20

Maria duduk disebelah ranjang ibunya dengan wajah yang pucat. Ia belum makan sejak pagi dan kini hari sudah siang. Ayahnya sampai kini juga belum datang untuk menjenguk ibunya yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.

"Ini benar benar ada yang tak beres" gumam Maria disela lamunannya.

Ibunya yang sejak pagi belum juga sadar hanya bisa terbaring lemah tanpa menatap putrinya yang kini terduduk dengan pikiran yang kalut. Bi Darsih yang lupa bahwa anak majikannya bekum makan tiba tiba saja teringat dan menepuk keningnya dengan pelan.

"Astagfirullah non bibi lupa, non sejak pagi kan belum makan" ucap Bi Darsih kencang.

Maria yang terkejut akibat suara Bi Darsih hanya bisa menatap melongo dengan ucapannya.

"Tak papa bi. Biar aku nanti beli dikantin rumah sakit saja"

"Tidak non. Tadi nyonya sudah buatkan makanan kesukaan non. Setidaknya biarkan nyonya memberikan makanan yang sudah ia buat dengan susah payah untuk non. Tunggu disini ya, bibi akan pulang dulu sekalian membawa pakain untuk non Maria"

Maria menganggukan kepala tanda setuju. Lagi pula ia juga tak enak jika harus memakai celana yang basah dan hanya memakai jaket tanpa baju didalamnya.

"Boleh saya titip ini bi?" tanya Maria seraya menyodorkan pakaiannya yang basah didalam tas.

"Ini apa non?"

"Ini pakaian saya yang basah bi. Tolong simpan di cucian kotor dan jangan lupa juga kunci kamar ku agar tak ada siapapun yang berani masuk" ucap Maria pada Bi Darsih.

"Baik non. Bibi tinggal dulu sebentar ya non"

Bi Darsih berjalan meninggalkan ruangan tempat majikannya dirawat. Ia begitu terburu buru pergi karena kasihan melihat kondisi majikannya yang sedang sakit jika harus ia tinggalkan lama lama.

Bi Darsih pun memanggil Mang Kardi yang saat ini sedang duduk meminum kopi di luar pagar rumah sakit.

"Mang! sini!" teriak Bi Darsih dengan suara lantang.

Segera, Mang Kardi pun meminum kopinya terlebih dahulu dan terlihat memberikan uang lima ribu kepada penjual kopi tersebut. Ia pun segera berlari menuju Bi Darsih yang sedang berdiri di parkiran rumah sakit.

"Ada apa bi?" tanya pria paruh baya itu heran.

"Ada apa, ada apa. Nyonya sedang sakit, bukannya menunggu didalam, malah ngopi diluar. Dasar supir tak punya hati" Ungkap Bi Darsih dengan kesal.

"Ya aku nda tau toh bi. Ku kira bibi kan sudah ada jagain didalam dan udah aman. Emangnya ada apa toh?"

"Gini Mang, bibi mau pulang dulu ambil makanan dan baju ganti untuk non Maria didalam. Kasihan dia, dari pagi belum makan dan pakaiannya basah karena hujan"

Mang Kardi menggaruk kepalanya dan mulai menerka nerka siapa yang sedang Bi Darsih bicarakan.

"Non Maria yang mana toh bi? Non Maria kan belum pulang" tanya Mang Kardi seraya menggaruk kepalanya.

Bi Darsih memukul keras tubuh pria dihadapannya dan mencubitnya karena kesal.

"Anak majikan hujan hujanan datang kemari kau tak melihatnya hah?! matamu ditaroh dimana sih mang? mentang mentang hujan malah enak enakan ngopi di pinggir jalan, sampai gak tahu Non Maria tadi berlari menuju sini setelah turun dari ojek didepan gerbang"

"Maaf toh bi, aku gak lihat. Aku tadi asik bermain catur sama si abah penjual kopi" Mang Kardi tersenyum dengan kumisnya yang mulai terlihat terangkat.

"Ya sudah. Cepat antar aku pulang sekarang. Kasihan Non Maria sama Nyonya Irma jika lama lama ditinggal"

Mang kardi segera berlari menuju mobilnya diparkiran dengab tangan yang berusaha menutupi kepalanya agar tak terguyur rintik hujan. Bi Darsih pun menaiki mobil berwarna putih tersebut dan pergi menuju kediaman mewah majikannya bernama Danu tersebut.

Pagar halaman terlihat sedikit terbuka. Bi Darsih pun masuk dengan pelan pelan karena melihat mobil majikannya terparkir didepan.

"Kenapa tuan tak menjenguk nyonya dirumah sakit" gumam Bi Darsih ketika menatap tas majikannya diatas sofa.

Perlahan lahan langkah Bi Darsih terhenti ketika mendengar sebuah suara menjijikan yang berasal dari arah dapur. Dengan langkah kaki yang sebisa mungkin ia pelankan suaranya, Bi Darsih begitu terkejut ketika melihat majikannya sedang melakukan aksi tak senonoh dengan Ria didalam dapur.

Bi Darsih memalingkan muka setelah melihat Danu dan Ria tengah melakukan hal menjijikan tepat didekat wastafel, hingga membuat wanita paruh baya itu mengusap dadanya dan membaca istigfar sebanyak mungkin.

Ia pun melangkah pergi menuju kamar Maria untuk membawakan pakaian untuknya.

"Bagaimana aku bisa mengambil makanan yang nyonya buat didapur? sedangkan mereka sedang melakukan aksi tercela itu" gumam Bi Darsih ketika membawa pakaian dari dalam lemari Maria dan memasukannya kedalam sebuah tas kecil.

"Kasihan sekali nyonya, saat dirinya sedang terbaring lemas dirumah sakit. Tuan Danu malah berbuat hal tercela bersama temannya dirumah ini"

Bi Darsih pun terdiam sekitar 30 menitan untuk menunggu majikannya keluar dari dapur. Hingga saat dirasa sudah cukup waktu, Bi Darsih pun menuruni tangga dan terkejut melihat kedua manusia itu sedang menyantap makanan dimeja makan.

"Sejak kapan bibi datang?" ucap Danu datar dengan sesuap makanan yang masuk kedalam mulutnya.

"Se...sejak...sejak.." jawab Bi Darsih terbata.

"Sudahlah Bi ngomong tuh yang jelas. Ini dari tadi sejak, sejak saja yang diucap. Mau apa?"

"Saya mau ambil makanan untuk Non Maria tuan, dia dari sejak pagi belum makan"

Danu menghentikan makannya dan mulai tersenyum mengejek.

"Ku kira anak itu sudah tak butuh makan. Bawa saja makanan ini untuknya aku dan Ria sudah kenyang" ucap Danu menunjuk makanan yang hanya tersisa 2 tempe dan satu telur yang sudah disemur oleh Nirmala tadi pagi.

Bi Darsih melongo tak percaya melihat semua makanan yang sudah Nirmala buat untuk Maria habis dan hanya menyisakan tempe serta satu telur saja.

"Ini tuan?" tanya Bi Darsih meyakinkan.

"Iya itu, memang mana lagi sih bi" ketus Ria.

Bi Darsih kemudian mengambil sebuah kitak makan dan menyendok nasi serta lauk pauk yang tersisa kedalam kotak tersebut. Ia begitu tak menyangka bahwa Danu akan berubah sedrastis ini pada putri kesayangannya.

"Jika sudah cepat pergi dan jangan pulang sebelum pukul delapan malam!" ucap Danu pada Bi Darsih.

"Memangnya kenapa tuan?"

"Kamu tuh jadi pembantu banyak tanya ya! cepat saja pergi sana"

Bi Darsih pun menganggukan kepala dan mulai berjalan meninggalkan dapur. Namun langkahnya terhenti dan kembali menuju dapur untuk menanyakan pada majikannya apakah akan pergi menemui istrinya.

"Maaf tuan. Apakah tuan akan pergi kerumah sakit menemui nyonya?"

"Diam! dan cepat pergi! saya tak perduli dengannya. Bahkan aku berharap dia cepat mati saja!" teriak Danu keras sehingga sontak saja membuat Bi Darsih terkejut dan berlari meninggalkan tuannya.

Terpopuler

Comments

Kak Ya

Kak Ya

duuhh kpn nyungsep sih si ria sm danu .. esmosheng aqoh tuh thor 😁😁

2022-07-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!