Rahasia Pernikahan Suamiku
" Naina. Ijinkan saja Bagas untuk menikah lagi. Agar perusahaan bisa kembali normal." Ucap Yanti. Ibu mertua Naina.
Naina yang saat itu tengah menyuapi Putri kecilnya. Hasna. Menjadi terkejut mendengar Ibu mertuanya tiba tiba mengatakan hal itu.
" Tapi kenapa bu?" Tanya Naina, sesopan mungkin.
" Kamu tau kan, perusahaan Bagas sedang di ujung kebangkrutan. Pak Danu menawarkan bantuan yang bisa menyelamatkan perusahaan Bagas. Dengan syarat mau menikahi Putri semata wayangnya." Ucap Yanti.
"Bu, aku tidak ingin di madu. Tidak ada wanita yang ingin dimadu, ataupun berbagi suami. Lagi pula, Mas Bagas berjanji akan segera menyelesaikan masalah yang terjadi, dan segera mencari jalan keluar nya. Dan aku yakin, mas Bagas pasti bisa menemukan solusi yang tepat. Tanpa harus menikahi anak Pak Danu.".
" Halah, kamu itu tau apa soal bisnis?, Kamu saja tidak pernah jadi sarjana. Kamu orang kampung. Tidak akan paham urusan bisnis."
" Bu, aku memang tidak tahu soal bisnis. Tapi aku yakin suamiku bisa mengatasi masalah yang sedang di hadapi saat ini."
" Halah, kamu itu sok sok.an. Dengar ya, adik Bagas ada dua yang masih kuliah di luar negeri. Jika perusahaan bangkrut, memang kau bisa membiayai mereka?, Tidak kan. Kau itu hanya menumpang hidup enak pada Bagas." Ketus Ibu.
" Buk, kenapa Ibu bicara seperti itu?"
" Ya kamu itu. Tinggal bilang iya aja, susah nya minta ampun. Aku cuma menyuruhmu mengijinkan Bagas menikah lagi. Bukan memintamu untuk bercerai dengan Bagas. Huh, ngomong sama menantu, kayak ngomong sama tembok. Gak paham paham." Ketus Ibu.
" Bu, bu. Dengarkan dulu."
" Ada apa lagi. Asal kamu tahu ya, kehidupan keluarga ini bergantung pada perusahaan."
" Bu, jangan seperti ini. Harusnya kita mendoakan Mas Bagas, agar bisa melewati ujian ini."
" Ku doakan kau di ceraikan Bagas."
Yanti kemudian memilih meninggalkan Menantu dan cucunya itu.
Sepeninggalan Ibu mertuanya. Naina mengajak Hasna masuk kamar, dan disana Naina menumpahkan segala kekecewaan.
Dimana ibu yang dulu begitu menyayangiku, yang tidak pernah memandang seseorang berdasarkan harta.
Kemana kelembutan hatinya, yang selalu membuatku merasa tenang jika ada di dekatnya.
Sekarang beliau meminta ku melakukan hal yang tak pernah aku inginkan.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi sehingga ibu mertua ku meminta hal yang tidak akan bisa aku penuhi.
Tak ingin terlalu dalam memikirkannya, Naina memutuskan untuk tidur sambil memeluk Hasna.
Sore harinya...
" Hai sayang.."
Cup.
Seperti biasa, saat Bagas pulang kerja, dia lebih dulu mencari Hasna. menciumnya. Kemudian mencium bibir mungil Naina.
" Hai mas, gimana tadi di kantor." Tanya Naina, sambil melepas jas yang dipakai Bagas.
"Seperti biasa. Mas masih belum menemukan cara untuk mendapatkan bantuan dari perusahaan lain."
" Mas.."
" Ya sayang?"
" Ah, tidak apa apa. Mas pasti lapar. Ayo kita makan." Ucap Naina.
" Ayo."
Mereka lalu bergabung bersama Ibu dan Ayah. Ibu terlihat sinis saat kedatangan Naina. Lain halnya dengan Ayah. Sikap beliau masih sama hangatnya seperti dulu dulu.
" Ayo Hasna sini. Duduk di dekat kakek."
" Ya kek."
Hasna langsung duduk di kursi sebelah kakeknya. Wibowo. Akbar Wibowo.
Naina segera menata makanan di piring Bagas.
" Bagaimana?, Ada kemajuan." Tanya Ibu.
" Belum bu, Bagas terpaksa merumahkan beberapa karyawan kantor. Untuk menekan biaya operasional kantor."
" Sudah Ibu bilang. Terima saja tawaran dari Pak Danu. Apa susah nya?. Tinggal menikahi anak nya saja, lalu perusahaan kita aman. Gitu aja ribet banget sih." Ketus Ibu.
" Bu, bukan seperti itu. Ini masalah hati, bukan cuma hatiku. Tapi hati Naina juga." Ucap Bagas lembut.
Laki laki yang menjadi suami Naina adalah laki laki paling lembut di dunia. Seberat apapun masalah yang di pikul. Atau sedalam apapun kemarahan yang dia rasakan, dia masih bisa meredam nya. Terutama di hadapan keluarga.
" Huh." Ibu mendengus kesal.
" Bu, sudahlah. Biarkan Bagas yang mencari jalan keluar nya sendiri. Agar dia siap dengan kemungkinan, kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang." Ucap Akbar menengahi.
Akbar selalu menengahi perdebatan yang sering terjadi belakangan ini.
Mereka hampir berdebat disetiap jam makan malam. Dan akan saling diam saat sarapan di keesokan hari nya.
" Bapak dan anak, sama saja." Gerutu Ibu.
Kemudian ibu pergi sebelum menghabiskan makanan nya.
" Sudah biarkan saja. Ibu mu memang seperti itu jika sedang kesal. Biarkan saja. Nanti juga reda sendiri." Ucap Mertua Naina, saat Naina akan memberikan makanan pada Ibu.
Naina melihat ke arah Bagas. Bagas menganggukkan kepala. Naina akhirnya kembali duduk dan menghabiskan makanannya.
Setelah semua selesai makan. Hasna digendong Bagas, dan langsung menuju ruang keluarga.
Naina membantu Bik Asih membersihkan meja makan.
" Biar saya saja non" Cegah Bik Asih.
" Sudah tidak apa apa. Hanya sedikit."
" Bik, tolong tata di nampan ya, akan saya bawa kepada nyonya."
" Baik non."
Dengan hati hati, Naina membawa nampan berisi makanan ke kamar Ibu.
Tok
Tok
Tok
" Bu.."
" Masuk."
Ceklek..
" Bu, Nai bawakan makanan untuk Ibu. Ibu menangis?" Tanya Naina saat melihat mata Ibu sembab.
" Tidak." Ketus ibu.
" Bu, ada apa?" Ucap Naina yang duduk didepan Ibu dan memegang tangan Ibu.
" Ini semua gara gara kau. Kalau saja kau mengijinkan Bagas untuk menikah lagi. Pasti aku tidak akan menangis. Aku mengkhawatirkan anak anak ku jika kami jatuh miskin. Hiks hiks hiks."
" Bu, aku tahu jika kondisi perusahaan sedang tidak stabil. Tapi bukan berarti Ibu harus menyuruh Mas Bagas untuk menikah lagi kan?"
" Yakin yakin. Aku gak butuh yakin. Aku butuh jawapan iya. Sudah pergi sana. Lagipula ini adalah syarat yang harus dipenuhi agar Pak Danu bersedia membantu perusahaan."
" Pasti ada cara lain bu."
" Ah sudah sana pergi. Makin pusing ngomong sama kamu."
Dengan terpaksa, Niana keluar dari kamar Ibu.
" Nai.." Panggil Bagas.
" Ya mas?"
" Dari mana?"
" Mengantar makanan ke kamar Ibu, dimana Hasna mas?"
" Hasna sedang bermain, ditemani kakek nya."
" Oh.."
Naina kemudian berjalan menuju kamar, disusul Bagas.
" Ada apa, hemm?" Tanya Bagas sambil memeluk Naina dari belakang.
" Mas.."
" Ya sayang."
" Menikahlah dengan anak Pak Danu."
Naina berhenti memeluk, lalu memutar tubuh Naina. Hingga saling berhadapan. Bagas mengangkat dagu Naina.
" Hei, apa yang terjadi?. Kenapa tiba tiba bicara seperti itu?"
" Aku hanya tidak tega melihat Ibu terus bersedih."
" Apa ibu yang memaksamu?"
" Tidak, ini murni keinginan ku sendiri. Ibu benar, kelangsungan hidup keluarga ini bergantung pada perusahaan. Jika perusahaan bangkrut...."
" Stttt, jangan bicara seperti itu. Urusan perusahaan, biar menjadi tanggung jawab ku." Pekik Bagas yang langsung memotong pembicaraan dari Naina.
" Tapi bagaimana jika perusahaan sampai bangkrut."
" Tidak akan. Aku akan berusaha lebih keras lagi."
" Terima lah tawaran dari pak Danu Demi menyelamatkan perusahaan dan mencegah keluarga ini jatuh miskin. Tapi sebelum itu..."
Naina menggantung ucapannya. Terlihat Naina menyeka air mata yang siap jatuh membasahi pipi.
" Apa Nai?"
" Ceraikan aku."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...Jangan lupa tinggalkan...
...Like...
...Komen...
...Vote...
...Hadiah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Pisces97
Thor baca ulang sambil nunggu up lagi 🤭
2023-10-15
1
Kod Driyah
bagus Naina lbh baik mnta cerai sj drpd di madu
2022-09-23
0
Umi Abi
mampir 🚀🚀🚀🚀
2022-07-23
0