

kesian banget ya arman..karna sifat ibunya...arman jdi d cuekin...naseeb

2024-01-20

1

Erni Kusumawati

Erni Kusumawati

suka dg semangat Lastri yg pemberani dan pantang menyerah

2023-08-05

1

Senajudifa

Senajudifa

arman dan adnan baik dua2nya

2022-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!