Makin lama makin terasa ada yang aneh diantara Danu dan Ria, hingga membuat Irma merasa bahwa keduanya memiliki hubungan gelap dibelakang Irma. Semakin hari Danu terlihat begitu terpesona setiap menatap Ria yang berada dihadapannya.
Bahkan ketika mereka sedang makan bersama dimeja makan, Danu tak segan segan menatap terus kearah Ria tanpa memperdulikan Irma yang ada disampingnya.
"Mas kamu lihatin Ria kok kaya gitu?"
Sontak saja Danu tersedak dan mengambil minum dengan bantuan Irma disampingnya.
"Gak papa Ir. Aku hanya merasa bahwa semakin hari Ria terlihat begitu cantik"
"Jadi kamu menatap wanita lain dihadapan istri mas sendiri?" tanya Irma sedikit kesal.
"Bukan begitu Ir. Aku hanya kagum saja dengan kecantikan yang dimiliki oleh Ria. Dia seumuran denganmu tapi dia bisa masih terlihat awet muda tak seperti dirimu yang makin hari makin terlihat tua"
Sontak saja Ria tersenyum penuh kemenangan dengan pujian yang diberikan oleh Danu.
"Aku tuh dirumah gak diam aja mas. Aku beres beres rumah, masak, terus siapin kebutuhan untuk Maria sekolah"
"Ck alasan. Disini ada Bi Darsih tugasnya untuk apa hah?! dia disuruh kerja disini tuh untuk bantuin kamu. Malahan dia ku pekerjakan untuk mengurus rumah supaya kamu fokus mengurus aku, Maria dan urus dirimu sendiri"
"Gak segampang itu mas. Pekerjaan dirumah tuh gaj itu itu aja. Aku juga wanita dan aku paham betul apa saja yang harus dikerjakan Bi Darsih dirumah ini. Aku gak bisa suruh dia bekerja mati matian diusianya yang udah paruh baya sedangkan aku senang senang dan ongkang ongkang kaki. Aku kasihan sama dia mas. Lagian Ria juga diam disini toh hanya diam. Jadi gak ada beban yang harus ia tinggal dirumah ini beda sama aku"
Dengan aktingnya Ria berlihai seolah olah dia tersakiti. Dia mulai tertunduk lesu dan mulai menghentikan makannya.
"Maaf jika aku tak membantumu Irma. Maaf juga jika aku sudah merepotkan kalian disini. Aku akan kembali ke kampung besok. Permisi"
Ria berjalan menuju kamarnya dengan air mata yang mengalir di pipinya.
"Kamu tuh sama tamu gak punya adab ya. Gak punya sopan santun dan etika. Jangan sampe dia pergi dari rumah ini besok. Dia harus tetap tinggal disini!" bentak Danu pada Nirmala.
"Biarin aja dia pulang mas! untuk apa dia tinggal disini lama lama. Dia tuh irang asing Gak ada hubungan darah apapun sama kamu ataupun aku. Kamu tuh pria dan dia wanita. Dia bukan mukhrimmu sehingga bisa satu atap denganmu. Oh ya, apa jangan jangan kalian memiliki hubungan spesial dibelakangku? kamu rela bentak aku dan belain dia padahal aku yang jelas jelas istrimu mas!"
Danu yang mulai kesal membanting piring keatas lantai hingga pecah berkeping keping dengan nasi yang berantakan. Irma hanya mampu menatap tak percaya pada suaminya yang selama ini baik hati dan tak pernah sekalipun berkata kasar pada dirinya.
"Bukan mukhrim katamu? terus apa bedanya aku yang harus serumah dengan Bi Darsih yang jelas jelas hanya pembantu, tak ada hubungan darah ataupun hubungan sudara?!"
Irma hanya bisa terdiam dan tak mampu berkata kata. Dia memang sadar bahwa dirinya hanya orang dari desa dan hanya seorang istri yang harus tunduk dan patuh terhadap suami. Selain itu dia hanya bisa terdiam dan tak mampu mengatakan apapun ketika suaminya sudah membuat keputusan. Bagi Danu keputusan serta apapun yang ia ucapkan adalah hal yang mutlak dan tak bisa dilarang.
Bi Darsih yang baru pertama kali melihat pertengkaran hebat antara majikannya hanya bisa terdiam seraya mulai membereskan piring yang pecah berserakan diatas lantai. Ia begitu iba melihat Nirmala yang sedang menangis seraya memungut pecahan beling yang hancur berkeping keping.
"Nyonya istirahat saja, biar saya yang bereskan semuanya" ucap Bi Darsih pelan.
"Bi, apakah aku sudah tak cantik lagi bi? apakah aku sudah mulai tua dan tak enak dipandang?"
Bi Darsih terkejut dengan pertanyaan majikannya tersebut. Bagaimana dia bisa berkata seperti itu, padahal sudah jelas dialah yang lebih cantik dari Ria, hanya saja Nirmala selalu memakai pakaian panjang walaupun tak memakai kerudung dikepalanya.
"Tentu saja nyonya cantik. Malahan nyonya lebih cantik dari pada ulat bulu itu"
"Eh maaf maaf nyonya" lanjut Bi Darsih merasa canggung.
Nirmala hanya tersenyum mendengarkan perkataan asisten rumah tangganya tersebut. Hingga tak lama kemudian Maria yang baru saja pulang pergi bersama teman temannya terkejut melihat pemandangan yang tak seperti biasanya.
"Ibu kenapa? apa ada yang terjadi antara ibu sama ayah ?" tanya Maria dengan panik.
"Tidak sayang. Ibu hanya sedang membereskan pecahan piring beling yang tak sengaja tadi ibu bawa. Oh ya, kamu sudah makan ? kalau belum ayo makan sama ibu dan Bi Darsih"
"Iya bu, kita makan sama sama biar tambah enak makanannya jika aku tatap wajah ibu yang sudah menyayangi Maria" senyum gadis itu mengembang kala menatap wajah ibunya.
Ketiga wanita itu kini duduk berhadapan seraya mulai menyantap makanan yang sudah terhidang walaupun sudah dingin.
*****
Pukul 12 malam, Maria terbangun karena haus dan mendapati air teko di kamarnya sudah habis, ia pun bergegas menuju dapur dan tak sengaja mendengar suara aneh yang berasal dari kamar tamu dekat dapur. Perlahan lahan Maria mendekat kearah pintu dan mulai menguping semua pembicaraan dan racauan dua orang didalam sana.
"Ayah" pekik Maria pelan kala menyadari bahwa suara dari dalam adalah ayah dan teman ibunya.
Seketika tubuh Maria kaku dan hanya berdiri mematung diluar pintu. Tak disangkanya sang ayah memiliki hubungan gelap dengan wanita yang berlabel sahabat ibunya tersebut. Kalau bukan karena ibunya yang baik, mungkin saja wanita didalam sana sudah menjadi gelandangan dikota ini.
Jahat, itulah yang kini dicap pada Ria dan Danu oleh Maria. Ia bahkan jijik jika berhadapan dengan keduanya. Ia pun pergi berlalu dari kamar tersebut dan tak jadi mengambil air didapur.
"Mas kapan kamu mau nikahin aku ?"
"Nanti sayang, aku nanti janji nikahin kamu"
"Terus saja seperti itu. Kau mau tubuhku tapi kau tak pernah menepati janjimu!" teriak Ria kencang.
"Iya sayang, nanti. Ekonomiku sedang tak baik baik saja aku akan menikahimu dengan pesta yang mewah"
"Lalu sampai kapan kita harus sembunyi sembunyi seperti ini mas? aku cape!"
Danu menghela nafas dan mulai mendekati Ria.
"Oh ya bagaimana kalau kita melakukan pesugihan supaya usahamu terus maju dan berkembang mas"
Danu terkejut dengan ucapan Ria.
"Aku tak mau jika harus berhubungan dengan makluk lain" tolak Danu.
"Kenapa mas? kan untung besar kalau kita melakukan itu. Lagi pula kau tak harus melakukan apapun selain memberikan mahluk itu tumbal dan sesajen"
"Aku tak ingin jika sampai dia menyakitiku. Aku ingin kita hidup normal saja"
"Kau tak perlu takut mas. Aku nanti akan cari dukun yang handal, agar tak memberikan kita mahluk yang menginginkan tumbal kita sendiri. Kau bisa menumbalkan orang lain yang tak kau kenal"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
ig: ka_riiss86☃
grrrr ternyata kebenarannya seperti ini toh
2022-12-15
0