Danu dan Ria tampak begitu pucat pasi kala Nirmala menatap keduanya dengan tatapan sinis. Entah kenapa Ria meras bahwa gadis yang ia sangka polos ternyata adalah mata mata yang handal. Ia yakin betul bahwa sebenarnya Maria sudah mulai curiga atas hubungannya dengan Danu.
Tanpa diduga kini Ria memendam rasa benci pada gadis itu dan ingin sekali menghabisi anak itu sebab mungkin suatu saat akan menjadi pengahalang untuknya.
"Aku kenyang bu. Sekarang aku mau berangkat dulu ya" Maria bangkit dari duduknya dan mulai berjalan memeluk serta menyalami kedua orang tuanya.
Tanpak begitu enggan Maria menyentuh tangan sang ayah yang telah menodai wanita lain selain ibunya. Bahkan seakan dirinya merasa jijik saat ia harus bersentuhan dengan tangan sang ayah yang selalu memanjaknnya.
"Salim dulu sama Tante Ria" suruh Danu pada Maria.
"Apa perlu aku menyalaminya yah? dia bukan keluarga kita. Bahkan dia juga bukan bagian penting dirumah ini"
"Kurang ajar kamu ya! ayah tuh gak pernah ajari kamu jadi anak pembangkang!" Teriak Danu kencang.
"Aku bukan membangkan yah! memang benarkan dia bukan siapa siapa. Justru kenapa ayah selalu membelanya dan selalu berbuat kasar pada ibu setelah dia datang! apa ayah memiliki hubungan gelap sama wanita tak tahu diri ini ?!"
Plak
Tamparan keras mendarat dipipi mulus Maria. Ia begitu tak menyangka bahwa sang ayah yang selama ini selalu mencintai dan menyayanginya dengan tulus kini berubah menjadi kasar dan main tangan.
"Ayah tega menampar aku?" bulir bening mulai membasahi pipi Maria dengan deras disertai dengan noda merah yang mulai terlihat.
Nirmala yang tak terima anaknya dipukul seketika bangkit dan mendorong tubuh pria didepannya.
"Apa apaan kamu mas? kamu tega menampar anakmu sendiri demi Ria? dia itu darah dagingmu dan Ria hanyalah tamu dirumah ini"
"Justru karna dia anakku, aku tak ingin dia menjadi wanita arogan sepertimu! Dan karena Ria adalah tamu kita harusnya menghormati dan menerapkan sopan santun padanya"
"Lalu apa kau boleh seenaknya memukul anakmu sendiri dihadapan tamu? biar ku beri tahu mas. Tamu hanya orang yang mengunjungi kita dengan niat silaturahmi dan menjaga ikatan persaudaraan, bukan orang yang betah tinggal dirumah orang lain dengan waktu yang lama bahkan tanpa adanya ikatan darah dan keluarga!"
Ria yang sejak tadi diam kini mulai berjalan kearah Maria, Danu dan Nirmala dengan wajah sedih.
"Baiklah. Aku akan pergi jika kalian memang tak ingin aku tinggal disini"
"Bagus! pergilah! aku senang jika kau pergi sekarang. Setidaknya aku sudah memberimu pakaian, makanan dan tempat tinggal disini cukup lama. Setidaknya dengan keributan ini kau tahu bahwa kau hanya benalu dikeluarga kami!" ucap Maria dengan tegas.
Ria yang mulai berani kini menghapus air mata palsunya dan merengek kepada Danu.
"Mas lihat anakmu itu"
Plak!
Tamparan keras mendarat dipipi Ria. Sejak kapan ia berani memanggil suami Nirmala dengan begitu manja dihadapan semuanya.
"Apa yang kau lakukan Irma?" bentak Danu kencang.
"Justru apa yang sudah kalian lakukan mas! Dia berani memanggil mesra dirimu dihadapanku dan Maria sedangkan kau malah senang dipanggil demikian dan memarahiku! sudah berapa lama hubungan kalian hah! "
Nirmala yang sejak dulu sudah curiga kini mengeluarkan unek unek didalam hatinya pada Danu. Pria itu murka dan mulai mencengkram tangan Irma dengan sangat kencang hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Lepaskan ibuku!" teriak Maria keras.
Tak lama kemudian Maria mendorong Ria dengan kencang hingga dia jatuh tersungkur kearah tembok. Darah segar membasahi keningnya akibat benturan keras pada dinding ruangan.
"Anak sialan! tak tahu diri! berani beraninya kau menyakiti Ria" Danu berlari kearah Ria dan memeluk tubuh wanita itu dengan erat.
Tanpa rasa malu kini keduanya mempertunjukan keromantisan dihadapan Nirmala dan Maria.
"Wah wah bagus sekali kalian. Sekarang berani berpelukan dihadapanku yang tak lain adalah istrimu sendiri mas! dan kau jal**ng! berani beraninya kau berhubungan dengan suamiku"
Danu memapah tubuh Ria untuk pergi kekamar meninggalkan Nirmala dan Maria diruang makan begitu saja. Nirmala menangis kala Danu dan Ria berlalu pergi begitu saja meninggalkannya.
"Ibu jangan menangis" ucap Maria pelan.
"Ibu tak menyangka bahwa ayahmu sudah bermain gila bersama wanita itu nak. Ibu sudah memasukan srigala dikeluarga kita. Maafkan ibu" Nirmala menangis dengan sesak yang tertahan didadanya.
"Ibu istirahat dikamar ya dan jangan lakukan apapun. Biarkan aku dan Bi Darsih yang membereskan semuanya"
"Tidak nak. Kamu harus sekolah. Pergilah belajar, biarkan ibu disini bersama Bi Darsih. Kamu pulangnya jangan lama lama ya ibu tunggu kamu disini"
Maria hanya bisa menuruti apa perkataan ibunya tersebut. Ia pun pergi berangkat ke sekolah dan meninggalkan ibunya dengan Bi Darsih yang memperhatikan keributan sejak tadi ambang pintu dapur.
Bi Darsih berjalan mendekati majikannya dan mulai mengusap punggung Nirmala perlahan.
"Maaf nyonya jika saya lancang. Tapi nonya menangislah jika memang sudah tak bisa ditahan"
Nirmala langsung memeluk tubuh wanita paruh baya di depannya dan mulai menangis kencang. Maria pun yang kini berada didalam mobil hanya bisa menangis dan berharap bahwa semuanya hanyalah mimpi.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika sang ayah tega menduakan ibunya dan bermain api dibelakang mereka selama ini. Bahkan ia tak menyangka bahwa sang ayah tega memukul pipinya dengan kencang padahal selama ini ia tak pernah sedikitpun membentaknya.
*****
Danu mendudukan tubuh Ria diatas ranjang dan mulai mengobati luka dikeningnya. Ia mengelap darah yang menempel dikening Ria dengan tisu dan mulai memberikan obat merah dilukanya juga memberikan plester padanya.
Danu lebih mementingkan Ria sebab dirinya sudah berada didalam kendali Ria sehungga tak mungkin bisa lepas dari jerat cinta hitamnya.
Ria tersenyum penuh kemenangan ketika mengingat semua kejadian yang baru saja terjadi dan semakin gencar ingin menikahi suami sahabatnya tersebut.
"Mas istri dan anakmu sekarang sudah tahu. Jadi cepat nikahi aku dan kita bahagia bersama"
Danu terdiam dan menatap manik indah wanita didepannya.
"Apa kau tak ingin kita seperti ini saja? aku tak bisa menikahimu karena aku masih ingin hidup bersama Irma dan Maria"
"Oh jadi kau lebih memilih mereka dibandingkan aku?! ya sudah aku pergi sekarang!" Ria bangkit dan mulai membuka lemari serta memasukan semua pakaiannya dengan kesal kedalam koper.
"Sayang maafkan aku. Aku hanya ingin menikahimu dengan pesta yang megah dan meriah. Saat ini aku belum memiliki uang untuk itu"
"Kita kan sudah pergi ke dukun dan mendapatkan iblis yang bisa membantu keuanganmu. Kau hanya perlu mencari tumbal pertama agar usahamu kembali maju dan berjaya mas"
Danu bergeming dengan perkataan Ria. Ia baru ingat saat ini ia harus mencari tumbal pertama untuk diberikan kepada iblis yang sudah si dukun berikan untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Kak Ya
mantaabb Ria .. lanjutkan lah , biar dikau skalian di usir sm Maria dan ibu nya 😁 pelakor ... huusshh huushhh sannaahh minggat🤭🤭
2022-07-26
1