PRIA LABILKU
Laras sedang bersiap dikamarnya. Ia adalah seorang gadis yatim piatu yang dititipkan kepada paman dan bibi adek kandung dari mendiang ayahnya.
Sayang mereka sama sekali tak menyayangi Laras, mereka tak lebih menganggap gadis itu adalah pembantu dan benalu yang merepotkan untuk mereka.
"Raras, Raras!" teriak Luna.
Ya Raras adalah panggilan Larasati dirumah. Mendengar teriakan sang bibi Laras pun segera berlari menghampiri wanita itu
"Iya bi," jawab Laras.
"Kamu itu punya telinga ga sih, dipanggil dari tadi ga dateng dateng." Luna mulai emosi.
"Maaf bi." Laras malas berdebat.
"Kamu hari ini jangan pulang telat, nanti mau ada tamu, mereka mau lihat kamu," ucap Luna dengan nada tingginya seperti biasa.
"Emang kenapa bi, kok lihat Raras?" tanya Laras ragu.
"Jangan banyak tanya kamu, pokoknya ntar malem dandan yang cantik. Jangan bikin malu kamu, udah janda bisanya ngrepotin aja," ucap Luna dengan nada emosinya, setelah itu Luna pun pergi meninggalkan Laras yang bingung dan bersedih.
Ya, cemoohan orang sudah menjadi hal biasa bagi Laras. Dari gunjingan ibu-ibu komplek. Ejekan teman-teman kantor. Belum lagi tatapan miring dari teman teman kampusnya dulu. Namun, itu sudah menjadi makanan sehari-hari Laras. Gadis ini memang telah menyiapkan mentalnya untuk itu. Tetapi tetap saja, namanya manusia pasti memiliki hati yang terkadang rapuh.
"Apa lagi ini ya Tuhan, baru juga mau napas. Udah ada-ada aja. Heeemmm, nasib-nasib," gumam Laras. Tak mau m membuat Luna marah, ia pun mengeluarkan motor kesayangannya untuk segera pergi dari rumah paman dan bibinya. "Sebaiknya aku segera ke kantor agar hatiku sedikit tenang," gumam gadis ini lagi. Lalu ia pun segera tancap gas dan meninggalkan rumah ini.
Laras berusaha menetralkan pikirannya. Biarlah yang akan terjadi biarkan terjadi jalani saja pikir Laras lagi.
Ia pun tak ingin membebani pikirannya dengan hal-hal aneh. Laras hanya ingin bekerja. Bisa mencukupi dirinya sendiri. Itu sudah cukup baginya.
Laras bekerja di salah satu perusahaan fashion di Jakarta. Ia memang hanya staf biasa tapi keahlian mendesainnya sering mendapat pujian dari pimpinannya. Bahkan atasanya sering memberinya bonus.
Mengenai kehidupan pribadinya, teman-teman kantornya juga sudah banyak yang tahu. Bahwa dia seorang janda. Mantan suaminya adalah anggota TNI yang meninggal dalam tugas.
Namun bagaimana dan kapan tepatnya suami Laras meninggal, teman temanya tidak ada yang tahu. Laras tidak mau terbuka soal masalah pribadinya. Itu sebabnya yang mereka tahu hanyalah Laras sudah janda ketika diterima bekerja dikantor ini.
****
Dikediaman keluarga Demitri
"Tama, nanti malam ikut mami dan papi makan malam dirumah almarhum teman papi ya!" ajak mami Arini.
Tama mengerutkan dahinya. Malas saja. Sebab ia tahu apa yang diinginkan kedua orang tuanya.
"Mau ngapain sih i. Ajak ajak Tama, malas ah," tolak Tama kesal.
"Tama, kamu itu sudah ga muda, lihat usiamu sudah 27 tahun, bawa pacar aja ga pernah mau jadi perjaka tua kamu pokoknya nurut sama Mami ini perempuan biar janda dia baik, mengerti!" tambah Arini, sedikit kesal juga.
"Hah, janda, mami udah gila kali mau nikahin anaknya yang ganteng gini sama janda," umpat Tama pelan.
"Ya ampun mi Tama kayak ga laku aja mau dinikahin sama janda," ucap Tama ketus.
"Dia ini anak temen almarhum papi, sebelum temen papi meninggal beliau menitipkan putrinya pada kita Tama ayolah mengerti papi sedikit," saut papi mencoba membujuk sang putra.
"Mi, pi ni ya Tama kasih tau, pokoknya Tama ga mau terlibat sama acara beginian titik," jawab Tama tegas.
"Oke ga masalah semua fasilitas kamu papi cabut kesiniin semua kunci mobil, apartemen, kredit card." ancam pak Bram, Tama pun tak berkutik akan ancaman papinya.
"Ya ampun pi kayak apa sih wajah sijanda ini kok bisa bikin papi jadi setega ini sama Tama. Oke Tama mau ikut kalau Tama ga cocok jangan paksa ya." Tama masih berusaha menawar pada papinya, siapa tau dia beruntung.
"Ga bisa mau ga kamu harus nikah sama dia. Pernikahan akan kita laksanakan dua minggu lagi, jadi bersiap siaplah nanti malam langsung tunangan," tambah Papi Tama.
Bagai disampar petir disiang bolong rasanya. Keluarganya mau merebut kebebasanya.
"Awas aja tu perempuan," ancam Tama dalam hati.
"Ya tuhan pi ya bener aja kenapa ga Al aja sih pi," rengek Tama.
"Papi ga mau tau, pokoknya kamu nurut sama papi, kalau ga konsekuensi kamu rasakan sendiri, Al masih kecil kamu duluan," ucap papi memperingatkan.
Tama terlihat geram. Namun ia benar-benar tak bisa menolak. Jika fasilitasnya dicabut, bagaimana dengan bisnis yang baru dia rintis? Bagaimana nasib para kariawanya nanti?
Ya Tuhan papi, Tama menghela napas dalam. Diraihnya kunci mobil. Tanpa berpamitan, Tama langsung meninggalkan kediaman keluarganya.
Tama berkendara dengan perasaan kacau.
"Dasar janda sialan apa sih hebatnya dia gila aja gua nikah sama janda kayak ga laku aja." Tama masih mengumpat kesal.
"Papi lagi aahhhhh mami juga aiistt." Tak henti hentinya Tama mengumpat.
Dikantor Tama sudah mulai uring uringan, banyak kariawan yang jadi sasaranya ahhh menyebalkan.
Aldo asisten Tama sekaligus adek angkatnya heran dengan bosnya.
"Bos kenapa sih marah mulu?" tegur Aldo.
"Pusing gua Al,"
"Kenape bos?" Aldo kepo.
"Gue disuruh nikah sama papi." jawab Tama mulai terbuka dengan asistenya sekaligus adeknya ini.
"Enak dong bos suruh nikah."
"Pala lu sama janda oon,"
"Janda kan lebih hot bos."
"Pala lu peyang dasar PA."
"Sori bos bukannya saya mau ikut campur mami sama papi kan ga mungkin sembarangan cari mantu iya kan." Aldo berusaha membuat tenang atasanya.
"Heeemmm taulah Al pusing gue, lo aja sono yang kawin."
"Enak aja sori ye."
"Dasar adek durhaka lo."
"Bodo amat, "
"Pergi sono lo."
"Siap dari pada dijodohin wkwkwkwk."
Tama melempar bolpoinnyang dipengang nya dengam cepat Aldo menghindar dan memilih meninggalkan Tama, dari pada dia murka malah bahaya ntar.
*****Bersambung****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Endah Ing
masih nyimak...
Feelingku janda perawan
2021-09-18
0
Reichann~
aku dtng
2021-04-19
0
Fafa Adieq Bosky
kayaknya seru . mampir
2021-03-25
0