14

Flashback on...

Papah Kriss pergi kerumah Kala saat mendengar jika anak tunggalnya itu melakukan kekerasan fisik kepada wanita yang tak lain adalah Kala.

Saat memasuki halaman rumah, Papah Kriss melihat sebuah bendera kuning yang berarti jika pemilik rumah itu sedang berduka.

Disanapun ada beberapa orang yang terlihat seperti teman Kala, Papah Kriss kemudian mengetuk pintu yang kebetulan memang sedang berduka.

"Om Kriss?" Zhafran yang saat itu sedang menenangkan Kala kemudian menghampiri Papah Kriss bertanya apa tujuan laki-laki paruh baya itu datang kemari.

"Om mau ketemu sama Kala." ucapnya sambil menatap seorang gadis yang sedang memojokan diri di ujung tembok.

Zhafran menyuruh teman-temannya agar keluar terlebih dahulu, memberi waktu untuk Papah Kriss berbicara dengan Kala.

Setelah semuanya sudah pergi, Papah Kriss mendekati Kala dan duduk di sampingnya.

"Saya turut berduka cita."

Kala mengangkat kepalanya menatap wajah Papah Kriss dengan mata yang sembab.

"Maaf atas perlakuan anak saya kepadamu, kau mungkin sangat kecewa dan saya benar-benar meminta maaf."

"Saya sangat sulit sekali mengenal sifat anak saya, sejak kecil Daffa tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari papah dan juga ibunya."

"Karena selalu keluar kota, mengerjakan pekerjaan yang sangat sulit sekali untuk saya dan istri saya hindari."

"Keinginan Daffa dulu, dia ingin sekali bermain di taman kanak-kanak, bersama kedua orang tuanya."

"Tapi keinginan itu belum tercapai."

"Sekali lagi aku benar-benar minta maaf." Papah Kriss memberi paper bag dan menyimpannya dihadapan Kala setelah itu berpamitan untuk pergi.

Sedangkan Kala hanya terdiam, ia kembali menangis dengan kepala yang ia benamkan di lengannya.

Flashback off...

Papah Kriss melihat beberapa foto Kala di internet, ia kembali mengingat perkataan putranya.

Disisi lain Kala sedang bersantai di sofa sambil menonton acara televisi, Naela yang baru saja menyelesaikan panggilan telefon, menghembuskan nafasnya sambil melihat Kala yang sedang tertawa.

"Aku sangat lelah, banyak sekali panggilan dari beberapa acara televisi, menyuruhmu untuk datang di acaranya."

"Lalu?"

"Kau harus datang!" kata Naela sambil berlalu dari sana.

Kala tersenyum, kesenangan baginya membuat Naela kesal. Gadis itu membawa ponselnya yang bergetar dari tadi ia membaca pesan dari Reja.

Reja:

Terima kasih, udah mau jujur. Jangan lupa buat besok

♡♡♡

Kala tersenyum saat Reja mengirimkan emoji Love kepadanya, ia pun segera membalasnya.

                                                               Kala:

                                 Sama-sama, baiklah.

Beberapa detik kemudian Reja mengirimkan sebuah foto, membuat Kala berteriak karena gemas.

"Ini bukan cowokku, gemes banget!" teriak Kala sambil mengguling di sofa.

Naela yang terkejut dengan teriakan Kala, segera menghampirinya. "Ada apa?" tanya Naela panik.

"Kenapa jantungku berdebar dengan sangat kencang?"

"Apakah kau sakit? Ayo kita pergi ke dokter." Naela langsung menarik tangan Kala.

Tetapi gadis itu segera menepisnya. "Bukan seperti itu maksudku, tapi jantungku berdebar karena Reja." ucap Kala sambil tertawa membuat Naela kesal.

"Kau!"

Kala semakin tertawa kencang melihat wajah Naela yang begitu kesal, tanpa aba-aba ia segera lari meninggalkan Naela yang sekarang sedang mengejarnya.

Kala menutup pintu kamar dan menguncinya rapat-rapat, ia masih belum berhenti tertawa karena mengingat bagaimana wajah kesal milik Naela.

"Awas saja kau!" teriak Naela di balik pintu tetapi Kala mengabaikannya.

Kala membaringkan tubuhnya dikasur, lalu kembali menyalakan layar ponselnya. Melihat bagaimana gemasnya wajah Reja saat itu.

"Arghh, gemass sekali!"

...

...

***

Keesokan harinya Kala sudah dijemput oleh Reja, laki-laki itu memarkirkan mobilnya didepan restoran yang mewah.

Setelah itu ia membukakan pintu mobil untuk Kala lalu menggenggam tangan gadis itu.

"Ayo."

Kala dan Reja melangkah memasuki restoran mewah itu, mereka disambut hangat oleh dua orang pelayan.

Mereka berdua mengikuti dua orang pelayan itu dari belakang, setelah sampai disalah satu ruangan. Salah satu dari mereka membukakan pintu untuk Kala dan juga Reja.

Kebetulan Reja memesan VIP, jadi ruangan itu bersifat privat yang biasa digunakan oleh beberapa pemilik perusahaan untuk membahas projek pekerjaan mereka.

Kala dan Reja masuk, sedangkan kedua pelayan itu pergi dari sana. Reja menarik kursi kosong untuk Kala sedangkan dirinya sendiri duduk di sebelah Kala.

Jeanno dan Dianna terlihat sangat senang saat kehadiran putra dan calon menantunya itu.

Wanita paruh baya itu menyilahkan mereka semua untuk makan terlebih dahulu, dan hal itu disetujui oleh Reja, Kala dan juga Jeanno.

Beberapa menit setelah mereka selesai makan, akhirnya mereka pun berbincang-bincang.

Dimulai dengan pembahasan kecil sampai ke pembahasan tentang pertunangan Kala dan Reja nanti.

Jeanno dan Dianna memutuskan untuk meriahkan pertunangan anak dan calon menantunya.

Jeanno akan mengundang beberapa orang penting yang bekerja sama dengan perusahaannya di Amerika sedangkan Dianna akan mengundang sahabat-sahabatnya yang ada diindonesia nanti.

Setelah pembahasan itu selesai, Reja berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk mengantar Kala pulang.

Setelah mendapati izin akhirnya Reja mengantarkan Kala pulang, banyak perbincangan kecil dimobil sehingga tidak terasa jika Reja sudah sampai di rumah Kala.

"Terima kasih banyak, aku sangat senang sekali hari ini." kata Kala sambil tersenyum hangat.

Reja pun ikut tersenyum, ia menganggukan kepalanya. "Sangat berat sekali jauh darimu, bagaimana jika kau menginap di rumahku saja?"

Kala terkekeh sambil memukul kecil lengan Reja, ia melepas seatbeltnya tetapi entah kenapa itu sangat susah sekali.

"Kenapa?" tanya Reja sambil memperhatikan Kala.

"Ini, kenapa sangat susah sekali."

Reja memajukan kepalanya sehingga membuat Kala menjauhkan kepalanya kebelakang, tanpa sadar Reja sudah berhasil melepaskan seatbelt Kala.

Kini mata mereka saling bertemu, jantung mereka berdetak sangat cepat, tatapan Kala teralihkan kepada mulut Reja saat itu.

Sama halnya dengan Reja, laki-laki itu memajukan lagi kepalanya sehingga jarak mereka hanya beberapa centi meter saja.

Kala menutup matanya saat merasakan mulut Reja yang ********** dengan lembut, tubuhnya menjadi lemas seketika.

Otaknya tidak bisa diajak bekerja sama, entah sadar atau tidak Kala malah membuka sedikit mulutnya sehingga membuat Reja menjadi leluasa ******* bibirnya.

Disisi lain Naela yang hendak keluar terkejut melihat pemandangan panas itu, dengan pelan ia kembali menutup pintu rapat-rapat dan membuka sedikit gorden.

"Tunggu, apa yang aku lakukan?"

Naela menggelengkan kepalanya lalu pergi menjauh dari jendela.

hallo maaf ya kalau dibikin bingung sama bahasanya, madang pakai kau dan aku kadang juga pakai lu dan gue, tapi jujurly menurut aku itu baguss hihihi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!