9. TBB

Bismillahirohmanirohim

Hari ini Alvin berangkat ke kampusnya sedikit siang, karena memang dia memiliki jadwal kelas siang. 

'Assalamualaikum, Vin lu dimana?' tanya Fahmi dari telponnya yang baru saja tersambung.

'Nyamuk'

'Gue tanya lu dimana Alvin! bukan nyamuk'

'Sabar bang ini ada nyamuk maksud gue jangan marah-marah dulu, gue di rumah, lagian kenapa lo telepon gue segala? kayak mak gue aja' ucap Alvin. 

"Padahal gue aja nggak tau emak gue dimana, ngenes amat hidup gue" batin Alvin. 

'Udah gue tutup dulu telponnya' Fahmi mematikan telepon secara sepihak tanpa menunggu jawaban dari Alvin. 

"Dasar temen gak ada akhlaknya" sungut Alvin. 

"Mandi dah gue, bentar lagi udah mau jam sembilan, untung gue udah duhaan"

Alvin beranjak dari kasurnya untuk membersihkan diri. 

Jangan tanya dari mana Alvin memiliki uang untuk biaya kuliah, tentu saja dia mendapatkan beasiswa sampai lulus kuliah masalah biaya hidup geng somplak punya bisnis bersama yang sekarang sudah lumayan maju. 

"Mana si Alvin, Mi?"

"Kagak tau gue juga Za, gue telpon malah dia bilang nyamuk coba, gue rasa anak itu barus bangun tidur deh"

"Gue lupa Alvin kayaknya kelas siang deh"

Duk…..

"Sakit Fahmi……!!" komentar Cecep, karena kepalanya mendapat satu tabokan dari Fahmi. "Kenapa lu gak bilang dari tadi sih Cep" 

"Lu budek atau tuli apa-apa hah? gue bilang lupa aneh…."

"Kenapa bisa lupa?" timpal Bintang yang baru saja bergabung dengan gengnya. 

"Wajar atuh neng, lupa merupakan sifat manusiawi, jangan salah manusia itu ketempatan lupa loh, jadi kalau lupa hal wajar" Cecep berbicara dengan sangat tegas.

"Kalau sering lupa namanya apa Cep?" tambah Eza. "Kalau sering lupa itu namanya kebiasaan harus di ruqyah" 

"Berarti ntar pulang dari kampus kita cari tempat ruqyah dong?"

"Ngapain Tang?" 

"Biar lu diruqyah dulu, kan lu sering banget lupa! gimana Cep apakah tertarik?" sahut Fahim sambil menepuk pundak Cecep. 

"Lu kagak setuju, kita setuju" jawab Bintang asal.

"Kena lagi dah gue" sungut Cecep. 

"Yang sabar ya Cep ini cobaan"

"Iya Za, cobaan menghadapi orang-orang somplak seperti kalian"

"Sadar diri bro…..!" Eza, Fahim dan Bintang menyahuti ucapan Cecep dengan cepat. 

"Astagfirullah robbal baroya, Astaghfirullah minal khotoya" Cecep sudah tidak tau lagi menghadapi teman-teman somplaknya daripada mumet lebih baik sholawatan dulu. 

Alvin yang sudah berangkat ke kampusnya dengan motor kebanggaan miliknya, disaat lampu merah tidak sengaja melihat seorang cowok yang hampir mencelakai dirinya sendiri, dengan segera Alvin mendekati orang itu. Setelah menepikan motornya ditempat yang aman.

"Woi, lu mau ngapain ha?" tanya Alvin tidak percaya, bagaimana tidak kaget cowok itu sedang mengarahkan pisau di jantungnya sendiri.

"Lo pergi ini bukan urusan lo" usirnya pada Alvin. 

"Kalau punya masalah cerita bukanya malah menyiksa diri gini, tempat curhat terbaik hanya gusti Allah" nasihat Alvin. 

"Tapi kalau lo mau menceritakan masalah lu pada orang yang lo anggep bisa dipercaya dan memberikan saran yang boleh itu juga bagus"

Alvin melihat cowok itu tidak bereaksi apa-apa atas yang dia katakan.

"Lu Bagas kan? anak manajemen di universitas negeri Jakarta?"

Karena penasaran bagaimana Alvin tahu tentang dirinya Bagas akhirnya menoleh ke arah Alvin.

"Dari mana lo tau itu?" tanyanya tanpa ekspresi.

"Jelas gue tau, gue anak universitas negeri Jakarta juga cuman beda fakultas aja sama lo" Alvin tersenyum pada Bagas. 

"Gini deh lebih baik lu cerita apa masalah lu sekarang, siapa tau lantaran lo cerita sama gue Allah ngasih jalan untuk lo ngebuka hati lo sendiri"

"Lo yakin?"

"Kenapa gak!, lu sama gue sama,  punya masalah gue juga punya masalah, tapi cara kita menyikapi dan menghadapi masalah kita berbeda-beda, karena apa tentunya karena masalah kita yang berbeda-beda, tapi kadang manusia merasa hanya dia yang memiliki masalah paling berat, padahal gusti Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya sendirian"

"Apa masalah lo?dan apa buktinya kalau Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya?" tanya Bagas. 

Alvin tersenyum atas pertanyaan Bagas. "Allah Subhanahu Wa Ta'ala Telah berfirman dalam surat Al-baqarah ayah 286 yang berbunyi :

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.""

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

Jadi sudah sangat jelas firman Allah itu"

"Lalu apa lu pernah memiliki masalah yang sangat berat?"

Alvin kembali tersenyum. "Bahkan gue hampir tidak tau cara kembali berjalan itu seperti apa, saat melihat kedua orang tua gue mengatakan kata-kata berpisah begitu saja, seakan mereka lupa bahwa masih ada gue anak mereka, dan bahkan sampai saat ini gue gak tau dimana mereka sekarang, hanya sekedar kabarnya pun gue tidak tahu"

"Itu terjadi sejak kapan?"

"Sejak gue menginjak kelas tiga SMA"

Bagas sedikit kaget dengan kehidupan yang Alvin jalani saat ini "Lalu bagaimana cara lu bisa bertahan tanpa mereka?"

"Itu karena Allah maha segalanya, saat gue sedang hancur-hancurnya Allah mempertemukan gue dengan seorang kakek Hasan, dan atas izin Allah melalui kakek Hasan gue bisa kembali kejalan-Nya dan selalu berserah diri hanya pada-Nya. Allah sedang memberikan gue ujian sebagai hamba-Nya, jadi kita tinggal pilih dimana kita akan berlari setelah kita mendapatkan ujian tersebut apakah kita akan berserah diri pada Allah atau malah kita berpaling dari-Nya yang maha segala-galanya, ingat satu hal Allah maha membolak-balikan hati hamba-Nya"

"Astagfirullah" Bagas segera beristighfar, karena telah berpaling dari sang maha pencipta.

"Jadi apapun masalah lo bunuh diri adalah hal yang tidak dibenarkan sama sekali"

"Mungkin Allah mengirim lo agar membuat gue sadar"

"Lo mau jadi bagian dari keluarga gue?" tawar Alvin. 

"Keluarga apaan?" 

"Gue sebenarnya anak geng motor, tapi tenang geng gue paling anti yang namanya membuat onar"

"Apa lo si Alvin bos dari geng motor somplak?" tanya Bagas memastikan.

Alvin hanya mengangguk jika apa yang Bagas katakan benar.

"Gue mau siapa tau aja, gue bisa lebih terbuka dengan orang lain"

"Tapi lo jangan heran kalau isi orang-orang di geng gue somplak semua"

Hahaha!! rupanya Alvin sebagai bos geng somplak mengakuinya.

"Apa karena itu dinamakan geng somplak?"

"Bukan gitu juga, entar Fahim yang bakal jelasin sama lu"

"Ingat bro hidayah itu dijemput, dan Allah memberikannya pada orang-orang yang telah dipilih oleh-Nya, jadi lo harus bersyukur karena tidak jadi bunuh diri dan lu akan menjemput hidayah lo, yang in sya Allah, Allah akan berikan pada hambanya yang telah dipilih"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!