19. TBB

Bismillahirohmanirohim.

Dua hari berlalu belum ada tanda-tanda jika geng atlas akan menyerbu geng somplak, seperti yang dua anggota geng atlas katakan pada Eza saat malam itu.

"Tang lo mau kemana?" Bagas melihat Bintang yang sedang berjalan melewati kelasnya.

"Kantin ikut nggak, sekalian ajak yang lain lah, kui lah laper nih gue" sahut Bintang tanpa merasa bersalah, pasalnya saat ini kelas baru saja akan dimulai.

"Emang lo nggak ada dosen?" Bagas bertanya sambil menghampiri Bintang yang bersandar di dekat jendela kelasnya.

Bintang dengan santainya menunggu Bagas keluar, sambil tersenyum pada makhluk tak kasat mata yang tiba-tiba saja muncul dihadapannya, sebenarnya Bintang kaget, tapi dia harus berpura-pura biasa saja, agar makhluk tak kasat mata itu tidak selalu mengganggu ketenangan seorang Afka Bintang Saputra.

Bintang juga berusaha untuk berpura-pura tidak melihat keberadaan makhluk halus itu, dengan mengalihkan pembicaraannya pada Bagas.

"Kagak kelas gue diganti siang" sahut Bintang. Sambil terus berusaha mengalihkan penglihatan dari makhluk aneh itu.

Bintang dan Bagas berjalan menuju kelas teman-teman mereka yang lain, hanya untuk mengajak mereka pergi ke kantin. Ya begitulah geng somplak, jika di kampus atau di manapun berada, mereka selalu menyempatkan waktu untuk bisa makan bersama. 

Makan bersama sudah menjadi kebiasaan geng somplak yang tidak bisa dihindari oleh mereka, jika mereka belum kumpul dalam satu meja untuk makan bersama terasa ada sesuatu yang kurang menurut mereka.

"Woi, ngapain lo berdua kesini?" bingung Fahmi dan Cecep. Keduanya melihat Bintang dan Bagas sudah standby di depan kelas mereka berdua.

"Mau numpang makan, puas lo!" sahut Bintang ketus. Mau apalagi coba kalau bukan ngajak mereka ke kantin, pikir Bintang.

"Sans bang, gitu doang beper lo" Canda Fahmi.

"Nggak jelas lo  Fahmi! kalau ngomong jangan miring"

Setelah perdebatan yang tidak berfaedah dan memakan waktu yang cukup banyak, akhirnya  Fahmi dan Cecep setuju untuk ikut bersama Bintang dan Bagas.

Mereka juga menyusul Eza, yang berada di kelas seni rupa, beberapa orang teman Eza merasa heran kenapa Eza sangat menyukai semua yang berhubungan dengan seni.

"Ngapain?" Eza  melihat temannya satu persatu secara bergantian, sambil mengerutkan dahinya hingga berbentuk garis beberapa lipat di jidatnya.

Eza baru saja selesai dari kelas seni rupanya, tadi pagi jam 6 : 30 Eza sudah tidak ada di markas, karena dosennya memberi kelas sangat pagi.

"Kantin lah, tapi jemput bos sama Alex dulu" terang Cecep, apa maksud mereka menghampiri Eza sampai ke kelasnya..

Eza yang sudah paham dengan maksud teman-temannya hanya menganggukan kepala tanda dia juga setuju, toh Eza sudah tidak ada kelas lagi setelah ini.

Sampai di kelas Alvin, mereka hanya menunggu Alvin diluar kelasnya saja.

"Ngapain lo pada disini?" Alex baru saja keluar dari kelas Alvin. Entah apa yang Alex lakukan disana, mungkin dia ada hal penting di kelas Alvin.

"Seharusnya kita nanya ngapain lo di kelas Alvin?" tanya Bintang penuh selidik.

"Napa sih lo pada ribut-ribut" ternyata sang bos telah ikut bergabung dengan mereka.

"Kantin Lah udah pada disini juga" ajak Alvin akhirnya.

Mereka terus ngobrol sambil bercanda sampai akhirnya Eza lah menjadi target mereka.

Mereka memainkan permainan yang kalah harus berjalan dengan mundur, sialnya Eza yang sedari tadi mengolok-olok temannya, karena dia sangat yakin akan menang, akhirnya Eza yang kalah.

Mau tak mau Eza berjalan dengan mundur sambil terus menjalankan permainan yang mereka lakukan.

Karena terus berjalan mundur Eza menabrak seseorang dan mengakibatkan semua buku yang orang itu jatuh, keenam temannya juga tidak peka.

"Maaf gue nggak sengaja" ucap Eza merasa sedikit bersalah, karena memang dia yang salah, Eza membantu memunguti semua buku milik seseorang yang terjatuh akibat dirinya sendiri.

Sedangkan keenam temannya hanya memperhatikan Eza dengan seorang cewek yang masih fokus memunguti bukunya.

"Maaf sekali lagi gue minta maaf" ucap Eza sambil menyerahkan buku-buku itu pada pemiliknya.

"Lo" ucap keduanya secara bersama.

"Iya gue maafin, lain kali kalau jalan, jangan kayak punya jalan lo sendiri, gue permisi" ucap gadis itu tegas tapi sopan.

"Assalamualaikum" gadis yang ditabrak Eza tadi mengucapkan salam sambil segera pergi dari tempat itu.

"Waalaikumsalam" spontan Eza dan teman-temannya menjawab salam gadis tadi.

"Sama cewek aja si bang Eza, nggak main tabok" salah satu teman Eza bersuara.

Tapi Eza tidak peduli dengan ocehan yang keluar dari mulut Bagas.

"Jangan salah dia bukan cewek sembarangan, dia ahli dalam beladiri" sahut Alvin.

Keenam orang itu menatap Alvin dengan curiga, tapi Alvin yang ditatap seperti itu hanya menampakan wajah datarnya, sambil terus berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah mulai berdemo, menuntut untuk segera diisi makan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!