Bismillahirohmanirohim
Selesai kelas Alvin langsung menuju markas gengnya. Seperti biasa sampai di markas semua sudah berkumpul disana.
"Assalamualaikum"
"Waalaikum Salam waroh matuallah hiwabarokatu" jawab semua teman Alvin kompak.
"Tumben pada waras"
"Biasa lagi tobat, bentar lagi juga kambuh apalagi pawangnya ada disini" Fahmi mengangkat dagunya menunjuk ke arah Bintang.
Bintang yang narsisnya paling tingkat tinggi, membenarkan kerah bajunya dengan gaya sok cool sambil menantang Fahmi.
"Belum apa-apa udah kumat aja lo Tang"
"Pede itu membuat kita lebih asik, Cep" sahut Bintang.
"Masa" suara Eza akhirnya keluar juga.
"Iya benar" bangga Bintang.
"Siapa yang nanya"
"Lo emang paling senang buat orang kesel yang Ezaaa…..!! udah cool-cool gue malah di jungkir balikin"
"Ngomong apa sih lo Tang, ngomong yang berpadeh dikit napa"
"Sadar diri bosque, yang mulai dulu lo Alvinn….!"
"Udah dulu becandanya sekarang gue mau ngomong serius" jika Alvin sudah bicara tegas makan mereka semua tau jika Alvin sedang benar-benar serius.
Walaupun geng somplak sering bercanda satu sama lain tapi mereka tau kapan saat serius dan kapan saat bercanda.
"Ada masalah apa Vin?" tanya Fahmi mewakili semuanya.
Memang yang masih sedikit waras diantara mereka hanyalah Fahim seorang.
"Tadi waktu gue mau ke kampus secara kebetulan liat cowok mau bunuh diri, tapi Alhamdulillah gue datang tepat waktu dan dia gak jadi bunuh diri"
"Alhamdulilah" sahut mereka semua senang.
"Terus?"
"Terus gue kasih dia banyak penjelasan dan akhirnya gue nawarin dia buat masuk ke geng kita"
"What! jadi kemarin lu ngomong mau nambah anggota geng itu serius?"
"Iya lah Eza, masa gue boong, boong dosa tau"
"Terus gimana dia mau tau gak?" tanya Fahmi.
"Mau katanya Mi, bentar lagi dia datang kok"
Lima menit berlalu tidak ada lagi perbincangan antara kelima orang itu, semuanya tenggelam pada pikiran masing-masing.
"Kita ke rumah kakek Hasan yuk besok, udah lama gak kesitu" suara Cecep memecahkan kening yang memang terbilang lama, hari ini untuk pertama kalinya geng somplak tidak berdebat dalam waktu sepuluh menit lamanya.
"Yok gue juga kangen sama suasana disana" Bintang sangat antusias.
"Gimana yang lain setuju?" tanya Alvin memastikan sebelum menyetujui usulan Cecep.
"Setuju dong, udah lama nih gak makan, masakan kakek Hasan"
"Makan teross aja lo yang dipikirkan Eza….! Eza…..!!!"
"Ssg ngab, kalau iri bilang dong"
"Iri sama tukang makan kayak lu, gak ada gunanya" sungut Fahmi.
"Assalamualaikum" Bagas yang baru saja datang tidak tau harus menyapa mereka seperti apa, jadilah dia mengucapkan salam.
"Calon-calon waras nih" gumun Fahmi.
"Waalaikumsalam" semuanya menjawab salam dari Bagas.
"Bagas!" ucap Cecep segera memeluk Bagas.
"Candra, akhirnya kita ketemu lagi" senang Bagas.
"Lah kalian berdua saling kenal?" heran Bintang.
"Jelaslah dia kan sahabat somplak gue dari duduk dibangku sekolah menengah atas"
"Ralat seperti dia buka calon waras, apalagi kalau temannya macam Cecep" Fahmi meralat kata-katanya sendiri.
"Terus kenapa lu berdua kayak udah lama gak ketemu?" Eza juga bersuara.
"Karena memang ini baru pertama kalinya kita ketemu setelah lulus SMA"
"Yang bener aja lo Cep, dia kan anak kampus kita juga masa lo gak tau" Alvin jelas ikut nimbrung secara dia bosnya.
"Satu kampus? lo di universitas negeri Jakarta juga Can?"
"Lah lo juga Gas?"
"Dunia memang sempit" celetuk Bintang.
"Itu artinya kita semua satu kampus tapi beda fakultas" ucap Fahmi.
"Bener Mi, Bagas di manajemen dan si Cecep di fakultas hukum" jelas Alvin
"Boleh gue tanya sama lo Can?" Bagas berkata pada teman lamanya yang akhirnya kembali bertemu.
"Boleh gak ada yang larang"
"Kenapa mereka semua manggil lo Cecep? kan nama lu Candra"
Alvin menepuk pundak Bagas, sepertinya itu salah satu kebiasaan Alvin menepuk pundak seseorang. "Itu panggilan khusus dari kita semua buat Cecep, jadi mulai sekarang lu panggil Cecep dengan sebutan Cecep bukan Candra paham" buka Cecep yang menjawab tapi Alvin bos mereka, bos yang kurang waras. Hahaha!!
"Sekarang gue tanya sama lo juga Cep, kan lu bilang si Bagas sahabat somplak lo dari bangku SMA, lebih somplak mana Bagas sama Bintang" celetuk Eza.
"Ya Allah, sabarkan lah hambamu ini, dari tadi gue diem tapi tetap kena semprot. Gue jadi curiga sama kalian berdua Eza, Fahmi kayaknya lu berdua punya dendam tersendiri deh sama gue"
Tapi mereka tidak menghiraukan Bintang melainkan menunggu jawaban dari Cecep.
"Sebelas dua belas, yang sebelas Bagas dan dua belas Bintang, dan yang dua belas Bagas yang sebelas Bintang"
"Dan yang tiga belas lo" sahut Bagas dan Bintang secara bersama.
"Ada yang mau ikut gue lihat perkembangan bisnis kita?" tanya Alvin yang sudah mulai bosan mendengarkan perdebatan para teman-temannya yang sama sekali tidak berfaedah.
"Gue ngantuk banget Vin" ujar Bintang.
"Yang lain gimana?" tanya Alvin sekali lagi, akhirnya mereka tidak berdebat lagi, melainkan kini lebih fokus pada Alvin
"Sama gue aja Vin, yang lain kagak waras" suara Eza membuat para teman-temanya melotot.
Alvin dan Eza bergegas untuk melihatnya perkembangan cafe mereka yang sudah memiliki beberapa karyawan, sedangkan yang lainnya berada di markas, karena mereka juga harus menghargai Bagas sebagai anggota baru di geng somplak.
"Niah gimana cafe akhir-akhir ini?, gue sama yang lain udah hampir satu minggu nggak liat perkembangan cafe"
"Beres Vin, lo tenang aja"
Alvin bertanya saat sudah sampai di cafe miliki geng somplak. Niah merupakan salah satu karyawan kepercayaan Alvin the geng, Alvin juga mempekerjakan orang-orang yang sangat membutuhkan pekerjaan seperti Niah contohnya, karena dia hidup susah hanya dengan ibunya saja.
"Kalau gitu gue tinggal dulu"
"Oke Vin"
Sebelum Alvin pergi dia kembali beratnya pada Niah. "Niah si Eza mana? tadi perasaan sama gue deh" bingung Alvin.
"Lah itu si Eza,Vin" Niah menunjuk Eza yang sedang duduk dengan seorang cowok yang entah siapa Alvin saja tidak mengenalinya.
"Oke thanks gue mau nemuin Eza dulu"
Eza dan cowok itu asik ngobrol sampai tidak menyadari jika Alvin sudah berada di dekat mereka.
"Eza…. gue cariin juga"
Eza dan cowok itu melihat ke arah Alvin yang sudah berada disebelah mereka.
"Lagian lu kenapa nyari gue, kayak mak gue aja"
"Bukan itu masalahnya Eza, gue bawa lo kesini buat lihat perkembangan cafe, udah lo periksa semua emang?"
"Hehe, belum Vin sabar napa, kan bisa entar-entar, kalau bisa entar kenapa harus sekarang" sungguh Eza tidak patut dicontoh.
Cowok yang bersama Eza tadi memperhatikan Alvin dengan saksama. "Alvin Diandra!!" ucap cowok itu, Alvin heran dari mana dia tau nama lengkapnya sedangkan jarang sekali orang-orang tau nama lengkap Alvin.
"Lo tau dari mana nama lengkap gue?"
"Ya ampun Vin, lo beneran lupa sama teman SD dan SMP lo dulu sering banget rebutan juara kelas?"
"Alex, lu bener Alex?"
"Yoi bro" Alvin dan Alex berpelukan ala musuh dan sahabat juga melakukan tos ala musuh dan sahabat.
"Kemana aja lo selama ini Lex? lama banget gak kelihatan?"
"Biasa Vin lo tau sendiri kehidupan gue kayak gimana"
"Terus lo kenal Alex dari mana Eza?"
"Hah, gue nggak kenal sama dia, tadi pas masuk cafe gue lihat dia lagi ngelamun, gue samperin aja deh, terus pas gue 'nanya kenapa?' lah dia langsung cerita semuanya" jujur Eza.
"Ya emang gitu Vin ceritanya, gue lagi ada masalah teru, dia duduk di depan gue karena gue ngerasa dia orang yang bisa ngasih saran ya gue cerita aja, walaupun gue gak kenal sama dia"
"Lagi kesambet lo Za? mau dengerin orang curhat?" bagaimana tidak Alvin beratnya begitu pada Eza, karena diantara teman-temannya Eza paling ogah yang namanya dengar orang curhat.
"Lagi dapet hidayah gue Vin!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Anak orang
Dapet hidayah kaga tu si Eza🤣
2022-06-07
1