"Fahmi kemana?" tanya Alvin pada Eza.
"Mana gue tau, mungkin dia lagi proses memperbaiki diri" jawab Eza asal.
Alvin menatap Eza dan Candra secara bergantian entah apa yang orang itu lakukan.
"Kok muka lo kagak bonyok?" tanya Alvin pada Cecep saat sudah selesai menatap lekat keduanya.
Cecep mengerutkan dahinya heran "Kenapa muka ganteng gue harus bonyok, gue hidup normal kagak dalam keadaan gelap, jadi gue nggak punya masalah sama orang lain, masih sayang gue sama muka ganteng gue"
Terasa panas kedua telinga Alvin dan Eza, ketika mendengar jawaban Cecep yang terus memuji diri sendiri, Alvin beralih menatap Eza, sedangkan yang ditatap hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
"Gue mau pulang lo ikut nggak? kalau mau ikut ketemu ibu Ida sama ibu Mira dulu sono, jangan kayak maling main dateng aja main pergi aja, perginya bawa barang orang lagi"
"Nye, nye, nye, serah lo mau ngomong apa 'Alvin' suka-suka sampean" sungut Eza. Dia menekankan dikata Alvin. "By, gue mau ketemu ibu Ida dulu"
Alvin yang hendak pergi, setelah kepergian Eza, terpaksa harus memundurkan langkahnya kembali akibat tangan nya yang dipegang oleh Candra.
"Heheh, lo mau kemana?" tanya Candra sambil tersenyum menunjukkan gigi putihnya yang berbaris rapih.
"Gue mau kemana aja itu terserah gue, gue mau kek gowa kek, mau ke Mall kek, atau mau ke kuburan sekalipun kagak ada urusannya sama lo" ucap Alvin tegas, bisa-bisanya ada orang yang menghalangi jalanya.
"Santai jangan sensis gitu, gue mau ikut lo boleh kan?" pinta Candra memelas.
Ide jahil di otak Alvin kembali berkeliaran kesana-kemari untuk mengerjai Candra.
"Boleh tapi ada syaratnya" ucap Alvin tersenyum penuh kemenangan.
"Kenapa harus pake syarat segala sih" protes Candra. "Kalau lo nggak mau, nggak papa gue juga kagak rugi"
"Oke apa syaratnya?" tanya Candra akhirnya, entah kenapa Candra merasa ada daya tarik sendiri untuk ikut bersama Alvin, bukan karena muka imutnya yang kadang tegas itu, tapi aura yang terpancar dari Alvin sangat berbeda, seperti menghipnotis orang yang berada di dekatnya ingin ikut bersama dirinya.
"Syaratnya gampang kok, kalau lo mau ikut gue, mulai sekarang lo harus di panggil Cecep, kalau nggak terserah lo, lo tau jawabannya"
Sudah pasti Candra tau dia tidak boleh menolak permintaan Alvin, kalau nolak tentu dia tidak akan bisa ikut dengan Alvin.
"Ya gue setuju, lo bosnya" pasrah Candra.
Entah sejak kapan Candra bisa menjadi bagaimana dari geng somplak Alvin.
"Kalau gitu sekarang lepasin tangan gue, jangan-jangan bener lo blok lagi, tadi peluk-peluk Eza sekarang megang-megang tangan gue"
Mendengar ucapan Alvin, Candra segera melepaskan tangan Alvin, yang menang sedari tadi dia genggam.
"Jangan salah gini-gini juga gue masih waras kali, ya kali gue suka sama lo walaupun muka lo cakep sih" sungut Cecep.
Jangan pernah memuji Alvin, karena jika orang itu dipuji maka tingkat ke pedeannya akan naik drastis menjadi 100% maksimal, bahkan bisa meledak.
Alvin berjalan meninggalkan tempat yang penuh drama tersebut diikuti oleh Cecep dibelakangnya.
"Udah ketemu sama ibu Mira juga ibu Ida?" tanya Alvin, karena sekarang Eza dan Fahmi sudah duduk santai di depan.
"Udah sama Fahmi juga tadi" jawab Eza.
"Kalau gitu kita cabut, udah pamit kan?"
"Lo tengah aja udah pasti" Eza kembali menjawab pertanyaan Alvin.
Eza dan Fahmi beranjak berdiri. "Gue boleh ikut nggak?" tanya Cecep sambil menatap ketiga orang itu secara bergantian.
"Lo yang punya kaki, jadi terserah lo" mulut pedas Alvin, sudah kembali merajalela sepertinya.
"Ikut aja Cep, nggak usah banyak tanya, entar bang Alvin bisa ngamok" bisik Eza tepat di telinga Cecep.
Mereka bertempat pergi meninggalkan gedung tunanetra tersebut, setelah berpamitan kepada beberapa orang yang mereka kenal.
"Kak Alvin dan kakak-kakak yang lainnya jangan lupa main kesini lagi" teriak beberapa anak-anak. Alvin dan yang lainnya mengangguk kompak sambil tersenyum ke arah mereka semua.
***
Memiliki kelebihan yang bisa melihat makhluk tak kasat mata kadang membuat seseorang tidak tahan dengan apa yang dia miliki, padahal terkadang banyak orang yang ingin melihat hal-hal semacam itu, tapi yang mereka tidak tahu sangat sengsara memiliki kelebihan seperti itu, apalagi jika kita bermusuhan dengan makhluk tak kasat mata, bahkan berteman juga terkadang tidak membuat tenang.
Terlebih lagi jika mereka sering muncul secara tiba-tiba, itu lah saat ini yang dialami oleh seorang cowok yang bernama Bintang.
Terkadang dirinya ingin mencari cara untuk menghilangkan kelebihannya yang satu ini, kelebihan yang dari dulu tidak pernah dia inginkan. Baru saja duduk di sebuah cafe dirinya sudah ditemani seorang pria berwajah menyedihkan.
"Bisakan lo sehari aja nggak ganggu ketenangan gue?" Bintang meremas rambutnya kasar, menjadi seorang indigo membuat dirinya hampir prustasi.
Makhluk tak kasat mata di depannya hanya diam sambil menatap Bintang dengan tatapan tak biasa.
"Sekarang lo mau apa?" tanya Bintang sepelan mungkin, agar pengunjung di dalam cafe tersebut tidak mengira dirinya gila.
Lagi-lagi makhluk tak kasat mata itu hanya diam sambil menatap lekat Bintang. "Lo mau apa hah?" Bintang saat ini sudah lepas kendali.
Mulai terdengar bisik-bisik dari para pengunjung cafe, Bintang yang sudah tidak peduli lagi segera melangkah keluar dari cafe tersebut, sayangnya saat di depan pintu dia menabrak Eza si tukang emosi dengan kasar.
'Duk' benturan pundak kedua orang itu terdengar sangat keras.
"Kalau jalan lihat-lihat dong" emosi Eza, kini dia sudah menarik kerah baju Bintang.
"Mau apa lagi lo hah? dari tadi ngikutin gue?" tantang Bintang, dia bukan bicara pada Eza, tapi bicara pada makhluk tak kasat mata yang sedari tadi menatapnya lekat, sekarang makhluk itu sedang menertawakan Bintang.
"Kenapa lo bentak gue bego"
'Bruk'
'Buk, buk, duk'
Eza memukul Bintang beberapa kali, untung saja Alvin cepat mencegahnya kalau tidak mungkin sekarang Bintang sudah masuk rumah sakit, karena sama sekali tidak ada perlawanan dari Bintang.
"Udah puas ngegebukin anak orang?"
Eza hanya tertawa. "Lagian dia ngapain ngomong ngotot sama gue"
"Siapa yang ngomong sama lo aneh, gue ngomong sama setan sialan ini, dari tadi ngikutin gue"
Suara keras Bintang membuat semua orang menatap ke arah Bintang yang sedang tergeletak
"Maksud lo?"bingung Alvin, seperti tidak ada niatan dari mereka untuk membangun Bintang yang sedang tergeletak tak berdaya ditahan.
"Kalian nggak akan ngerti sama orang kayak gue" ucap Bintang, ada nada kesedihan dari suaranya, bukan sedih akibat dihajar Eza, tapi sedih karena kelebihan yang dia miliki banyak orang yang menjauhinya mereka mengira Bintang orang yang sedikit gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Tobi
kok di ulang kak
2022-08-31
1