Sedangkan semua orang yang ada disana terkejut saat melihat bagaimana kasarnya Daffa memperlakukan Kala seperti itu, membenturkannya ke tembok.
"Hahaha goblok."
"Lo itu ngeboseni, gue bosen ngeliat penampilan lo yang kayak gitu-gitu terus. Udah deh mendingan lo gak usah banyak tingkah dan relain gue sama Kanza."
Daffa membuang nafasnya dengan kasar lalu pergi meninggalkan kelas itu bersama Kanza.
Kala menangis sejadi-jadinya, betapa sakit hatinya ia diperlakukan seperti ini, tangannya mengepal mengingat perkataan Daffa yang sangat menyakitkan tadi.
Reja menghampiri Kala saat Ghaffar dan Arzan pergi mengikuti Daffa, dengan kuat ia memeluk tubuh gadis itu untuk menenangkannya.
"Bener sih kata si Daffa, lebih cantikan si Kanza, betul ga?" terdengar suara bisikan-bisikan yang keluar dari mulut orang-orang yang ada disana.
"Berisik anjing!" teriak Reja menggema disetiap sudut ruangan.
Reja mengantarkan Kala ke uks, dan mengobati luka gadis itu. Tak henti-hentinya Kala menangis tubuhnya pun bergetar.
"Kal, maafin kelakuan sahabat gue..."
"Dia emang kayak gitu."
Kala masih terisak, matanya pun sudah tidak terlihat karena sembab.
"Reja, bantuin gue buat diet dan ubah penampilan gue..." isak Kala sambil menggenggam tangan laki-laki itu.
"Lo yakin?"
Kala menganggukan kepalanya. "Gue gak mau diginiin terus. Gue mohon Rej." pinta Kala
Reja menganggukan kepalanya. "Gue bakal bantu lo Kal, dan sekarang lo jangan nangis lagi."
Kala mengikuti permintaan Reja, dirinya tidak menangis dengan sekuat tenaga ia tahan.
Terdengar suara pintu terbuka, dan terlihat Zhafran, Jenia dan juga Gisella menghampiri mereka berdua.
"Kala lo gak apa-apakan?" tanya Zhafran.
"Dia gak apa-apa." jawab Reja sambil mengembalikan kotak p3k ke tempat semula.
"Bohong lo Rej, ini buktinya kening Kala membiru." timpal Gisella lalu duduk disamping Kala.
"Lo diapain sama Kanza, Kal?" tanya Jenia.
Kala menggelengkan kepalanya. "Gue gak diapa-apain." jawab Kala dengan suara yang parau karena habis menangis.
"Lo gak usah sedih sama laki-laki yang kayak gitu Kal, inget gue bakal dukung lo kali ini." ucap Gisella lalu dibalas senyuman oleh Kala.
"Gue gak suka sama sikap Daffa kali ini!"
"Gak habis pikir dia kasar sama lo, apalagi lo perempuan." seru Zhafran mengepalkan kedua tangannya.
"Udah, gapapa. Gue baik-baik aja, makasih buat kalian udah khawatir sama gue." ucap Kala
Mereka semua menganggukan kepalanya. Hati Kala sekarang sudah lebih baik karena melihat teman-temannya khawatir.
Tapi jauh dilubuk hatinya, Kala benar-benar sakit hati akan perbuatan laki-laki yang berstatus mantannya itu.
Rasanya tidak kuat bagi Kala untuk membalas Daffa saat itu, entahlah mungkin karena Kala mencintainya? sungguh cinta bertepuk sebelah tangan.
Ponsel Kala berdering, terlihat nama dokter Fazri tertera di layar ponselnya, dengan segera ia mengangkatnya.
"Kala, kamu dimana? Ibumu..."
Kala berlari tergesa-gesa mendengar perkataan dokter Fazri tadi di ponsel, air matanya kembali jatuh setelah mendapati kabar jika ibunya sudah tidak bernyawa lagi.
Kala memasuki ruangan rawat ibunya bersama Reja, ia menghampiri tubuh ibunya yang sudah ditutupi oleh kain bewarna putih.
Gadis itu lalu memeluk tubuh ibunya sambil menangis histeris.
"Ibu, bangun!" teriak Kala.
"Kalau ibu ga ada, Kala sendirian. Kala gak mau, aku mohon bangun bu!" Kala menggoyang-goyangkan tubuh ibunya agar terbangun, berharap jika ini adalah mimpi.
Reja berusaha menenangkan gadis itu, ia pun ikut menangis. Entahlah kenapa Reja ingin sekali menangis saat melihat Kala juga menangis seperti ini.
Laki-laki itu membawa Kala kedalam pelukannya, dan menepuk-nepuk punggungnya agar tenang.
Kaki Kala sangat lemas, ia pun kemudian duduk dilantai dengan tangisan yang belum berhenti.
"Ibu..."
"Kenapa semua berjalan tidak sesuai dengan keinginanku?"
"Kenapa?" Kala memukul-mukul dadanya yang sakit.
"Padahal aku sudah berusaha keras, tapi kenapa malah seperti ini?"
"Apa salahku?" Kala semakin terisak-isak, tidak ada harapan selain ibunya.
Ibunya akan meninggalkan dia selamanya lalu bagaimana dengan Kala, ia sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain ibunya.
Paman? Sepertinya tidak karena dia tidak memperdulikan gadis itu. Bahkan dihari berduka ini, pamannya tidak datang berkunjung sama sekali.
Setelah selesai pemakaman ibunya, Kala terlihat duduk disudut tembok sambil menatap kosong kearah bingkai yang ada foto dirinya masih kecil dan juga ibunya.
Senyuman keduanya sangat hangat sekali, terlihat sangat bahagia.
"Apapun yang kamu lakukan hari ini jangan pernah membuatmu menyerah, ibu tahu bagaimana perasaanmu."
Perkataan itu selalu terngiang diotaknya, Kala memejamkan matanya menahan sakit yang ada di dadanya.
Reja menghampiri gadis itu membujuknya untuk makan, tetapi dengan keras Kala menolaknya.
"Kalian pulang aja."
"Gak, gue gak akan ninggalin lo sebelum keadaan lo baik-baik aja." seru Reja
Kala terdiam masih memandangi bingkai fotonya.
Karena tahu keinginan Kala, Reja pun membiarkan Kala untuk sendirian di sana. Sedangkan Reja menyuruh teman-temannya untuk pulang teebih dahulu.
Jauh dilubuk hati Kala, ada dunia yang hampa. Terlihat mata kesepiannya yang terjebak dalam kegelapan, tidak ada yang menggenggan tangannya selain sosok Ayya, ibunya.
Yang mengerti hanyalah Ayya, semuanya begitu jahat kepada Kala. Mengapa Kala tidak membalas perlakuan mereka yang membullynya? Karena Ayya yang mengajarkannya.
Walaupun dalam kesulitan, Kala diajarkan untuk tidak bermain tangan, ia tidak mau putrinya terkena masalah, tapi tanpa disangka jika Kala sudah dan sering sekali mendapati masalah tanpa Ayya ketahui.
Hayo, nangis gak sama part ini? jangan lupa tinggalin jejak kalian di komentar ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
nikatha
😭😭😭
2023-06-30
0
kavena ayunda
nyesek bgt
2022-11-20
1