Semua sudah menunggu diruang meeting, Tama belum tau jika Laras menjadi salah satu anggota yang rapat, bahkan kali ini Laras sendiri yang akan mempresentasikan hasil karyanya. dengan gagahnya Tama masuk keruang rapat diikuti oleh siasisten super setia tapi suka menertawakan kebodohan bos nya.
"Siang semua".Sapa Tama, semuanya berdiri dan memberi salam, dibelakang Tama Aldo sudah tersenyum karena dia melihat Laras ada disana.
"Siang pak".Jawab semua.
"Duduk". Perintah Tama.
Ketika duduk Tama menatap seluruh pegawainya, mata Tama seketika berhenti ketika melihat Laras. Tama menghela nafas dalam dan mulai membuka suaranya, kenapa sih dia ada disini, bukankah dia pegawai biasa.
"Kamu, yang pakai kemeja biru".Ucap Tama sambil menunjuk Laras dengan bolpoinnya.
Laras dan Cantika selaku menejernya pun berdiri.
"Saya menunjuknya bukan kamu, ngapain kamu ikutan berdiri".Ucap Tama, duh pedesnya.
"Sebelumnya saya minta maaf pak, dia adalah patner kerja saya, dia adalah salah satu desainer terbaik di tim saya, saya membawanya kemari agar dia bisa mempresentasikan sendiri hasil karyanya, 3 bulan yang lalu sama sama kita tau bahwa desainnya mampu membuat para konsumen kita puas dan omset kita bisa naik 2x lipat dari bulan sebelumnya.".Jawab Cantika, Tama hanya menganguk pelan.
"Oke, presentasikan karyamu".Suruh Tama, Laras menatap Cantika, Cantika pun tersenyum.
Laras membawa laptop nya kedepan dan berdiri disamping Tama, Aldo membantunya memasang alat alatnya yang akan Laras gunakan untuk mempresentasikan hasil karyanya.
Mata Tama tak lepas dari wanita mungil yang ada didepanya, Aldo melirik manusia aneh ini, heemm, semalam dimaki maki sekarang dilihat terus. Gengsi lo ketinggian bang, gemes juga lama lama gue, Aldo mulai mencari cara agar abang nya bisa cemburu dan mau mengakui perasaanya.
"Siang kak Laras, cantik amat".bisik Aldo, hampir semuanya tak dengar, hanya Tama dan Laras yang mendengar bisikan Aldo, Laras hanya cuek tak menghiraukan godaan Aldo. Ingin rasanya Tama injak tu kaki adek nya.
Tama agak sedikit gerah dengan tingkah Aldo, Aldo malah menikmatinya dengan keisenganya, Tama pun mengirim chat hardikan kepada adeknya.
"Jangan genit dia istri gue" Isi pesan chat Tama, Aldo hanya tersenyum, malas meladeni abang gilanya.
Laras mempresentasikan hasil karyanya dengan sangat baik, para anggota rapat sangat antusias sekali, terbukti tepuk Laras mendapat tepuk tangan yang meriah diahir sambutanya, tanpa Tama sadari ia pun mengakui kecerdasan istrinya.
"Oke, lumayan, kamu boleh duduk, sebelumnya ada pertanyaan".Ucap Tama semua pegawainya, semuanya merasa mengerti dengan penjelasan Laras, Laras pun kembali ke tempat duduknya.
Meeting berjalan dengan sempurna, sesuai keinginan Tama, Tama merasa tak sia sia dia membeli perusahaan ini dari pamannya, semua memutuskan akan memakai desain Laras, Tama sudah meng ACC nya.
Tama bersiap meninggalkan ruang rapat, tapi matanya masih sempat menetap Laras yang sedang ngobrol dengan seorang pria disebelahnya, tentu saja membuat hati Tama sedikit terusik.
"Al, suruh wanita itu keruanganku sekarang". Mulai lagi, ntar nyesel, marah marah, ga mau terlibat, mau mu apa sih bang.
"Baik bos laksanakan, yakin mau ketemuan, nanti galau lagi." goda Aldo, meski hati tertawa Aldo tetap melaksankan perintah abang gila nya.
Tama tak menghiraukan ledekan aspri nya, dia langsung melangkah keluar dan meninggalkan ruang rapat.
Aldo berjalan menghampiri Laras.
"Maaf bu Cantika, pak Tama ingin bicara dengan asisten anda".Aldo meninta ijin pada atasan Laras.
"Tentu saja pak, silahkan, Ras kamu ikut aja, ga usah takut, jelaskan sesuai yang kamu bisa".Ucap atasan Laras.
"Baik bu,". Jawab Laras, Laras tau pasti Tama tak ingin menbicarakan masalah pekerjaan, mau apa lagi sih dia, bukankah semalam dia udah memutuskan, jangan dekat dekat gimana sih, Laras menatap Aldo, Aldo tersenyum renyah padanya.
Laras membawa laptop beserta berkas berkasnya, Laras mengikuti langkah Aldo, Di dalam lift Aldo memberitahu Laras sesuatu.
"Non, jangan terlalu hiraukan kata kata pak bos, dia orangnya labil, harap maklum doi belum pernah terlibat dengan wanita". Ucap Aldo.
"Baik pak".Jawab Laras, dari situ Aldo paham bahwa Laras bukan tipe orang yang gampang menceritakan masalah pribadinya, Aldo mengerti kenapa Tama bisa jatuh cinta pada wanita ini, ternyata kakak iparnya ini memiliki sesuatu yang tidak dimiliki wanita lain.
Laras sampai didepan pintu ruangan Tama, Aldo membukakan pintu untuk Laras, dan tersenyum padanya.
Tama sudah duduk disinggasananya, Tama melihat Laras masuk, Aldo meninggalkan mereka dan menutup pintu kembali.
Laras berjalan mendekati meja kerja suaminya, Laras menaruh laptop dan juga berkas berkasnya, tak ada suara disana, Laras juga bingung harus berkata apa.
Lama mereka diam, bahkan Tama pun tak menyuruh Laras duduk. Laras merasa suaminya sedang memikirkan sesuatu.
"Tuan, ada yang bisa Laras bantu?". Laras sudah merasa pegel dikakinya. Tama menatapnya.
"Aku bilang menjauhlah dariku, lalu kenapa kamu selalu ada dimanapun aku berada".Jawab Tama pelan.
"Bukankah semalam saya bilang, kalo anda tak nyaman saya akan mengundurkan diri bukan, anda bilang tak masalah selama tak ada yang tau status kita".Ucap Laras tak kalah lembut.
"Aku ga suka kamu bicara dengan laki laki lain, apa lagi didepanku".Ucap Tama.
"Dia tanya tuan, masak saya ga jawab".Balas Laras.
"Berani sekali kamu ngejawab hah".Bentak Tama, tentu saja Laras terkejut, Tama marah sampai menggebrak meja, Ya Tuhan dia ni kenapa sih, batin Laras
Tama mendekati Laras, Laras diam tak bergeming.
"Kamu tau kenapa aku membencimu hah?".Ucap Tama, Laras hanya menundukan kepalanya dan menggeleng.
"Karena kamu merampas kebebasanku untuk berfikir, dan aku muak dengan itu". Laras masih mengunci mulutnya, Laras membiarkan Tama melepaskan amarahnya.
"Lalu Laras mesti gimana?".Tanya Laras, Tama menatapnya penuh kebencian.
"Enyahlah kamu dari hadapanku, dan jangan pernah kembali".Kata kata Tama kali ini sungguh membuat Laras hancur, membuat apa yang selama ini Laras pikirkan menjadi nyata, Laras mengangkat wajahnya dan menatap mata Tama, mata mereka saling menatap, hati mereka saling bicara, Laras tak tau harus bilang apa, Laras mengedipkan matanya, tak terasa butiran bening lolos dari matanya.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Laras segera mengambil laptop dan juga berkas berkasnya, karena sangat gugup Laras menjatuhkan seluruh kertas kertas yang hasil karyanya, Laras tak ingin berlama lama diruangan Tama, Laras meninggalkan hampir separo file yang ia bawa.
Laras keluar ruangan Tama dan menghapus kasar air matanya, dijalan Laras bertemu dengan Aldo, Aldo menghentika langkah Laras.
"Non, ada apa, apa dia menyakitimu?".Tanya Aldo, Laras hanya menggelengkan kepalanya, Laras tak menghiraukan Aldo, Laras berlari menuruni anak tangga agar segera bisa pergi dari tempat Tama berada, Laras merasakan sakit yang luar biasa didadanya, Laras masuk kamar mandi dan menumpahkan apa yang menjadi ganjalan dihatinya, Laras mencuci mukanya, agar teman temanya tak curiga.
Laras merasa sedikit lega ketika sudah banyak mengeluarkan air matanya, Sekarang aku mesti gimana?, dengan langkah gontai Laras kembali keruanganya.
*** Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Aas Kuningan
di bab ini yg paling sedih gak kerasa air mata keluar.. Laras pergi aja jauh2 dr tama
2021-03-09
1
Lutfiah Zaki
nyesek bgt ceritax pas baca di bab ni.tak terasa ikut menangis 😭😭
2021-03-04
0
Riani Riiani
emang GK da otak Lo Tama..sini biar ku cekik Lo biar mampus sexan😠😠😠
2021-02-04
0