Benar saja, saat Kala sudah sampai di depan rumah ada banyak sekali wartawan disana.
Naela mencoba meyakinkan Kala, setelah yakin Kala langsung turun dari mobilnya.
Seorang satpam dan juga supir mencoba memberi batas antara Kala dan juga wartawan itu.
"Apa tanggapan anda tentang berita tersebut?" tanya seorang wanita.
"Apakah berita tersebut benar, jika kau sedang berkencan dengan Reja?"
"Apakah kau membohongi publik tentang kencanmu dengan pria itu?"
Banyak sekali pertanyaan yang keluar dari mulut mereka, Kala mencoba untuk tenang. Sejujurnya dia memiliki mental yang lemah, dia tidak bisa tahan dengan kerumunan orang yang banyak.
"Jika kau tidak ingin menjawabnya, diamlah." bisik Naela ditelinga Kala.
Kala menghentikan langkahnya tepat di depan pintu utama, ia membalikan badan agar bisa melihat para wartawan yang mengikutinya masuk kedalam halaman rumah.
"Aku akan menjawabnya."
Naela mengangkat kepalanya menatap wajah Kala yang saat itu sedang tersenyum.
Sedangkan para wartawan mulai menyiapkan kamera untuk memotret dan memvidiokan Kala.
"Yang ada di artikel tersebut memang benar, aku dan Reja akan segera bertunangan dan kami akan menikah. "
"Kami merencanakannya sudah sangat lama sekali, dan aku mohon perhatian dari kalian semua." Kala tersenyum begitu wartawan memotretnya.
Setelah selesai dengan semua pertanyaan wartawan, Kala memutuskan untuk masuk kedalam rumah, ia mendaratkan bokongnya di sofa.
"Lelah sekali." imbuhnya sambil menghembuskan nafas.
"Kau sangat hebat sekali!" seru Naela duduk disamping Kala.
"Jika sudah begini, aku bebas akan melakukan apa pun dengan Reja. Seperti berkencan." ucapnya sambil tersenyum malu.
"Aish, kau ini." seru Naela sambil menyenggol lengan atas Kala.
"Aku akan menyiapkan semuanya nanti, aku tidak sabar melihat kau menikah dengan Reja, dan kalian berdua memiliki seorang anak nanti."
"Pasti anak itu akan mirip sekali denganku." lanjut Naela sambil membayangkannya.
"Enak saja, mana bisa seperti itu!" sembur Kala sambil melototkan matanya.
"Bisa saja."
"Tidak bisa!"
"Bisa saja."
"Kau ini..."
Kala menghentikan ucapannya tatkala ia mendengar suara bel, tak butuh waktu lama Naela berpamitan untuk melihat siapa yang bertamu.
Beberapa menit kemudian Naela kembali dengan seseorang dibelakangnya.
"Ada Zhafran." kata Naela
Kala menyernyitkan keningnya, ia mempersilahkan Zhafran untuk duduk di sofa yang ada di sampingnya itu, sedangkan Naela ia pergi kearah dapur untuk membuatkan minuman dan mrngambil beberapa cemilan untuk Zhafran dan juga Kala.
"Ada apa Zhaf?" tanya Kala langsung.
"Gue mau ngomong penting sama lo, soal Daffa." jawab Zhafran
"Daffa?"
***
Disisi lain Daffa yang melihat berita tersebut hanya bisa terdiam, pikirannya kemana-mana.
"Reja?"
"Jadi selama ini dia memang suka sama Kala?"
Daffa mematikan layar televisinya lalu membawa kunci mobil yang ia simpan diatas laci, entah kemana ia akan pergi tapi laki-laki itu begitu tergesa-gesa.
Daffa menghentikan mobilnya tak jauh di rumah Kala, laki-laki itu terlihat memperhatikan sekitar.
Tak lama Kala dan juga Zhafran terlihat keluar dari rumah, Daffa semakin mengerutkan keningnya.
Ia mengingat kembali saat Kala pernah memergokinya berselingkuh dengan Kanza, setelah kejadian itu ia sama sekali tidak melihat gadis itu lagi.
Entah pergi kemana, bahkan mendengar kabarnya pun tidak pernah. Dan saat ia mendengar jika Kala sudah menjadi artis terkenal baru ia menyesali semua perbuatannya waktu itu, ia merutuki dirinya sendiri dan mencari Kala agar bisa rujuk kembali.
Setelah mobil Zhafran pergi Daffa mulai keluar dari mobilnya dan melangkahkan kakinya mendekati rumah itu.
Di depan gerbang, Daffa masih ragu-ragu untuk masuk sampai seorang satpam menghampirinya.
"Maaf, ada perlu apa ya?" tanya satpam itu.
Daffa terlihat gugup, ia kembali melihat rumah yang besar itu lalu menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya aku salah rumah." ucap Daffa lalu pergi dari sana.
Satpam yang bernama Ujang itu terlihat kebingungan, ia kembali menutup gerbang dan masuk kedalam pos satpam.
Daffa menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia memukul kemudi mobil dan berteriak.
Ia menyesali perbuatannya waktu itu, andai jika waktu bisa berputar kembali mungkin Daffa akan memperbaiki hubungannya dengan Kala.
Tanpa berpikir lama Daffa melajukan mobilnya pergi dari tempat itu, sekarang tujuannya adalah rumah orang tuanya.
Beberapa menit setelah melewati perjalanan yang lumayan cukup jauh, Daffa memasuki rumahnya.
Matanya menelusuri setiap sudut rumah mencari seseorang. Seorang wanita paruh baya terlihat menghampiri Daffa dengan senyuman yang tersemat di setiap sudut bibirnya.
"selamat siang tuan, dari mana saja? Apakah tuan sudah makan?" tanya wanita paruh baya itu.
"Papah dimana?" tanya Daffa.
"Oh tuan Kriss, dia sedang ada diruangan kerjanya."
Tanpa pikir panjang Daffa langsung pergi menuju ruang kerja papahnya, Daffa mengetuk pintu terebih dahulu setelah ada sahutan dari papa Kriss ia pun langsung masuk.
"Tau jalan pulang juga kamu." ucap papa Kriss dengan pandangan yang fokus ke layar laptopnya.
"Daffa mau bekerja di perusahaan papah, tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Deketin aku sama Kala, kalau perlu papah bikin Kala suka lagi sama aku."
Papah Kriss tertawa mendengarnya, ia menatap wajah putranya dengan kedua tangan yang menahan dagu.
"Kala? Wanita yang dulu ngejar-ngejar kamu lagi?"
Daffa menganggukan kepalanya dengan cepat. "Kamu mau jadikan wanita itu permainan lagi?"
"Dulu kau selalu bersikap kasar kepadanya, dan sekarang kau ingin bersamanya lagi?"
"Apakah karena dia sudah berubah dan sudah menjadi artis?"
"Aku menyesali perbuatanku waktu dulu, dan aku mohon tolong dekatkan aku dengan dia lagi. Papah pasti bisa melakukannya."
"Sewalah wartawan agar menulis artikel tentang aku dan juga Kala, itu pasti akan membuah heboh publik, dan aku akan langsung mendekati Kala."
Papah Kriss memukul keras meja yang ada dihadapannya, ia menatap tajam wajah putranya itu.
"Apakah papah mengajarkan hal seperti itu kepadamu? Bagaimana bisa kau seperti itu Daffa!"
"Wanita itu tidak akan pernah menginginkanmu lagi, dia sudah sangat kecewa denganmu!" kata papah Kriss dengan suara yang sedikit di tinggikan.
"Kecewa apa pah? Daffa cuman..."
"Cuman kamu bilang? Kesalahan kamu itu besar Daffa!"
"Papah gak akan dan gak mau bantu kamu."
Papah Kriss memutarkan kursinya membelakangi Daffa yang sudah terlihat kesal.
"Oke, kalau papah gak mau bantu aku. Aku bakal bertindak sendiri dan aku gak akan sama sekali bekerja ataupun meneruskan jabatan papah diperusahaan kakek." ucap Daffa lalu pergi dari ruangan kerja papahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments