HAPPY READING
*
*
*
Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 tandanya sisa 15 menit lagi untuk berangkat ke sekolah.
"Kita pamit berangkat sekolah ya Oma, Opa. " pamit Elano yang mendapat anggukan oleh beliau.
"Hati-hati."
Mereka berdua keluar dengan Elano yang menggandeng tangan Aurora menuju ke arah motornya.
"Pakai, " cowok itu menyodorkan helm untuk gadis itu.
Setelah selesai memakai helmnya, Aurora segera naik ke atas motor hitam Elano.
"Ngebut ya, keburu telat. "
Elano menjawabnya dengan anggukan kemudian menyalahkan motor dan meninggalkan pekarangan rumah.
Suasana jalan pagi ini cukup lancar dan tidak terlalu macat sekali walaupun banyak orang yang berpergian untuk bekerja ataupun sekolah.
Motor Elano melaju dengan kencang membelah jalan ibu kota dengan lihainya, beruntung sekali mereka tidak terjebak lampu merah yang cukup lama.
"Lebih cepet El!!!" teriak Aurora di disamping kepala Elano yang menggunakan helm.
Elano mengecek jam tangannya sebentar masih tersisa 5 menit lagi kemudian menambah laju kecepatannya.
Aurora memegang bahu Elano dengan kuat agar ia tidak jatuh terbawa angin. Ia tidak mengira kalau Elano sangat pandai mengendarai motor, mungkin jika mereka bertarung kecepatan akan seru. Ingatkan ia nanti.
Mereka sampai di gerbang sekolah dan ternyata sudah ditutup.
Aurora turun dari atas motor Elano, "Yah udah ditutup. "
Aurora berusaha menggapai kunci gerbang, namun tak berhasil sepertinya dikunci.
"Pak! halooo?! "
"YUHUU?! "
"Berisik."
"Lo gak liat? kita telat gara-gara lo!!" ucap Aurora berkacak pinggang menatap Elano sinis.
Elano menaikan sebelah alisnya, "gara-gara gue? " ucap Elano memastikan pendengaran nya.
"Lo lelet bawa motornya!!" ucap Aurora nyolot.
"Gak kebalik? lo yang lama dandannya. "
"Mana ada! gue cepet tau. " bela Aurora
"Udah! ini gimana cara masuknya. " lanjut cewek itu mengalihkan topik.
"Mikir!! gue gak mau bolossssss... "
"Naik "
"Kemana? "
"Bolos."
Aurora menaikan kedua alisnya, "gak mau! " tolaknya dengan menggelengkan kepalanya.
"Udah naik aja, " suruh Elano
"Kalo gak mau yaudah. " lanjut cowok itu hendak melajukan motornya.
"Tunggu gue ikut! " finalnya, ia tak mau dihukum sendirian.
Mereka berdua pergi meninggalkan gerbang depan sekolah menuju sebuah warung di belakang sekolah.
"Ngapain ke sini? mau beli jajan? " tanya Aurora saat sudah turun dari motor cowok itu.
"Iya."
Aurora menganggukan kepala paham, "yaudah yuk! " ajaknya menarik seragam lengan pendek Elano.
Cowok itu menahan tangan Aurora yang membuat Aurora refleks menghentakkan tangan Elano dengan kasar.
"Kenapa? " tanya Elano heran
"Risih." jawab Aurora jujur
Tak mengindahkan ucapan Aurora, cowok itu menarik tangan Aurora menuju gerbang belakang sekolah.
"Katanya mau jajan? ngapain kesini, sepi lagi. lo gak mau macem-macemin gue kan???" tutur gadis itu waspada.
Elano menatap gadis itu biasa, "Kenapa lo selalu mikir macem-macem kalo sama gue sih " cowok itu kesal.
Benar, Aurora selalu merasa waspada jika sedang berada di satu tempat dengan Elano.
"Elano suka berbuat sesuka hati, tanpa mikirin perasaan orang lain!" jawab gadis itu
"Terus? " tanya Elano balik
"Terus? " ucap Aurora mengulang pertanyaan Elano.
"Ck.. ngapain mikirin orang lain kalo orang yang spesial ada di depan gue? " ucap Elano dengan ekspresi biasa saja, berbeda dengan kalimat yang ia ucapkan , Itu cukup manis untuk gadis-gadis jomblo seperti Aurora.
Aurora menatap Elano,
PLUK!!
Aurora menggeplak lengan besar cowok itu, "Lo ngegombal dengan ekspresi kaya gitu? sumpah gak cocok! "
Elano menghiraukan ucapan Aurora dan sibuk membuka gerbang kecil belakang sekolah itu.
"Di kunci?" tanya Aurora
"Hmm, "
"Terus gimana, ini udah telat 15 menit. " paniknya
"Manjat."
"Hah, lo gila? gue pake rok njir. " ucap Aurora merasa tidak setuju dengan ide Elano.
Elano menatap gadis itu datar, "Kalo gak mau yaudah,"
Elano bersiap memanjat pagar beton di samping gerbang kecil tadi,namun ditahan oleh Aurora dengan memegang seragam cowok itu.
"Bantu gue manjat!"
Dengan susah payah kini Aurora sudah berada diatas pagar beton , dengan Elano yang turun dan sudah berada di bawah sana.
"Jangan ngintip! "
Elano yang tadinya tidak memandang Aurora kini justru mendongakkan kepalanya yang langsung mendapat lototan mata oleh Aurora.
"Gue bilang jangan liat ke atas,tolol! " ucap Aurora sambil membenarkan roknya.
"Buruan turun, jangan banyak gaya. " perintah Elano yang sudah siap di bawah sana
"Iya iya"
"Perlu bantuan? " tawar cowok itu saat belum mendapati gadis itu belum turun dari atas pagar.
"Gak! lo cukup diem dan jangan liat ke atas. "
BRUK!
Aurora mendarat dengan sempurna di atas tanah dan membersihkan rok serta tangannya yang sedikit kotor.
"Lo jago manjat ya. " ucap Elano
"Iya lah, gue gitu! " ucap Aurora bangga
"Persis kaya monyet " celetuk cowok itu dengan tampang datar, itu terlalu datar dan biasa.
Mendengar ucapan Elano yang semula tersenyum kini perlahan memudar, Aurora menatap Elano dingin.
"Berarti lo tunangannya monyet!!" tegas Aurora menatap Elano sinis.
"Iya monyet lucu. "
"Minyit lici" ucap Aurora dibuat-buat.
Mereka berdua terus saja berdebat disana tanpa menyadari posisi keduanya yang kini sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Mereka telat, manjat pagar, dan sekarang membuat keributan? Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya?
"HEII KALIAN BERDUA BOLOS YA! " teriak seorang guru perempuan yang kini sudah berjalan ke arah keduanya.
Mereka yang merasa ketahuan segera menghentikan perdebatan tak berfaedah itu dan berniat lari kabur.
"Bu gendut!! "
"Lo tau kan harus apa? " tanya Elano menatap Aurora.
Sementara Aurora mengangguk dengan perasaan takut, "kabuurr!! " teriak gadis itu sambil menggandeng tangan Elano untuk berlari menjauh.
Elano hanya pasrah saat tangannya ditarik oleh Aurora, sebenarnya ngapain segala teriak 'kabur' padahal tanpa teriak jauh lebih baik. Dasar cewek.
"JANGAN KABUR KALIAN! " teriak guru itu mengejar keduanya.
"ELANO!! DASAR ANAK BANDEL"
Guru yang diketahui merupakan guru BK yang sedang melakukan patroli itu mengejar dia remaja tadi, beliau terlihat kesusahan dengan sepatu hak 5 centi nya.
"BERHENTIII! "
Aurora terus berlari dengan posisi didepan sambil terus menggandeng tangan Elano. Melewati lorong-lorong yang sepi sampai kini mereka sampai di aula dan ruangan kesenian &olahraga,
"Kemana nih? " tanya Aurora bingung karena ia asal berlari tadi.
"Kesana." kini Elano yang memimpin jalan dengan menggandeng tangan Aurora, berlari kearah ruang musik sekolah.
Keduanya memasuki ruangan itu kemudian menutup pintunya.
"Hosh...hosh...capek " ucap Aurora sambil mengatur napasnya yang sedikit sesak karena lelah berlari.
Tiba-tiba terdengar suara sepatu mendekat, Elano langsung menarik gadis itu bersembunyi di samping sebuah lemari besar.
"Hustt...." Elano meletakkan jari telunjuk nya di bibir Aurora.
"Dimana bocah itu, dasar anak nakal. " ucap guru itu di luar ruangan
Beliau masuk ke dalam ruang musik untuk mengeceknya dan berjalan menjelajahi setiap sudut ruangan.
"Gimana ini, " lirih Aurora
Elano mengintip sejenak kemudian mendorong tubuh Aurora menempel ke tembok samping lemari.
"Mau ngapain lo? jangan cari kesempatan di dalam kesempitan! " peringat Aurora dengan bisikan.
"Husttt diem... " bisik Elano
"Ak-hmmpp" ucapan Aurora terhenti saat tangan Elano membekap mulutnya.
"Siapa disana?! " teriak guru itu
Aurora melotot kan matanya karena kini tubuh Elano semakin mendesak tubuhnya ,sampai benar-benar dekat dan membuat tubuh Aurora terhimpit ke tembok.
"Keluar kalian! " seru guru itu
Dengan posisi yang sangat ambigu ini membuat jantung Aurora bepacu lebih cepat, ia tak nyaman sekaligus takut ketahuan dan dihukum membersihkan toilet kelas 10 yang terkenal kotor.
Derap langkah kaki semakin mendekat kearah mereka bersembunyi, membuat Aurora memejamkan matanya dengan Elano yang berada tepat di depannya.
Elano menatap Aurora yang kini sedang ketakutan dengan merasakan degup jantung gadis itu yang sangat cepat membuat cowok itu tersenyum tipis.
"Gue harap bisa dalam posisi kaya gini dengan waktu yang lama. " batin Elano
KRINGGG..!!
Sepertinya keberuntungan belum berpihak pada Elano.
Bunyi bel istirahat berbunyi, "mungkin mereka tidak berada disini. " ucap guru itu kemudian berjalan menjauh dari tempat keduanya bersembunyi.
Aurora yang mendengar itu langsung membuka matanya dan bernafas lega,
"Minggir, bu gendut udah pergi!" ucap Aurora sambil mendorong tubuh Elano menjauh.
Elano tak bergerak sekalipun masih setia dengan posisi nya, "minggir Elanooooo!!!"
"Gue teriak nih. " lanjut Aurora
"Teriak aja"
Elano menyatukan dahinya ke dahi Aurora.Dalam hati Aurora sedang bersiap melakukan jurus andalannya, namun ia akan memintanya dengan baik-baik terlebih dahulu.
Elano diam tak bergeming.
Gadis itu bersiap menendang benda masa depan Elano dengan lututnya dan..
Cup
Bukan Aurora yang berhasil menjalankan aksinya namun Elano lah yang justru mencium pipi Aurora.
"Lo- " tunjuk Aurora menatap Elano geram.
"Jangan ditendang mending di elus aja . "
"ANJIRRR MESUM LO! " teriak Aurora dengan mendorong tubuh Elano kasar.
"Siapa yang mesum , pikiran lo yang jorok. "
"Terus apa yang harus di elus? rambut? "
Elano tersedak air liurnya sendiri, "pikir sendiri. "
Setelah mengatakan itu, Elano pergi dari ruang musik meninggalkan Aurora disana.Tawa Aurora pecah saat sudah melihat Elano pergi.
*
*
*
🙋♀️Anyeong!
⚠️WAJIB Like👍Vote🎟coment✉️beri hadiah🎁Jadikan Favorit💌⚠️Tidak menerima silent reader
SEE YOUU !
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Dede Mila
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-02-29
0
Ida Blado
,kok pacaran mele tpi yg di suruh aurora asli gk di kerjain
2022-07-30
1