8. TBB

Bismillahirohmanirohim

Semuanya dimulai ketika Alvin sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Saat itu Alvin sedang dalam keadaan kacau, Alvin tidak tahu dimana dia akan pergi setelah hari itu dimana dia melihat kedua orang tuanya yang bertengkar hebat, untuk pertama kalinya Alvin melihat kedua orang tuanya bertengkar.

Saat itu Alvin baru pulang sekolah.

"Oke kalau begitu kita cerai saja!" suara papa Alvin saat mengatakan cerai terdengar sangat jelas di kuping Alvin. 

Alvin tidak tahu apa sebab kedua orangtuanya bertengkar hebat apalagi sampai mengatakan kata-kata berpisah. Hal ini tidak pernah Alvin bayangkan sebelumnya.

"Oke siapa takut"  tantang mama Alvin.

Lagi-lagi suara mama Alvin membuat Alvin tidak ingin masuk ke dalam rumah itu, yang sekarang menjadi rumus terkutuk menurutnya karena pertengkaran mama dan papa nya, seketika itu juga kenangan di masa lalu Alvin dimana dia dan kedua orang tuanya hidup bahagia melintas di otaknya, tapi sejak mama nya keguguran hubungan mama papa nya renggang,  bahkan keduanya jara pulang ke rumah hanya sibuk pada pekerjaannya mereka masing-masing. Sampai mereka lupa bahwa masih ada Alvin di hidup mereka.

"Kenapa mama sama papa selalu bertengkar saat mereka pulang?" renung Alvin. "Kalau mau bertengkar begitu lebih baik jangan pernah pulang ke rumah ini"

Alvin tidak jadi masuk ke dalam rumah dia kembali menyalakan motornya yang baru saja berhenti di depan rumah mereka.

"Mereka berdua lupa kalau masih punya Alvin? apa salah Alvin sampai mereka lupa kalau masih punya anak" teriak Alvin dari atas motornya.

Alvin mengendarai motornya dengan kecepatan sangat kencang mungkin sudah di luar batas ditambah hujan lebat yang mengguyur menambah kan kesan kesedihan yang Alvin rasakan. 

Sampai Alvin tidak sadar entah dimana sekarang dia berada, yang Alvin rasakan hutan itu sangatlah asri dilihat dari luar mungkin mengerikan tapi saat masuk sedikit dari jalan huta itu memiliki suasana yang sangat asri. 

"Argh!" teriak Alvin dia menumpahkan segalanya di hutan itu, Alvin menggeletakkan motornya ke sembarang tempat. 

"Kenapa hidup gue gini?, kenapa mama papa selalu bertengkar?, dah kenapa lu pergi dek!" terik Alvin lagi.

"Kalian berdua tau gak kalau bukan cuman kalain yang merasakan kehilangan seorang anak tapi gue juga sama merasakan kehilangan seorang adik, kenapa kalian hanya mementingkan ego kalian sendiri, hahh!" rancau Alvin. 

Alvin yang seorang berandal ternyata memiliki hal kelam, keharmonisan keluarganya yang terus terkikis membuat Alvin menjadi seorang berandal.

"Jangan salahin Alvin kalau Alvin benci kalian!" mata  Alvin terus memerah. " Alvin pengen kita kembali lagi seperti dulu, tapi kenapa kalian seakan tidak pernah peduli lagi dengan Alvin" rancunya lagi.

Alvin terus mengoceh dan berteriak tidak jelas sampai mengganggu seorang pemilik gubuk yang terletak di hutan yang sangat asri itu. 

"Nak!" panggil seorang kakek dari depan gubuk kakek itu mendekati Alvin yang sedang dalam keadaan kacau, Alvin tidak menjawab kakek itu, Alvin hanya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. 

"Nak! ayo ikut, tidak baik teriak-teriak begitu apalagi ini di hutan" nasihat kakek itu. 

Alvin tanpa membantah mengikuti langkah kaki kakek menegurnya menuju gubuk sederhana mungkin hampir saja gubuk itu akan roboh. 

"Kamu bersih-bersih dulu disana" kakak itu menunjukkan sebuah sumur yang terletak tidak jauh dari gubuk tua itu. 

Lagi-lagi Alvin hanya menurut tanpa membantah sedikitpun, hari ini untuk pertama kalinya seorang Alvin, orang yang selalu hidup mewah mandi di sumur ditambah menimba air sendiri.  Selesai mandi Alvin diajak kakek  untuk melaksanakan sholat berjamaah. 

Selesai sholat kakek mengajak Alvin untuk duduk dengannya. "Nak!" ucap kakek sambil menepuk pundak Alvin. "Semua adalah ujian dan cobaan, seberat apapun ujian dan cobaan yang kamu sedang rasakan, semua tidak melebihi kadar kemampuan kamu, karena Gusti Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan hambanya itu sendiri" nasehat kakek.

"Iya kek, boleh Alvin tanya?"

"Silahkan nak kamu boleh bertanya apa saja jika in sya Allah kakek bisa menjawab, kakek akan jawab" 

"Kakek siapa namanya?" 

"Panggil saja kakek Hasan nak Alvin" jawab kakek Hasan sambil tersenyum.

"Boleh Alvin bertanya lagi?"

"Silahkan nak Alvin"

"Kakek tinggal disini sama siapa?" 

Alvin bertanya seperti itu karena dia sangat miris melihat keadaan kakek Hasan. Kakek Hasan terkekeh atas pertanyaan Alvin. 

"Kakek disini tinggal sendiri nak Alvin, kakek hanya sebatang kara" jawab kakek Hasan terkekeh.

Jawaban yang diberikan kakek Hasan kembali membuat hatinya terenyuh.

"Kita harus mensyukuri apa yang kita miliki nak Alvin, karena semua itu hanya titipan sementara, setelahnya kita akan dipertanggungjawabkan dengan semua yang kita punya"

"Kalau mau jadi berandal,  jadilah berandal yang beriman" ucap kakek Hasan. 

"Maksudnya gimana kek?" tanya Alvin yang sama sekali tidak mengerti.

"Maksudnya gini walaupun kita kelihatan seperti orang berandal tapi hati dan jiwa kita tidak semata-mata kita hanya hamba Allah yang rendah, kita di dunia ini hanya singgah sementara, ibarat tamu yang bertamu di rumah seseorang setelah itu akan kembali pergi, begitulah kita di dunia ini" 

"Banyak orang yang menilai seseorang hanya dari covernya saja, ada yang kelihatan alim tapi ternyata hanya menutupi kejelekannya tapi ada yang covernya seperti orang biasa ternyata dia orang yang sebenarnya baik" lanjut kakek Hasan. 

Pertemuan Alvin dengan kakek Hasan hari ini merubah pikiran Alvin selama ini. Banyak pelajaran yang Alvin dapat dari kakek Hasan, hari ini Alvin sangat bersyukur karena dipertemukan dengan sosok seorang seperti kakek Hasan. 

"Kek, kakek udah berapa lama tinggal disini?" tanya Alvin basa basi dia tidak memiliki pertanyaan lagi karena bingung.

Setiap kali Alvin bertanya kakek Hasan tidak pernah menampilkan perasaan sedih yang Alvin lihat kakek Hasan selalu bahagia.

"Sekitar tiga belas tahun" jawab kakek Hasan santai. 

"What, 13 tahun sendiri kek!?" heboh Alvin

Kakek Hasan tersenyum kala melihat Alvin kaget itu membantu Alvin kembali tersenyum. "Iya tiga belas tahun kakek tinggal sendiri disini"

"Bagaimana bisa kek bertahan selama tiga belas tahun?" entah mengapa Alvin menjadi sangat penasaran dengan kehidupan kakek Hasan. 

"Karena kakek ada Allah, semuanya milik Allah" walaupun jawaban kakek Hasan sangat sederhana tapi bisa membuat Alvin sadar jika semua hanya titipan, semua nasihat-nasihat kakek Hasan sangat berarti bagi Alvin. 

"Kek apa Alvin boleh kalau sering main kesini? apa boleh juga kalau Alvin ngajak teman kesini?" tanya Alvin penuh harapan.

Lagi dan lagi kakek Hasan tersenyum senang. "Kakek malah senang sekali kalau ada yang mau bertamu di rumah sederhana ini"

"Tapi jangan kaget ya kek kalau nanti penampilan teman-teman Alvin sama kayak Alvin gini, penampilan berandal" ucapnya tidak enak.

"Kakek gak akan kaget nak Alvin, kalian semua berpenampilan seperti itu pasti karena memang nyaman"

Semenjak  hari itu Alvin mendapatkan banyak sekali sebuah pembelajaran, semenjak hari itu juga Alvin dan teman-temannya sering berkunjung ke gubuk kakek Hasan,  mereka belajar banyak hal dari kakek Hasan, bahkan mereka belajar mengaji juga dengan kakek Hasan. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!