Suasana malam hari ini sunyi dan sepi itulah yang dirasakan Aurora .Setelah selesai mandi dan makan malam kini sang empu sedang merenung dengan tangan menopang dagu diatas meja belajarnya.
"Pengen pulang ,"
Aurora melihat buku catatan Aurora yang dulu sempat ia baca waktu pertama kali datang ke dunia ini.Tak banyak tulisan hanya tedapat bebrapa kata-kata motivasi.Ia kemudian mengabil sebuah pulpen dan menopang dagu bepikir.
"Gimana caranya agar bisa bertahan sampai novel ini selesai?"
Gadis itu berpikir sejenak sambil terus mengingat alur novel itu, ia rasa jawabannya ada di sana.Aurora tersenyum saat mempunyai ide, ia langsung menulisnya di buku itu.
Aurora tersenyum puas saat melihat point nomor 7.
"Mulai dari poin mana dulu nih hmm... "
"Mungkin dari nomor 5 jangan ikut campur urusan antagonis buat nyingkirin Salsa supaya gue gak jadi kambing hitamnya. "
Berbicara tentang antagonis Aurora teringat kejadian waktu dikantin, Aurora tahu dia itu Laura antagonis utama perempuan yang sangat membenci Salsa.
"Dia terlihat berbeda. "
Perhatian Aurora teralihkan pada ponselnya yang menyala menunjukan notifikasi pesan masuk,ia pun mengambilnya dan mengeceknya, ternyata dari Elano.
Ting*
Elano 💩:Kita pergi keluar sekarang
Aurora : Gak,udah malem
Elano 💩: Gue gak nanya lo mau apa gak
Aurora : Tetep aja gue gak mau El
Elano💩 : Tanpa penolakan,kita keluar
Aurora : Bodoamat!gue gak mau
Elano 💩: Awas lo besok
Mata Aurora melebar membaca pesan yang baru saja di terimanya , sebuah ancaman .
Aurora : nyenyenye, gk peduli!
Setelah membalasnya Aurora langsung meletakkan ponselnya di meja.
"Kayaknya gue harus segera batalin pertunangan ini, deket sama Elano rasanya nyawa gue berada di ujung tanduk. " ucapnya
Aurora bangkit berjalan perlahan menuju kasur untuk tiduran disana sambil berpikir bagaimana dia harus memutuskan pertunangan nya.Bagaimanapun juga memutuskan pertunangan itu tidak semudah putus pacaran, ini pertunangan jelas ada sangkut pautnya dengan keluarga.
Aurora tak mungkin bilang kalau Elano sudah mengambil mahkota Aurora sebagai alasan , yang ada dirinya dan Elano malah dinikahkan.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, berati sudah hampir 3 jam ia merenung membuat rencana untuk kedepannya."Seenggaknya hidup Aurora gak monoton. " ucap Aurora tersenyum tipis.
"Seandainya ada Tata disini, pasti lebih seru. "
Kini Aurora sudah siap dengan seragamnya dan bersiapan turun untuk sarapan pagi .Dengan langkah pelan Aurora menuruni anak tangga dan langsung disambut oleh oma, opa, dan abangnya dimeja makan.
"Lama." ucap Arsen
"Biarin, gue gak minta lo nunggu. " ucap Aurora santai kemudian duduk di samping Arsen.
"Ayo makan. "
Sebelum memulai makan mereka berdoa terlebih dahulu kemudian melanjutkannya dengan memakan makanannya masing-masing dengan tenang.
"Gimana sekolah kamu?" tanya oppa pada Aurora
"Baik aja kok oppa,masih utuh," jawabku ngawur
Tak*
Oma mengetuk tanganku yang berada di atas meja dengan sendok sayur.Aurora meringis merasakan ngilu karena terkena tulang jarinya.
Astaga kenapa oma nya bar-bar sekali.
"Kamu ya..ditanya orang tua malah gitu," tegur oma nya
"Hehe maaf oma,sekolah Rara lancar kok. "
"Arsen berangkat ," ucap Arsen bangkit dari duduknya lalu memakai tasnya ,sebelum pergi ia pamitan dan cium tangan oma dan opa nya.
"Eh .. gak bareng adikmu?" tanya oma pada Arsen sebelum keluar.
"Dia udah besar oma,biar aja berangkat sendiri," jawab Arsen kemudian melenggang pergi.
"Rara juga pamit ya oma,oppa,"
"Oiya kemaren motor kamu dibawa pulang sama temennya nak Elano. Sekarang udah ada digarasi," ucap oma
Mendengar itu ia pun menganggukan kepala dan pamir pergi ke luar menuju garasi.
"Kok kempes semua?"
Aurora terkejut saat melihat ban motonya ternyata kempes dua-duanya, jelas ini ulah seseorang.
Aurora kesal dan menendang ban motonya untuk melampiaskan kekesalannya.Aurora berjalan keluar menuju gerbang, ia berniat menemui pak Adhi agar mengantarkannya menuju sekolah.
"Ada apa non? " tanya pak Adi saat Aurora sudah sampai di gerbang.
"Anterin Aurora ke sekolah ya pak. "
"Loh bisanya non pakai motor, tumben minta dianter. " tanya beliau
"Ban motonya kempes semua pak... "
"Loh kok bisa? Jangan-jangan ada yang sengaja melakukannya non. "
"Kayaknya gitu pak. "
"Yasudah bapak ambil mobil dulu ya non. "
"Dia berangkat sama saya pak! " teriak Elano dari luar gerbang.
Aurora tersentak melihat kehadiran Elano disana, " gak pak, saya naik mobil sama bapak. "
"Dia sama saya. "
"Aurora bareng bapak ya. "
Pak Adi yang melihatnya menggeleng bingung.
"Yakin pakai mobil? jalan macet loh dan ini hampir bell masuk. " ucap Elano
Aurora melirik jam tangannya dan benar sudah jam 06.48 ."Oke! "
Akhirnya Aurora menyerah dan mendekati motor Elano dengan kesal ia mengambil helm yang disiapkan oleh Elano dan memakainya.
"Naik."
Aurora memegang pundak Elano untuk membantunya menaiki motor tinggi lelaki itu.
"Pegangan."
Aurora memegang pundak Elano.
"Jangan disitu, gue gak jamin kalau nanti lo jatuh, gue bakal ngebut. "
Aurora berdecak namun tak urung melingkarkan kedua tangannya di pinggang Elano, membuat lelaki itu tersenyum tipis.
Aurora mencengkam pundak Elano saat merasakan motor Elano melanjutkan sangat cepat.Setelah sampai di parkiran Aurora turun dari motor begitu saja,"makasih! "
Semua murid yang berada disana melihat Aurora sambil menahan tawanya. Sementara gadis itu berjalan dengan santai sampai tangannya ditahan oleh Elano.
Elano melepas helmnya dan berlari mengejar Aurora dan menahan tangan gadis itu, "Apaan lagi sih?! " sentak Aurora
"Helm nya."
Aurora langsung memegang kepalanya dan melotot kaget, Aurora melihat sekitar dan ternyata banyak murid yang melihat kearahnya dengan tatapan konyolnya.
Aurora langsung melepaskan helm nya dan melemparkannya pada Elano yang langsung sigap ditangkap olehnya, "kenapa gak bilang dari tadi!malu tau..." ucap Aurora pelan
"Siapa suruh langsung nyelonong pergi. "
Elano berjalan menuju motornya meninggalkan Aurora yang sedang malu.Aurora berlari dari halaman sekolah dengan cepat .
Begitu saja sampai ia berhenti di depan kelasnya dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Kenapa lo Ra? kaya habis dikejar setan aja, " celetuk Celline
Aurora tak menjawabnya ia berjalan menuju bangkunya.
Tunggu!
Kenapa ada tas di sebelah kursinya, bukankah kemarin kosong?
"Ini tas siapa? "
"Oh itu tas Lau- " ucapanya terpotong saat seseorang sudah duduk di kursi tadi.
"Nah itu orangnya. " lanjut Celline sambil menunjuk dengan dagunya
Aurora melihat gadis itu ternyata dia Laura sangat antagonis.Saat melihatnya bukan seperti antagonis yang diceritakan di novel suka membuli dan menor, dia terlihat seperti gadis biasa.
Merasa ada yang sedang menatapnya Laura menoleh kearah Aurora.
"Kenapa? "
"Gpp, btw nama gue Aurora. Salam kenal."ucapku sambil menyodorkan tangan kearah Laura.
"Laura, gue harap lo gak kaya orang lain. " jawabnya sambil membalas tangan Aurora.
"Maksud lo?"
"Melihat sesuatu hanya dengan mata, "
Kenapa sikapnya berbeda dengan di novel? apa Aurora melupakan sesuatu?
Bel berbunyi🛎🛎
Semua siswa bergegas menuju bangkunya masing-masing, yang tak lama setelahnya guru pun hadir dan memulai pelajaran.
"Buka halaman 50" perintah guru Biologi
Mereka pun mengikuti yang disuruh oleh guru itu.Sepanjang pelajaran Aurora tidak begitu fokus tapi Ia memaksakan untuk mendengarkan dan mencerna apa yang guru tersebut katakan .
"Aurora, kamu sedang melamun?! "
Aurora langsung tersadar karena teguran dari guru tersebut, "maaf Pak. "
"Fokus!! "
Aurora mengangguk sambil tersenyum, pelajaran pun kembali berjalan.
KRINGGGG!!!!
Bunyi bel istirahat membuat Aurora bernafas lega sepertinya bukan hanya Aurora tapi hampir semua murid dikelasnya.
" Baik cukup sekian pembelajaran hari ini,untuk minggu depan jangan lupa tugas kalian dikerjakan " pamit sangat guru kemudian keluar dari kelas.
"Baikk pakk!! "
"Kantin? " tanyaku basa-basi pada Laura
"Lo gak takut sama gue? " tanya Laura balik
"Kenapa harus takut??"
Sementara Laura menatap Aurora biasa, terlihat jika ia biasa saja alias tidak marah, syukur deh padahal ia tadi hanya bercanda.
"Aurora cayang, ke kantin yuk!!!"
"Bentar dulu...Gimana? " tanyaku pada Laura
"Lo ngapain ajak dia sih Ra? " bisik Celline
Sementara Aurora hanya diam, ia juga tidak tau entah mengapa ia ingin bisa dekat dengan antagonis ini.
"Kayaknya temen lo gak suka deh, mending lo pergi aja, " ucap Laura menatap Celline dan Jovanya.
"Eh bukan gitu, kalo lo mau ikut juga gpp " balas Jovanya yang sedari tadi diam sedangkan Celline menatap Jovanya tajam.
"Udahlah ayok, keburu bel masuk!" ucapku datar kemudian berjalan keluar kelas diikuti mereka bertiga.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Araa🍃
yang ini juga
2022-11-01
1
Araa🍃
ini kenapa nyambung ya thor? knpa gak diurutin aja kek
1
2
3
4
5
kan lebih bagus diliatnya, enak juga bacanya
2022-11-01
1
Lacibolala
Tinggalkan jejak yuk🙌😍
2022-10-10
1