HAPPY READING!
*
*
*
Sepanjang koridor yang ia lalui sudah sangat sepi ,sepertinya pelajaran sudah dimulai.Terlihat dari ekspresinya sedikit ragu untuk melanjutkan langkahnya.
"Masuk gak yah?" tanya Aurora pada dirnya sendiri
"Atau bolos aja? "
Saat melewati lorong demi lorong langkah Aurora terhenti saat mendengar percakapan seseorang di ruangan musik.
Karena penasaran Aurora mendekati ruangan itu dan melihat Arsen dkk berada disana. Apa mereka bolos?
Aurora tersenyum miring ia mengambil ponselnya dan memfoto Arsen disana, ia akan mengirimnya pada mamahnya agar lelaki itu dihukum. Aurora cekikikan sendiri.
"Sepertinya lo udah mulai nyaman sama Salsa ya Land? "
"Inget Land lo pacaran sama Salsa karena taruhan, sebisa mungkin lo segera kasih tahu Salsa yang sebenarnya agar dia gak terbawa hati. " saran Jaka
Aland hanya terdiam sambil bermain gitar, namun berbeda dengan pikirannya yang juga berpikiran yang sama.
Arsen yang bermain piano menghela napas pelan, " secepatnya kasih tau, benerin hubungan lo jangan sampai dia tahu dari orang lain. "
Aland menganggukkan kepalanya, " tenang aja. "
"Gimana hubungan lo sama Laura? akhir-akhir ini dia kaya hindarin lo deh Land. " ucap Dava menghentikan permainan drum nya.
"Lo juga suka sama Laura? " tanya Stefano to the point, lelaki itu memang paling pintar membaca ekspresi sahabatnya.
Arsen menatap Aland menunggu jawaban dari lelaki itu.
"Gak." ucap Aland tegas
"Syukur deh." sahut Arsen cuek
Aurora yang mendengar percakapan itu tertegun, ternyata Aland dan Salsa pacaran karena taruhan?
Entah kenapa Aurora merasa Aland juga mulai menyukai Laura. Semoga saja itu hanya pikirannya saja.
Aurora terkejut saat Stefano menemui keberadaan nya, Aurora langsung berlari pergi dari sana. Bunyi suara sepatu terdengar nyaring di Koridor kelas ,sesampainya di depan kelas kondisinya cukup sepi dengan pintu yang sudah tertutup.
Dengan keberanian ia berjalan membuka pintu kelas .
ceklek!
"Assalamualaikum bu!!maaf saya telat karena saya tidak tau kalau sudah bel, maaf saya salah!!"Ucap Aurora beruntun tanpa jeda sambil menunduk mengatur napasnya.
Hening!
"Sekali lagi maaf Bu! "
Tak ada jawaban dari guru,Aurora mengeryitkan dahi bingung di posisinya yang masih menunduk.Dengan perlahan ia mengangkatkan kepalanya.
Tidak ada guru,ia mengedarkan pandangannya ke arah bangku murid dan
Deg!
Semua teman kelasnya memandangnya dengan berbagai ekspresi,bahkan ada yang sedang menahan tawanya.
"Pffttt ngapain lo kaya gitu hahaha.." suara tawa Celline menggelegar dibarengi suara tawa lainnya.
"Gu-gue kira ada guru tadi,"
"HAHAHA..anjir sumpah komuk lo lucu banget tadi.!" tawa seorang teman kelasnya yang lain.
"Hooh, kayak maling ketangkep warga hahaha.. " tawa lainnya
"Hahaha... malu pastiii.. "
Aurora berjalan menuju bangkunya dengan tangan yang menutup sebagian wajahnya menghalau pandang siswa di kelas. Ia malu.
"Diem kalian! kasian Aurora, " tegur sang ketua kelas yang langsung membuat temannya terdiam dan kembali melanjutkan aktifitasnya masing-masing, walau masih ada yang terkikik geli.
"Habis dari mana lo?ngos-ngosan gitu. "
"Lo gak diapa-apain kan sama Aland? " tanya Celline beruntun
"Gue baik-baik aja," ucap Aurora setelah duduk di bangkunya
"Btw ada tugas? gurunya gak masuk? " tanya Aurora
"Oiya bu Sinta tadi masuk sebentar terus kasih tugas, Omegat !! mana harus dikumpulin hari ini juga!, " Ucap Celline heboh kemudian pergi ke tempat duduknya diikuti Jovanya.
Aurora menghembuskan napasnya lega setelah si heboh Celline pergi ke bangkunya sendiri.
Ia menolehkan pandangannya ke arah teman sebangkunya Laura yang sedang asik menulis tanpa menghiraukan keadaan sekitar nya.
"Tugasnya halaman berapa? " tanya Aurora
"Halaman 69 , " jawab Laura tanpa menghentikan acara menulisnya.
"Gue mau nanya, kenapa lo jadi pendiam? bukannya lo itu-" ucapan Aurora terpotong oleh Laura
"Tukang bully? gue dulu emang gitu, tapi sekarang gue udah berubah dan ingin mengembalikan nama baik gue seperti yang dulu. "
"Sorry bukannya mau ikut campur, tapi gue lebih suka diri lo yang sekarang dan gue harap lo bener-bener bisa move on gak deketin Aland lagi, "
Semoga saja dengan kata-kata itu Laura percaya jika iya maka satu alasan kematian Aurora di novel hilang.
"Apa kabar sama lo? bukannya lo ngejar-ngejar Elano dulu sampai sekarang? bahkan satu sekolah tau kalo lo udah tunangan sama Elano sebelum lo pindah. " tanya Laura balik padanya.
Ternyata Laura tak sesimpel yang ia kira.
"Khilaf kali. " kekeh Aurora
"Gue juga, " sahut Laura
"Ternyata kita senasib, "
Setelah percakapan singkat itu, mereka berdua mengerjakan tugasnya masing-masing, sampai bel pulang berbunyi.
🦊
🦊
Bel sudah pulang berbunyi sejak berapa menit yang lalu , kelas Aurora mulai sepi karena penghuninya satu - persatu meninggalkannya .
Aurora mengeluarkan ponselnya berniat mengabari pak Adi untuk segera menjemputnya.
Ting
Elano💩: pulang bareng gue
Anda : gak, gue dijemput
Setelah menjawabnya ia pergi dari kelas.
Sesampainya di gerbang ia menyenderkan punggungnya di pagar tembok sekolah, menunggu pak Adi.
Diliriknya hp ditangannya menunggu balasan dari supirnya , masih centang satu abu - abu . Panggilannya juga tidak kunjung dijawab .
Mungkin sedang dijalan , pikirnya .
Aurora melangkah ke halte depan sekolah , sekolah tampaknya sudah mulai sepi .Ia duduk dibangku halte yang kosong , kembali ia memeriksa room chat dengan supirnya .
Masih sama .
Tidak mungkin kan ia naik angkutan umum , ia belum tau jalan pulang . Kalau nyasar gimana ? tapi kalau ia tetep disini ia juga takut Elano menemukannya.
"Apa gue chat Jovanya aja ya, suruh jemput, rumah dia kan lumayan deket, " ucap Aurora
Ia memegang ponselnya berniat menelpon Jovanya, namun ujung matanya sempat melihat kehadiran seorang laki-laki yang sedang menatapnya dari sebrang jalan.
Elano?!!
Mata Aurora membulat kaget dengan jantung yang berdetak kencang, bukan jatuh cinta ya.
kabur?
Tentu saja!
Dia harus pergi dari sini.
Aurora beranjak dari duduknya berjalan cepat di trotoar .
Aurora menoleh ke belakang , cowok itu mengejarnya ! Kini langkahnya berubah menjadi lari , ia tidak mempedulikan Elano yang berteriak memanggil namanya . Ia melihat kejalan raya berharap ada angkutan umum yang bisa membuatnya terbebas dari kejaran Elano.
Tidak ada kendaraan lewat, bagaimana ini ?
Tidak mungkin kan ia akan lari terus dengan kakinya, sementara Elano menaiki mobil.
Aurora kembali menoleh kebelakang ia melebarkan matanya saat mobil Elano melaju kearahnya . Ia pun menghentikan larinya , itu akan berjalan percuma . Sekuat apapun ia berlari , ia akan tetap terkejar oleh mobil Elano.
Nafas Aurora mulai memburu, ia lelah berlari. Aurora melihat mobil Elano berhenti di samping nya kemudian Elano keluar dari dalam mobilnya.
" Kenapa lari ?! Ngehindarin gue ?! Iya ?! " teriak Elano
Mata Aurora terpejam saat merasakan dorongan kuat di bahunya yang untungnya tidak sampai membuatnya jatuh.
Ia membuka matanya dan mendapati mata Elano yang menatapnya emosi.
"Kenapa diem?! "
"Plis El jangan bentak gue, gue gak suka dibentak. "
Elano mengubah ekspresi wajahnya menjadi tenang, "Kita bicarain di dalem mobil" ucap Elano lembut, menarik tangan Aurora menuju mobil
Aurora menggeleng dan menahan langkahnya.
"Gue gak mau, gue bisa pulang sendiri, "
"Lo kenapa sih? PMS? " tanya Elano kesal
"Iya!!! lepasin!"
"Masuk" perintah Elano
"Gak."
"Masuk Aurora! jangan sampe gue berbuat sesuatu di sini. "
Mendengar bentakan dan geraman Elano membuat Aurora menurut memasuki mobil Elano.
"Ke mana? " tanya Aurora
"Apartemen, "
Di dalam mobil hanya ada keheningan.Aurora menyenderkan kepalanya di kaca dan bertopang dagu memandang ke arah luar jendela.Aurora tersentak saat tangan Elano memegang tangannya yang ada dipangkuan.
"Kenapa?" tanya Elano
"Kaget." jawabku sambil berusaha melepaskan tangan dari genggaman Elano.Namun Elano malah membawa tangan Aurora kepangkuan cowok itu untuk digenggam.
Aurora diam
Jujur dia sangat risih dengan sentuhan Elano namun tak berani memberontak.Ia pikir hanya pegangan tangan itu tak masalah asal tidak lebih.
Ia pejamkan matanya dan menyenderkan punggungnya kekursi sambil menikmati elusan Elano pada punggung tanganya.
Sekitar tujuh menit ia memejamkan matanya mobil berhenti,mungkin sudah sampai.Elusan pada tangannya kini berhenti ,Aurora pun membuka matanya dan mendapati wajah Elano yang berada di depannya.
Reflek Aurora memundurkan kepalanya agar tak terlalu dekat.
"Kenapa?"
Elano menatapnya lekat
Aurora melebarkan matanya saat tau kemana tatapan mata Elano itu mengarah,Ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan menggeleng.
Melihat penolakan itu Elano memundurkan tubuhnya kasar.
"You act like a virgin,"
Aurora mengedikkan bahu tak peduli karena memang ia masih virgin di dunianya dulu,wajar saja kan dia bertingkah seperti itu.
"Turun," perintahnya hendak membuka pintu mobil.
"Tunggu El, anterin gue pulang aja. "
Elano hanya diam kemudian keluar dari mobil begitu saja,ia kira dirinya akan ditinggal tapi ternyata tidak.Elano memutari mobilnya dan membuka pintu mobil untuk Aurora.
"Keluar,"
"Gak mau,anterin gue pulang." tolak Aurora yang masih duduk dibangku mobil
Elano menggeram kesal dan mencondongkan tubuhnya ke dalam mobil menggendong Aurora seperti karung beras.
"Elano turunin gue! "teriak Aurora saat sudah berada di gendongan Elano.
"Elano turunin gue! " memukul punggung Elano
"El-"
"Ssst diem,atau gue cium lo disini." peringat Elano sambil terus berjalan melewati lobi menuju apartemennya.
🦊
🦊
🦊
⚠️WAJIB Like👍Vote🎟coment✉️beri hadiah🎁Jadikan Favorit💌
SEE YOU! 🦊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nanik Lestari
Bodoh banget
2023-08-09
0
Sunny Sakura
bisa jadi sama" transmigrasi
2023-03-24
0
Kaffa Disya 123
jgn 2 sama2 pindah jiwa
2022-11-25
0