Didalam mobil Tama masih saja memikirkan perkataan Laras diruanganya tadi, Laras tak sedikitpun mengeluarkan suaranya, Tama melirik istri mungilnya, gemas rasanya.
Berkali kali Tama bertanya dalam hati.
"Sebenernya aku ini kenapa?".Tama bertanya sendiri dalam hatinya, Tama sipria arogan yang ketampananya bisa bikin goyah hati wanita ini ternyata bodoh dalam hal cinta, pengen rasanya kupukul kepalanya pakai sandal biar sadar, ngerti, kalo situ udah jatuh cinta sama mbak Laras, emosi gue.
Diliriknya lagi wanita yang menurutnya punya pesona lain ini, tak sengaja Laras menangkap lirikanya, Laras tersenyum padanya, duh boleh ga, ga usah senyum, Aku ga bisa ngendaliin keinginanku ni Ras, batin Tama.Tama masih bersikeras tak ingin terlalu terlibat dalam urusan cinta, ah ga tau lah, Tama merasa perasaanya sangat kacau kali ini.
Mobil yang dikendarai Tama pun sampai didepan rumah yang ditinggali Laras. Laras membuka sitbelt nya, Laras hendak keluar tapi Tama membuka suaranya.
"Ras, maaf aku ga mampir".Ucap Tama, Laras mengerti ,Laras juga ga mungkin memaksa seseorang yang tak ingin.
"Iya tuan ga papa".Jawab Laras, Laras sudah berjanji dalam hatinya, dia akan berusaha membentengi dirinya agar tak jatuh cinta pada Tama, agar dia jangan sampai berharap lebih pada Tama, Laras hanya berfikir kalaupun Tama meminta tubuhnya itu adalah haknya, dan kewajibanya sebagai seorang istri, Laras berusaha sekuat tenaganya agar tak memakai hati saat melakukan itu, Laras takut jika dia berharap lebih dia tak akan mampu lepas dari Tama nantinya jika saat itu tiba.
Laras keluar mobil Tama dan mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih tuan, Raras masuk dulu".Ucap Laras sambil mengangukan kepalanya.
"Hem, kunci semua pintu dan jendela".Pesan Tama, Laras mengangguk.
"Hati hati dijalan tuan".Ucapan Laras sedikit tertahan, Tama mendengar suara Laras agak berbeda, ini terdengar berat.
"Heemmm".Jawab Tama.
Laras pun keluar dari mobil Tama dan masuk kerumahnya, Laras benar benar tak mengerti dengan hubungan ini, kadang seperti suami istri pada umumnya, kadang seperti orang pacaran seperti yang terjadi tadi pagi, kadang seperti atasan dan bawahan, kadang juga seperti orang lain, aku harus memaknai hubungan kita seperti apa tuan, Tolong beri aku kepastian, Laras menatap dirinya dicermin, sekali lagi dia bertanya pada dirinya sendiri apakah aku tak pantas dicintai, apakah aku tak pantas mencintai, Apa salahku hingga aku rasaku selalu kalian batasi.
Laras masuk kekamar mandi, Laras mulai membersihkan dirinya, memakai piamanya, malam ini tak masak karena dia masih menyimpan satu roti pemberian Tama tadi, yang ia simpan ditasnya, Laras mengeluarkan roti yang tadi Tama belikan untuknya, Laras memakanya sambil melamun, hidupnya terasa sepi, lebih sepi dibanding saat dia hidup bersama paman dan bibi nya yang kejam itu.
Laras menyalakan laptopnya, dia menonton kajian kajian bagaimana menjadi istri yang baik dan cara mencapai jannahnya Allah, maklum waktu Laras selalu disita dalam urusan pekerjaan, maka jika lagi senggang seperti ini ia manfaatkan untuk menimba Ilmu walau lewat dunia maya.
Laras tersenyum mengingat betapa konyolnya hubunganya dengan Tama, jika dibilang suami istri masak nomer hape ja mereka sama sama ga punya, jika bukan suami istri setiap bulan dia selalu dinafkai sama Tama, terus ga ada angin ga ada hujan, tiba tiba dia datang minta haknya, Aku mesti kepiye ngadepin panjenengan bojoku (Aku mesti gimana ngadepin kamu suamiku), Batin Laras.
Laras memutuskan tak ingin larut dalam kesedihanya, Laras berusaha setegar mungkin menghadapi jalan hidupnya beserta suami yang susah ditebak itu, Laras menutup korden kamarnya, Laras melihat seperti mobil Tama yang ada didepan rumahnya.
"Sepertinya itu mobil tuan, kok ada didepan, apa orangnya belum jalan tadi".Laras memperhatikan mobil itu, Laras melihat Tama turun dari mobil dan memasuki rumahnya.
"Benar itu dia, ada apa ya?". Tak lama terdengar seseorang menaiki tangga dan membuka pintu kamarnya, Laras pura pura masih asik dengan laptopnya.
"Ras aku ingin bicara".Ucap Tama, Laras beranjak dari ranjang dan berdiri didepan Tama.
"Silahkan tuan".Jawab Laras.
"Maaf atas sikapku padamu Ras".Tama mulai membuka suaranya.
"Sikap yang mana tuan?"..Tanya Laras.
"Maaf kalo aku membuatmu bingung Ras, aku hanya ingin bilang, sebaiknya kita tetap jaga jarak, semalam aku hanya tergoda dengan tubuhmu, maaf kalau aku sudah mengambil sesuatu yang sangat berharga dalam dirimu, maaf juga atas sikapku yang memberi harapan untukmu, aku hanya ingin kita tetap diposisi awal seperti perjanjian kita diawal pernikahan". Laras mendengarkan ucapan Tama dengan baik, kepastian ini memang sakit tapi lebih baik seperti ini diawal agar aku juga tak berharap lebih, Laras tersenyum.
"Saya mengerti tuan, tuan tidak perlu takut".Jawab Laras sesingkat mungkin.
"Apa kamu ga marah Ras?".Ucap Tama.
"Untuk apa Raras marah tuan, dari awal kan tuan sudah kasih tau Raras agar tak berharap pada hubungan ini, toh Raras juga ga menuntut apapun pada tuan, tuan tidak usah khawatir, selesaikanlah urusan tuan dengan papinya tuan, Raras siap kapanpun tuan akan lepaskan Raras".Laras mengucapkan itu semua dengan keteguhan hatinya, tak sedikitpun air mata keluar dari mata Raras, tapi kenapa malah batin Tama yang merasa perih mendengar apa yang barusan Laras ucapkan.
"Pergilah tuan, jangan membuat susah dirimu, Raras ga papa, anggap saja kita tak pernah melakukan apapun, jika tuan merasa tak nyaman saya bekerja diperusahaan tuan besok saya akan mengudurkan diri".Bagaimana ini kenapa disaat dia akan menghindariku aku malah merasakan sakit seperti ini, batin Tama.
"Tidak Ras, selama tidak ada yang tau hubungan kita saya rasa saya ga masalah kalo kamu tetap bekerja dikantorku".Jawab Tama.
"Baiklah tuan, saya juga akan membereskan barang barang saya dari kamar tuan, kita kembalikan keadaan ini seperti semula".Ucap Laras.
"Terserah kamu Ras". Tama membalikan badanya dan meninggalkan Laras sendiri, Tama memegang handel pintu dan membukanya, Laras hanya bisa menatap punggung Tama, Tama berbalik lagi dan menatap Laras, Tama berjalan kearah Laras dan memcium bibir Laras, Laras membiarkan Tama menciumnya, Laras tak membalas ciuman itu, Laras tak ingin membuat Tama bertambah dilema.
Tama melepaskan ciumanya, Laras hanya diam tak bergeming, sebenernya kamu ini kenapa sih tuan, kamu meminta ku untuk jaga jarak denganmu, tapi kamu sendiri yang mendekatiku, sungguh pria yang aneh.
***Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Endah Ing
bener" labil, katanya mau belajar mencintai sekarang berubah lagi
2021-09-18
0
lovetoon
lucu , cowoknya plin plan
2021-06-29
0
Reichann~
karakternya bagus thor tegass
2021-04-19
0