Tujuh berandal beriman
Bismillahirohmanirohim
"Lo gila? memangnya dengan cara lo bunuh diri semua masalah lo bakal selesai gitu aja?" Maki Alvin pada seorang cowok.
Alvin tidak kenal dengan cowok ini, tapi melakukan bunuh diri bukanlah salah satu perbuatan yang dibenarkan dalam agama maupun negara.
"Lebih baik gue bunuh diri daripada terus hidup dalam ketidak adilan" jawabnya.
Alvin hanya terkekeh mendengar jawaban manusia yang sedang berdiri di depannya, pemikiran macam apa yang dia punya.
"Memangnya lo pikir setelah lo bunuh diri lalu lo mati, semuanya selesai iya?" tanya Alvin sambil menatap cowok tadi.
"Bukankah setiap orang yang memiliki masalah besar, lalu tidak ada jalan keluarnya akan melakukan hal sama kayak gue? yaitu bunuh diri" ucapnya lirih.
"Itu pemikiran orang bodoh! mata hatinya sudah tertutup, seberat apapun masalahnya pasti ada jalan keluarnya, hanya saja kadang manusia cepat putus asa" jelas Alvin.
"Lagipun setelah lo bunuh diri, hidup lo bukannya tambah baik malah akan lebih sengsara, semua orang yang lo kenal akan memaki lo, karena kebodohan lo sendiri melakukan bunuh diri, lalu"
"Gue pergi dulu" belum sempat Alvin selesai bicara laki-laki tadi sudah pergi meninggal Alvin begitu saja.
"Awas aja lo, gue tandain muka lo" kesal Alvin, bisa-bisanya dia sedang bicara panjang kali lebar ditinggal begitu saja.
Alvin yang sudah kesal segera pergi meninggalkan tempat tersebut, tempat dimana dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, seorang cowok ingin mengakhiri hidupnya.
"Gue harap bisa ketemu lagi sama itu orang, dia masih punya utang sama gue, orang belum selesai ngomong main tinggal aja, nggak ada sopan santunya emang" dumel Alvin, ternyata dia masih tidak terima ditinggal begitu saja, padahal dia belum menyelesaikan ucapannya.
Tidak terasa Alvin sudah sampai di depan kampusnya, dia melupakan sejenak rasa kesal yang sedari tadi menyelimuti dirinya.
"Kenapa lo Vin? muka lo kusut amat" ucap Eza.
"Tadi ada orang gila" jawab Alvin asal.
Eza dan Alvin merupakan mahasiswa di universitas Negeri Jakarta, mereka berdua baru saling mengenal saat hari pertama masuk kuliah sampai saat ini. Hari ini seminggu setelah mereka mulai kembali masuk kuliah, keduanya berada pada semester yang sama.
"Hahah! seorang Alvin bisa ketemu orang gila juga ternyata" tawa Eza sudah pecah, padahal tidak ada yang lucu sama sekali.
Sedangkan Alvin menatap Eza jengah. "Emang lo pikir ada yang lucu?" tanya Alvin, sambil pergi meninggalkan Eza begitu saja.
"Vin tungguin gue lah, main tinggal-tinggal aja lo sama teman sendiri" teriak Eza, sambil berjalan sedikit cepat agar bisa menyusul Alvin.
"Cih, gue nggak peduli" sahut Alvin, tapi Eza masih bisa mendengarnya, mereka berdua memang sudah biasa seperti itu.
Keduanya berjalan beriringan menuju kelas, ditemani tatapan para cewek gatel, yang ingin terus memandang pesona seorang Alvin dan Eza, tapi sayang mereka berdua tidak peduli.
***
"Gara-gara orang tadi gue nggak jadi mati, sialan" umpatnya.
"Buat apa gue hidup di dunia yang nggak adil sama sekali, gue selalu menjadi orang nomor satu yang disalahkan dalam keluarga gue. Mana gue sering dibilang Fahmi anak pungut lagi" molong Fahim.
"Kenapa hidup gue bener-bener nggak adil" teriak Fahmi, tiba-tiba dia teringat dengan ucapan Alvin tadi, orang yang membuat dirinya gagal bunuh diri.
"Bukan yang gue bilang tadi bener?, gue yakin pasti orang yang melakukan bunuh diri akan merasa lebih tenang, tapi kenapa cowok tadi bilangnya nggak?"
Fahmi yang penasaran dengan kata-kata Alvin tadi yang belum tuntas, segera pergi untuk mencari keberadaan Alvin. Fahmi berharap dia masih bisa bertemu dengan Alvin. Dia masih penasaran dengan ucapan Alvin yang terakhir kalinya.
Tadi Fahmi sudah merasa sangat kesal dengan Alvin, maka dari itu dia pergi begitu saja, walaupun penasaran dengan kata-kata terakhir Alvin yang belum selesai.
"Gue cari itu orang dimana?" tanya Fahmi entah pada siapa. "Lebih baik gue kuliah dulu, sebentar lagi dosennya masuk" putus Fahmi.
Hidup di keluarga yang selalu pilih kasih bukanlah hal yang mudah untuk seorang Fahmi jalani, apalagi dia hanya seorang anak pungut yang kebetulan beruntung diangkat menjadi seorang anak oleh sepasang suami, istri.
Tapi sayang kedua orang tua angkat Fahmi tidak pernah memberikan kasih sayang sebagai anak pada Fahmi, mereka menjadi Fahmi sebagai babu mereka, alat untuk menghasilkan uang.
Fahmi sendiri kuliah karena mendapatkan beasiswa, dia mendapat beasiswa dari sekolah menengah pertama dan bertahan hingga saat ini. Ini salah satu alasan Fahmi kenapa ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, tapi sayang semua rencananya digagalkan oleh seorang cowok yang sama sekali tidak dia kenal.
Selesai kelas Fahmi langsung keluar terburu-buru karena ingin segera bertemu dengan Alvin, tapi dia sendiri tidak tahu akan mencari dimana keberadaan Alvin.
"Bodoh! gue harus cari dimana orang itu, kenapa gue nyesel sendiri setelah pergi begitu saja"
Rasa penasaran yang menyelimuti Fahim membuat dirinya ingin sekali bertemu kembali dengan seorang Alvin.
"Tapi tadi pakaian cowok itu kayak anak kuliah, kalau benar dia anak kuliahan, dia kuliah dimana?"
"Lebih baik sekarang gue cari di kampus gue dulu, walaupun gue ketemu dia satu minggu kemudian atau satu bulan kemudian bahkan satu tahun kemudian, karena kampus ini sangat luas" keluh Fahmi.
Fahmi segera menyusuri setiap ruang yang terdapat di universitas Negeri Jakarta tersebut, satu demi satu kelas dan ruang dia datangi hanya untuk mencari keberadaan Alvin. Benar apa yang Alvin katakan pada Eza, jika dia bertemu dengan orang gila. Buktinya sekarang Fahmi sudah seperti orang gila, karena terus-menerus menyusuri setiap ruang di kampusnya, hanya untuk bertemu Alvin. Fahmi sendiri tidak seberapa ingat dengan wajah Alvin, cowok yang sudah menggagalkan rencana bunuh dirinya.
Walaupun tidak yakin jika Fahmi akan bertemu lagi dengan sosok laki-laki yang dia temui tadi pagi, tapi setidaknya usaha sudah Fahmi lakukan untuk bisa bertemu dengan Alvin.
Kadang kita merasa orang lain sudah ikut campur dalam urusan kita, padahal itu pripasi kita yang tidak semua orang boleh ikut campur di dalamnya.
Tapi ingat satu hal, kita tidak tau rencana yang sudah Allah takdirkan untuk kita, yang kita mau hanya takdir indah dan baik yang selalu datang disisi kita, tapi takdir buruk juga pasti akan kita alami jika tidak berhati-hati.
Begitu juga takdir yang Allah gariskan untuk seorang Fahmi, kita tidak tau rencana apa yang sudah digariskan untuk Fahmi setelah bertemu dengan Alvin, mungkin semua ini awal yang baik untuk seorang Fahmi yang merasa hidup dalam ketidak adilan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
피롷
baru baca udh cengengesan sendiri🤣🤣🤣
2022-09-28
3
Annisa 21
semangat terus ya kak buat lanjutin ceritanya
baru mampir nih
2022-09-13
1
El Geisya Tin
aku mampir
2022-09-05
1