Tama sepertinya bener bener udah gila, kenapa aku seperti ini, barusan juga lihat dia, ini jam makan siang pasti dia lagi makan, Tama mengambil ponselnya dan memasukanya ke kantong jas nya, Tama keluar ruanganya, dan berjalan ke kantin, Tama clingkan ke kanan dan kekiri mencari seseorang yang sedari tadi dotanyakan oleh hatinya, kok dia ga ada apa dia masih diruanganya.
Para kariawan yang melihat bos baru mereka lagi lagi berbisik.
"Tampan banget sih, Ya Tuhan."
"Mau dong dijadiin istri, selingkuhan deh" Ada aja celetukan mereka, untung Mas Tama ga denger, kalau sampai denger alamat bakalan end kalian.
"Dasar serakah, gantengnya diambil sendiri." Ada juga yang bilang begitu, yah itulah Tama ketampanannya bisa mengalihkan dunia seseorang yang melihatnya.
Tama tak menemukan keberadaan wanita yang ia cari, ahirnya Tama pun melangkahkan kakinya diruangan laras bekerja, sesampai diruangan Laras, Tama melihat laras masih asik dengan beberapa alat gambarnya, dan juga komputernya, Tama langsung duduk disamping Laras, Laras mengira itu adalah salah satu temanya.
"Tumben udah balik Jo". Tegur Laras tanpa menoleh, lama lama Laras pun curiga.
"Kenapa diam Jo, sakit gigi lo." ucap Laras lagi, kok ga dijawab, Laras pun menoleh kesamping. dan...
Cup..
Tama mengecup bibirnya.
"Tuan, CCTV." Laras mengingatkan.
"Kenapa emang ga boleh ya aku cium istriku." jawab Tama asal.
"Bukan, diatas ada CCTV." Laras masih saja ngotot, Tama makin gemas padanya diciumnya sekali lagi pipi istrinya.
"Ih."Laras sedikit merasa risih.
"Biarin,"Dih aroganya, sebenernya Tama sudah menyuruh penjaga untuk mematikan sementara.
"Kamu kok ga ke kantin?" tanya Tama sambil mengelus paha istrinya.
"Saya jarang ke kantin tuan, kalo ga kesiangan saya bawa bekel." jawab Laras.
"Kenapa?" sebenernya itu bukan pertanyaan, lebih ke menggoda.
"Suka aja ." jawab Laras sehalus mungkin, Entah kenapa Tama suka sekali mendengar suara lembut istrinya.
"Mana bekel kamu?" goda Tama lagi.
"Ni", Laras menunjukan kotak makanya.
"Hah, kecil amat kotaknya."
"Ya kan buat sendiri."
"Itu apa yang satunya?" Tanya Tama sambil menunjuk kotak lain disamping komputer Laras.
"Oo, itu roti isi rencananya tadi buat sarapan, eh malah kesiangan, ya udah Laras bawa aja bawa". Tama tau Laras kesiangan karena apa.
"Semalem bobonya nyenyak ga?".
"Lumayan".Jawab Laras.
"Suka ya." Tama mencolek hidung Laras, Laras hanya tersenyum malu.
"Siniin semua makanan kamu." pinta Tama, Laras memberikan kedua kotak makanya pada Tama, Laras bingung, mau diapakan makananku.
"Ini buat aku, kamu udah aku pesenin, tunggu bentar lagi dateng." ucap Tama, Laras jadi heran.
"Eh".
"Kenapa, mau protes saya bos disini," Dih kambuh, batin Laras.
"Ya tuhan aroganya." ucap Laras pelan.
"Berani ngatain sekarang," suara Tama terdengar sedikit membuat bulu kuduk merinding.
"Tidak tuan, maaf." jawab Laras, kenapa sih dia kadang baik kadang galak.
"Pulang kerja langsung naik ke atas ambil kotak makanmu, mengerti " Tama berdiri dan memasukan kotak makanan itu ke paperbag disamping tas Laras.
"Iya tuan,," jawab Laras.
"Jangan lupa kamu masih punya hutang sama saya." Tama tersenyum licik.
"Hutang apa tuan?" tanya Laras sambil menatap wajah suaminya, Tama mengukung Laras dikursi yang diduduki Laras dan mendekatkan wajahnya serta membisikan sesuatu ditelinga Laras.
"Baca lagi kertas yang kita tulis tadi pagi." Bisik Tama.
"Ya tuhan, kan barusan sudah." jawab Laras lagi.
"Membatah kamu," Tama mengeluarkan kembali sifat aroganya.
"Ya ampun aroganya." gerutu Laras.
Tama langsung keluar dari ruangan laras tanpa berpamitan.
"Kebiasaan datang tak diundang pulang ga pamit, kok jadi kayak jalangkung ," Laras hanya tersenyum, tak lama makanan yang dipesen Tama untuknya datang, banyak banget Ya Tuhan.
"Dia mau bikin aku gendut." gumam Laras, tak lama temen temen pada masuk keruanganya.
"Wah Ras ga salah kamu beli makanan banyak banget," ucap Sandra.
"Boleh dikasih," jawab Laras sesingkat mungkin.
"Dari siapa?" tanya Jonatan teman sebelahnya.
"Dari orang arogan seindonesia raya," Jawab Laras lagi.
"Wahhhh, kelihatanya udah punya fans ni." goda Sandra lagi.
Laras hanya diam.
"Kalau mau ambil aja ," Kata Laras menawarkab pada teman temanya.
"Kita udah pada kenyang Ras." jawab Siska.
"Ya ini kan roti, bisa kan buat ntaran, ambil aja.." Laras emang baik pada siapapun, dia bukan tipe orang yang pelit.
"Makasih Ras, sampein sama penggemarmu ya Ras ,thanks gitu dari kita, boleh sering sering hahaha" ucap Siska, dia emang sedikit kocak.
"Heeemmmm". Laras hanya tersenyum dan mulai memakan roti pemberian Tama.
****
Sesuai janjinya pada Tama pulang kerja Laras lalu naik keruangan suaminya, Aldo sang asisten sudah menunggu didepan pintu lift
" Non Laras ya?" tanya Aldo
"Iya saya pak, Saya disuruh tuan keruanganya pak". Mata Aldo terbelalak, tapi dia tetap tersenyum, kok manggilnya tuan sih oh dasar emang siotak gesrek eror kelakuan nya ampun deh, sampai kapan dia bakal semaunya sendiri, abang gila umpat Aldo dalam hatinya.
"Iya Non, silahkan bapak sudah menunggu". Ucap Aldo sambil mempersilahkan istri abang nya untuk berjalan lebih dahulu, bamg bang punya istri kece gini kok masih aja jual mahal, batin Aldo, Aldo sangat tau kalau abang gilanya emang anti perempuan, Aldo mengantar Laras keruangan abangnya, Aldo membukakan pintu untuk Laras, Laras menatap Aldo, Aldo pun tersenyum, Aldo paham, pasti Laras takut.
"Al, berikan berkas ini padanya, kamu bantu dia mengerjakan, kalian duduk aja disofa". Ucap Tama, Aldo ingin sekali tertawa, ada aja akal abangnya, yang romantis dikit napa bang ama bini, hah, dasar, gue doain lo jadi bucin ama bini lo bang, biar nyahok ntar, Aldo jadi gemas sendiri dengan akal akalan abang nya yang kampungan.
Ya tuhan aku disuruh lembur.
"Kan ini bukan kerjaan saya tuan".Protes Laras, Tama berkacak pinggang, Aldo tesenyum sambil menutup mulutnya, kocak batinya.
"Siapa bosnya?".Tama mulai lagi.
"Selalu" Laras menggerutu, Aldo hanya tertawa pelan, Tama tak menghiraukan adek gilanya, Tama melangkahkan kakinya meninggalkan mereka dan masuk keruangan yang lain.
"Pak, bos kita arogan banget sih, nyebelin tau" Umpat Laras sambil menghentakan kakinya.
Aldo yang sudah tau siapa Laras hanya tersenyum, Aldo membantu Laras dan menjelaskan apa yang harus Laras kerjakan, tiba tiba Aldo mendapat pesan dari Tama, Aldo hanya tersenyum.
"Non, maaf saya harus pergi".Ucap Aldo, muka Laras berubah panik, kalau Pak Aldo pergi berarti nanti aku cuma berdua sama tuan arogan itu.
"Kemana pak?".Tanya Laras.
"Pak Tama suruh saya ketemu klien, saya tinggal dulu ya". Dalam hati Aldo kasihan sama Laras, tapi dia juga ga mau jadi pengganggu abang eror nya.
"Lah, saya kerjain ini sendiri pak".
"Nanti pak tama bantu"
Aldo pun pergi meninggalkan Laras, Laras mulai konsentrasi pada pekerjaanya, Tama keluar dari ruangan itu, Tama sudah mandi dan berganti pakaian, Laras melirik. suaminya, duh tampan banget sih, batin Laras.
"Kenapa, terpesona sama saya". Goda Tama.
"Ga".Laras menunduk dan konsentrasi pada kertas kertas milik Tama.
"Saya memang tampan, buktinya kamu mau sama saya." tambah Tama lagi.
"Terpaksa Tuan." jawab Laras pelan, sebenernya dia gemes juga.
"Oh ya"
Laras memanyunkan bibirnya, Tama mendekati Laras dan menarik tangan Laras serta menuntunya agar duduk dipangkuanya.
Mata mereka saling melihat, Tama mencium kening istrinya.
"Tadi dimaem ga?" tanya Tama sambil memainkan anak rambu Laras.
"Dimaem, tapi banyak banget." jawab Laras dia terlihat sangat gugup, Tama tersenyum mengetahui itu.
"Biar kamu ga kerempeng gini, lihat aja tubuhmu sama dengan anak 10 tahun, ringan banget." ledek Tama.
"Emang tuan pernah mangku anak 10 tahun?" tanya Laras.
"Ck, ga perlu praktek bayangin aja aku udah tau." Tama memang jago berkata kata.
"Heemm, arogan". Laras melingkarkan tanganya dileher suaminya.
"Paling beratmu ga sampai 50kg kan," tebak Tama.
"Coba tebak, beratku berapa?" tantang Laras.
"Kalau aku bener kasih yang kayak semalem ya". Jawab Tama.
"Dih, modus".
"Biarin, kamu siapaku?" tanya Tama.
"Emang aku siapanya tuan?" tanya Laras, Laras tau Tama tak pernah menganggap nya lebih.
"Coba kamu intip dada kamu, " dengan lugunya Laras mengintip dadanya, Tama hanya tersenyum, dia memang lugu, menggemaskan.
"Ada apa disana? tanya Tama.
"Bekas tuan semalem, banyak banget lagi, bisa ilang ga ya"..Tama tertawa pelan mendengar ucapan Laras.
"Ck, kalo ilang ntar aku kasih lagi." Tama mempererat pelukanya.
"Dih jangan, dilihatnya serem." ucap Laras lagi, Tama mencolek hidung mancung istrinya.
"Itu namanya stempel kepemilikan," Tama menatap mata istrinya sambil tersenyum.
"Stempel kepemilikan, apa itu?"
"itu artinya, kamu adalah miliku, mengerti".
Laras tersenyum.
"Tanpa di stempel juga Raras milik tuan kan, kan tuan yang nikahin saya".
Raras menunduk, Tama paham bahwa istrinya sedih.
"Apa kamu sunguh sungguh tak menginginkan pernikahan ini Ras?" tanya Tama
"Laras ga tau tuan, Laras menginginkanya atau tidak nyatanya tak ada satu orang pun yang menginginkan Laras". jawaban Laras sedikit menampar hati Tama.
"Kenapa kamu bilang begitu"
"Itu kenyataan tuan, sekarang tuan masih mau mengikat Laras nanti kalo urusan tuan selesai sama papi kan tuan juga bakalan lepasin Raras kan".
deg..
Kata kata Raras kembali menusuk jantung Tama, Tama termenung, Laras berdiri dari pangkuan Tama dan membereskan pekerjaan yang sudah dia kerjakan tadi, menaruhnya lagi dimeja kerja Tama.
Tama masih tertegun disofa, Laras mengambil kotak makanya, dan memasukanya di tas makanya.
Laras hendak keluar tapi Tama memeluknya dari belakang, Laras tidak menolak, Tama membalikan tubuh Laras, Tama memegang tengkuk kepala Laras dengan lembut Tama mencium Laras, ciuman itu begitu lembut dan menggairahkan, Tama melepaskan pangutanya, Tama menyatukan keningnya dengan kening Laras, lalu memeluknya.
"Aku antar heeemm".
Laras mengangguk..
***Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Aas Kuningan
nyesek terus sih thor
2021-03-09
0
Liinda Keisha Zahra
uhh nyesekk
2021-01-26
2
indah auliya
cuma lg pingin ja ras tama mau sm kamu
2021-01-11
0