" Bu, bagaimana jika Naina mengatakan semuanya kepada mereka."
" Ya biarkan saja. Dengan begitu kau dan Clara akan dengan mudah meresmikan pernikahan kalian dimata negara?"
" Bu, sejak kapan Ibu jadi mendukung Clara?, bukankah sebelumnya Ibu sangat menyayangi Naina?"
" Iya, itu dulu sebelum perusahaan kamu bangkrut. Dan sekarang perusahaan mau kembali berjaya dan kita selamat dari kemiskinan berkat Clara. Jadi Apa salahnya jika sekarang ibu lebih mendukung kamu dan Clara. Hidup itu butuh uang Bagas. Lagipula apa bagusnya Naina, dia itu hanya menumpang hidup enak denganmu. Lihat saja, bahkan orang tuanya mungkin sengaja datang ke Jakarta pada malam hari sehingga mereka dapat tidur di rumah ini. Jadi mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa sebuah hotel."
" Bu, tidak baik berprasangka buruk kepada orang lain. Bagaimana pun juga mereka adalah Besan ibu."
" Besan ibu itu keluarga Pak Danu. Lihatlah kita bahkan sudah setara dengan keluarga Clara."
" Bu, Kenapa Ibu jadi dibutakan oleh harta dan derajat?"
" Ah sudah lah. Kamu sendiri sudah cinta kan sama Clara. Buktinya kamu berulang kali memutuskan untuk tidur dengannya." Bagas terdiam, membenarkan apa yang baru saja Ibunya katakan.
" Terlepas dari semua yang telah terjadi. Bagas masih mencintai Naina Bu. Bagas tidak ingin kehilangan Naina apalagi Hasna."
" Ya sudah, kamu hanya perlu bersikap biasa di hadapan orang tua Naina."
" Huft.."
" Sudah sana masuk."
Tanpa mereka sadari. Sedari tadi Naina berada di dekat sana untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
Karena saat Ibu mengatakan jika dia akan melihat apakah benar Bagas yang datang. Naina sudah curiga jika mereka mungkin akan berkolaborasi dalam membentuk sebuah drama.
Jadi Naina berpura-pura ke belakang untuk menyiapkan makan malam.
Naina segera kembali ke dapur dan berpura-pura membantu Bik Asih yang sedang menata makanan diatas meja.
" Pak, Bu. Ayo sebaiknya kita makan malam dulu setelah itu Ibu Bapak dan Ika bisa langsung istirahat."
" Maaf ya nak kami merepotkanmu." Ucap Bapak.
" Ah tidak, Naina senang jika kalian datang berkunjung ke sini."
" Ohya nak, dimana Ibu Mertua dan Bagas?, bukankah tadi Ibu mertuamu mengatakan ingin melihat Bagas. Apa yang datang bukan Rimba?"
" Sudah, biarkan saja, lebih baik kalian makan lalu beristirahat."
Saat mereka baru saja duduk di meja makan, Bagas datang dan langsung menyalami Ibu dan Bapak mertuanya itu.
" Duduk mas, sekalian ikut makan malam bersama bersama." Ucap Naina sambil tersenyum walaupun dalam hatinya dia tidak ingin lagi memberikan senyum manisnya kepada Bagas.
Tapi Naina terpaksa melakukan nya agar kedua orang tuanya tidak curiga.
" Dimana Hasna sayang?" Tanya Bagas basa-basi dan langsung duduk di kursi sebelah Naina .
" Hasna sudah tidur."
Bagas hanya ber'O'ria karena dia sangat gugup dan tidak tahu harus mengatakan apa.
Dia terus saja memandangi Naina, karena takut Naina sudah mengatakan apa yang terjadi hari ini.
" Non, kamar tamunya sudah siap dan sudah Bibi bersihkan." Bisik Bik Asih ketika Naina mengambil air putih.
" Ohya, terima kasih ya bik."
" Sama sama."
Mereka kemudian makan malam bersama. Pak Akbar tidak ikut karena tiba-tiba harus mengurus sesuatu yang penting.
Sepanjang makan malam Naina dapat melihat ekspresi Ibu mertuanya yang begitu muak saat melihat keluarganya makan begitu lahap dengan hidangan yang enak dan juga nikmat.
Naina menyadari hal itu karena keluarganya termasuk dalam keluarga dengan ekonomi menengah kebawah.
Jadi mereka tidak pernah makan makanan mewah seperti yang biasa Naina makan setelah menikah dengan Bagas.
Naina tersenyum untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh.
" Ibu dan Bapak nanti tidur di kamar tamu ya. Ika tidur dengan aku di atas." Ucap Naina, ketika semuanya telah selesai makan
"kalau Ika tidur denganmu, lalu suamimu tidur dimana?" Tanya Ibu Naina.
" Iya, biarkan saja Ika tidur dan kami. Ika Dan ibu akan tidur diatas sedangkan Bapak akan tidur di bawah." Sambung Bapak Naina.
" Jangan. Mas Bagas terbiasa tidur sendiri di kamar Hasna. Iya kan mas?" Ucap Naina sambil tersenyum dan menatap Bagas.
" Ah iya benar. Jadi Bapak dan Ibu tidur di kamar tamu saja. Ika bisa tidur di kamar bersama Naina dan Hasna."
" Iya besan, sudah tidak perlu sungkan nikmati saja lagipula tidak setiap hari kan kalian bisa tidur di rumah mewah seperti ini." Imbuh Ibu Yanti.
Karena takut orang tuanya akan mendengar kata-kata yang menyakitkan dari Bu Yanti.
Naina segera mengajak mereka untuk masuk ke dalam kamar agar bisa beristirahat.
Sesampainya dikamar, Naina memberikan baju ganti kepada Ika.
" Kak aku sudah membawa pakaian ganti di dalam tasku."
" Sudah pakai ini saja, jadi kamu tidak perlu membongkar barang bawaan mu."
" Baiklah."
" Cepat ganti baju dan segera beristirahat aku akan mengantarkan pakaian ini kepada Ibu dan Bapak."
Ika tersenyum dan memandang kepergian dari kakaknya itu.
Ika merasa bahwa Naina sangat beruntung memiliki suami yang kaya raya.
Ika berharap dia bisa kaya, sehingga bisa membelikan rumah yang besar seperti ini untuk orang tuanya.
Bagas yang tidak sengaja melihat Naina keluar dari kamar tamu. Langsung menarik pergelangan tangan Naina dan membawanya menjauh dari kamar tamu itu.
Bagas memutuskan untuk membawa Naina ke taman yang berada di belakang rumahnya.
Karena taman adalah tempat yang aman untuk berbicara di saat ada tamu di rumah.
" Mas lepas." Ucap Naina.
" Naina, kau harus mendengar penjelasanku."
" Penjelasan apa?, penjelasan bahwa sebenarnya mas bukan meeting di kantor melainkan di gedung resepsi pernikahan?"
" Naina.."
" Apa?."
" Naina biarkan Mas berbicara lebih dulu."
" Bicara apa lagi mas?. Mas mau mengatakan bahwa Clara bukan siapa siapa?. Lalu foto pernikahan yang ada di dalam lemari mas itu milik siapa?"
Bagas terdiam rasanya sangat sulit untuk berkata kata saat Naina sudah mengetahui semuanya.
" Mas.."
" Iya?"
" Sejak kapan?"
" Sejak.."
" Bicara yang jelas mas."
" Sejak kamu pulang ke rumah rumah orang tua mu." Ucap Bagas dengan suara lirih namun masih bisa terdengar jelas oleh Naina.
Prok.. prok.. prok...
" Bagus, bagus sekali. Akting Mas dan keluarga sangatlah bagus. Pantas saja saat aku dan Hasna keluar dari rumah ini Ibu terlihat sangat senang. Jadi karena itu..."
" Nai, dengarkan penjelasan Mas lebih dulu. Mas akui ini salah. Tapi mas tidak punya pilihan lain selain menuruti apa yang Ibu katakan."
" Oh benarkah?, bukankah mas dulu mengatakan tidak akan menerima tawaran dari Pak Danu. Mas juga menolak saat aku meminta cerai dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi nyatanya sekarang tidak baik-baik saja kan mas." Pekik Naina menahan air matanya.
Bagas terdiam. Dia tidak tahu lagi harus berkata apa. Bagas ibarat sedang berada ditengah tengah jurang. Maju salah. Mundur juga salah.
" Ceraikan aku mas..."
...****************...
......................
...----------------...
...****************...
......................
...----------------...
...****************...
......................
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
ifki...
istri cerdas tapi suaminya goblok
2022-07-14
2