"Ritualnya sudah selesai. Sekarang kalian bisa pulang dan lihatlah apa yang terjadi pada orang yang kau tumbalkan. Akan kupastikan dia menjadi mayat hidup yang mengerikan. Hahahahah" tawa dukun menggema diruangan serba hitam tersebut.
Ria dan Danu pun memberikan segepok uang yang mereka letakan diatas meja dan berterimakasih pada pria tua dihadapannya.
"Terimakasih banyak mbah. Aku akan menunggu hasil kerja dari iblis itu" ucap Danu yang tak sabar ingin segera menjadi kaya.
Ria pun tersenyum mendengar ucapan pria disampingnya dan mulai bertanya pada sang dukun.
"Kapan kami akan mendapatkan hasil dari pesugihan ini mbah?"
"Hasilnya akan kau dapatkan malam ini. Siapkan saja ruangan khusus untuk menyambut iblis itu dan untuknya menyimpan uang yang kalian inginkan. Ingat satu hal! jangan pernah biarkan orang lain masuk kedalam ruangan itu, jika sampai ada orang yang masuk maka kalian harus membunuhnya!" Dukun tersebut berkata penuh dengan penekanan hingga membuat Ria dan Danu sedikit ketakutan.
"Tapi bagaimana kalau saya dan Ria masuk mbah?"
"Tentu saja boleh bod*h! aku sudah katakan bahwa tak boleh ada orang lain yang masuk kedalam ruangan tersebut! Kalian adalah pemilik iblis tersebut jadi kalian wajib menyambutnya ketika ia datang!"
Danu dan Ria menganggukan kepala tanda mengerti. Kemudian tak lama, mereka pun memutuskan untuk pulang melihat keadaan Nirmala setelah ia menjadi tumbal pertama mereka tak lupa pergi ke hotel terlebih dahulu untuk menuntaskan hasrat yang masih menggelora.
Didalam mobil mewah, Ria dan Danu kembali mendekatkan wajahnya hingga saling bertukar sal**va didalam mobil tersebut tanpa perduli mereka tengah berada didalam hutan. Danu begitu tergiur ketika melihat bibir Ria yang begitu menggoda dan mengga**rahkan untuknya.
Ketika ia ingin membuka pakaian Ria, sontak saja wanita itu menahan tangan kekar Danu dan menggeleng pelan.
"Jangan disini mas. Ini dihutan, kita kan sudah pesan hotel. Nanti disana saja yang sayang" bisik Ria manja ditelinga Danu.
"Kau bisa saja membuatku tergila gila dan memjadikan mu candu"
Danu kemudian melajukan mobilnya dengan kencang menuju hotel yang mereka tuju. Ria sekilas membuka ponsel dan kemudian mematikannya sebab ia pun menerima pesan dari Bi Darsih yang berkata bahwa Nirmala kini tengah berada dirumah sakit.
"Mas lihat dulu ponselmu" ucap Ria pelan.
"Ada apa sayang?" tanya Danu santai.
"Itu loh mas, pembantumu kasih pesan kalau istrimu kini sedang berada di rumah sakit akibat muntah darah!"
"Apa!" pekik Danu yang spontan mengheenyikan mobilnya dipinggir jalan.
"Kamu kenapa mas?! apa kamu khawatir sama wanita jelek itu?" tanya Ria kesal.
Danu tersenyum dan memegang wajah kekasihnya tersebut.
"Aku kaget sayang. Secepat itu reaksi yang dilakukan iblis itu pada Irma! aku sangat senang, tak lama lagi kita akan menjadi kaya" Danu tertawa girang memikirkan uang yang akan ia dapatkan malam ini.
"Baguslah mas. Ku kira kau khawatir sama Irma" Ria tersenyum menatap Danu.
Danu kembali melajukan mobilnya menuju hotel yang sudah Ria pesan sebelumnya. Hingga saat keduanya sudah sampai diparkiran hotel, tanpa basa basi keduanya pun masuk dan mulai melakukan aksi menjijikan.
Hari ini hujan turun sangat deras seiringan dengan langkah Maria, yang berlari dari halaman rumah sakit yang Bi Darsih katakan padanya di telpon. Air matanya tak henti mengalir kala mengingat wajah sang ibu yang selalu menemaninya dikala suka dan duka.
Maria sampai dilobi rumah sakit dengan pakain yang basah kuyup dan rambut yang juga basah karena air hujan.
"Maaf sus, dimana ruangan atas nama Ibu Nirmala Lestari dirawat?" tanya Maria dengan nada mengigil karena kedinginan.
"Ade mau cari siapa disini?" tanya suster yang menjaga didepan komputer.
"Saya mencari ibu saya sus. Dia baru saja masuk ke rumah sakit ini karena tadi pagi muntah darah" terang Maria pada suster dihadapannya.
"Oh Iya, saya ingat. Tunggu dulu sebentar ya dek"
Suster tersebut berlalu meninggalkan monitor komputer menuju ruangan belakangnya dan mengambil sebuah jaket lalu memberikannya kepada Maria.
"Ganti dulu pakaianmu dengan jaket ini. Ini punyaku dan kamu bisa memakainya. Gadis manis sepertimu tak boleh sakit untuk menjaga ibumu" ucap Suster tersebut.
Maria mengambil jaket tersebut dengan bingung dan menatap suster tesebut.
"Tapi ini kan punya suster. Saya tak papa kok begini juga" jawab Maria dengan pelan.
"Tak papa itu untukmu saja. Saya juga memiliki adik seumuran denganmu dan aku tak ingin kamu sakit. Ganti saja pakainmu dengan jaket itu. Dan temui ibumu di ruangan nomor 13 dilorong C dekat pot bunga berwarna merah"
Maria tersenyum dan memegang erat jaket yang diberikan oleh suster tersebut.
"Terimakasih banyak sus. Semoga kebaikan suster dibalas oleh yang maha kuasa"
Maria pun pergi menuju toilet dan mengganti pakainnya dengan jaket tersebut dan pakaian basahnya dimasukan kedalam tas yang ia bawa.
Lama ia berjalan menyusuri lorong tersebut, hingga saat ia sudah berada didekat pot berwarna merah, ia melihat papan nomor kamar didepan ruangan tersebut dan masuk kedalamnya tanpa mengetuk pintu.
Maria berlari dan memeluk erat tubuh ibunya yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit dengan mata yang tertutup rapat. Maria histeris melihat keadaan ibunya yang tiba tiba saja memburuk padahal kemarin baik baik saja.
"Ibu kenapa bi?!" teriak Maria disela tangisnya.
Bi Darsih kemudian memeluk putri majikannya berusaha menenangkannya.
"Katakan yang sebenarnya bi. Kenapa ibu? kenapa ibu bisa seperti ini?"
Bi Darsih mengusap pucuk kepala gadis tersebut dan mulai mengatakan yang sebelumnya terjadi.
"Tadi pagi nyonya terbangun dan seperti biasa ia lngsung bersemangat menuju dapur untuk membuatkan makanan kesukaan Non Maria. Nyonya nampak sehat dan bersemangat ketika membuat makanan untuk non, namun tiba tiba angin bertiup kencang dan tiba tiba saja nyonya terjatuh dan muntah darah sangat banyak.
Bibi panik dan memanggil Mang Kardi untuk membawa nyonya kekamar, namun nyonya merasakan panas dan kembali muntah darah lebih banyak. Jadi sebab itu bibi membawa nyonya ke rumah sakit karena takut terjadi hal yang tidak baik"
Maria menundukan kepala dan mulai menanyakan keberadaan ayahnya yang sejak tadi tak terlihat.
"Lalu kemana ayah dan wanita jahat itu bi?" tanya Maria seraya mengepalkan tangan.
"Bibi juga gak tahu non. Tuan pergi bersama nyonya Ria sejak pagi buta entah kemana. Bibi hanya tahu saat mendengar deru mesin mobil tuan dan bibi berlari mengintip dari jendela karena takut tuan marah"
Amarah didada Maria semakin memuncak kala tahu bahwa ternyata ayahnya mengacuhkan sang ibu dan malah pergi bersenang senang dengan wanita perusak rumah tangga orang tersebut.
"Apakah ayah sudah tahu kalau ibu masuk rumah sakit bi?" tanya Maria dengan nada penuh penekananan.
"Bibi sudah kirim pesan pada tuan dan nyonya Ria tapi mereka tak menjawab ataupun menelpon bibi"
Maria semakin yakin bahwa ayahnya sudah dicuci otaknya oleh penyihir itu. Ia kini berencana mencari tahu apa sebenarnya yang sudah terjadi pada ibunya yang tiba tiba saja sakit dan ayahnya yang acuh begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments