3. TBB

Bismillahirohmanirohim

selamat membaca redes 🤗

"Ini rumah siapa Za?" tanya Fahmi bingung, 

Pasalnya jika rumah orang tua Eza, yang ada di hadapannya sekarang, kenapa rumah itu terasa sangat sepi dan sunyi. 

"Ini markas gue sama temen gue Alvin, lo kalau misalnya lagi pengen main kesini datang aja" jawab Eza. "Sekarang lebih baik kita masuk"

Fahmi mengikuti Eza dari belakang yang sudah jalan mendahului dirinya. 

Fahmi sangat kagum dengan isi rumah tersebut, yang Eza anggap sebagai markas, walaupun di dalam markas tersebut tidak banyak barang-barang tapi semuanya lengkap, dari kulkas hingga televisi semuanya ada, bahkan Fahmi saja sangat mengagumi markas tersebut,  bukan hanya itu saja, di dalam ruang itu semua benda tersusun rapi juga di setiap sudut ruangan sangat bersih.

"Siapa yang nyusun semua ini? dan siapa yang membersihkan tempat ini?" tanya Fahmi penasaran.

Eza yang tengah sibuk mengambil minum dari kulkas segera menghampiri Fahmi yang sedang mengagumi setiap sudut ruangan markas tersebut. "Gue sama Alvin lah, memangnya siapa lagi" jawab Eza. 

"Siapa tau lo berdua nyewa Art, buat bersihin ini markas"

"Alvin mana mau kayak itu, dia nggak akan pernah setuju"

"Lo dari tadi ngomong namanya Alvin terus, gue jadi penasaran kayak mana orangnya" setiap kali Eza berbicara dengan dirinya pasti tadi pernah ketinggalan menyebut nama Alvin. 

"Mungkin dia lagi tidur kali, lo mau makan nggak, mumpung si Alvin masak banyak, masakan Alvin enak banget loh" tawar Eza. 

"Memangnya disini ada kamar juga?"

"Menurut lo, lo liat aja kali masa tempat sebesar ini nggak ada kamarnya, bahkan ada empat kamar di sini" jelas Eza.

Entah kenapa Eza tidak merasa sungkan pada Fahmi untuk menjelaskan semuanya tentang markas dirinya dan Alvin. 

"Za lo jadi ngajak gue makan gak? laper nih gue" ucap Fahmi tidak tau malu, wkwk.

"Karena gue tadi yang pertama ngajak lo makan, maka gue maklumi sikap tak tau malu lo" canda Eza. 

Eza mengajak Fahmi ke ruang makan untuk segera menyantap makanan yang sudah tersedia disana, siapa lagi yang masak kalau bukan Alvin, Eza hanya tahu menghabiskan makanan saja. 

Saat Eza membuka tudung saji, aroma makanan yang berada di depan mereka langsung masuk ke setiap rongga hidung, dari aromanya saja menyuruh setiap orang yang mencium wangi makanan tersebut ingin sekali cepat-cepat melahap nya sampai tandas tidak tersisa. 

"Ngapain diliatin aja buru makan" suruh Eza.

Tanpa babibu lagi Fahmi segera melahap makanan yang sangat menggiurkan tersebut, sendokan pertama sudah masuk ke dalam mulut Fahmi. " Gilaa, ini makanan enak bener dah, sumpah baru pertama kalinya gue makan lauk ayam seenak ini, biasanya B aja tau" Mulai jiwa puji memuji Fahmi keluar.

"Udah baca bismilah belum lo?" sindir Eza

"Biasa aja nggak usah lebay gitu" jawab Eza, sambil tetap fokus makan.

***

Alvin yang sedang tidur siang di markas mereka, merasa terganggu karena suara berisik, dia terpaksa bangun, walaupun sebenarnya masih sangat mengantuk, sayangnya suara berisik Eza sangat mengganggu Alvin. 

"Berisik! itu anak pulang bukanya diem malah berisik banget, bawa siapa lagi dia, hokk" ucap Alvi, sambil berusaha mengumpulkan semua nyawanya yang belum terkumpul.

Alvin yang merasa nyawanya sudah terkumpul sempurna, segera pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, agar terlihat lebih segar dari sebelumnya.

'Alhamdulillah, kenapa gue laper?' batin Alvin, dia baru saja keluar dari kamar mandi.

Alvin berjalan keluar kamar untuk menemui Eza yang sudah berani mengganggu tidur siangnya.

"Ezaaa! Eza, anak siapa lo dimana uii" teriak Alvin.

Alvin baru saja berdiri di depan pintu kamar, bukanya mencari Eza, dengan menggunakan kaki, mata, dia malah mencari seorang menggunakan mulut.

"Siapa yang manggil lo Za?" tanya Fahmi, mereka berdua masih asik makan, Eza yang mendengar teriakan Alvin tidak peduli.

"Alvin, bisa dia memang gitu"

"Terus lo gak nyamperin dia gitu?"

"Ngapain dia yang butuh, kenapa harus gue yang nyamper?" jawab Eza logis.

Alvin yang merasa diabaikan oleh Eza segera pergi ke ruang makan dia hafal betul dimana Eza saat ini, tukang makan  yang di ruang makan pasti.

"Eza, l….." 

"Lo" ucap Fahmi dan Alvin bersama. Saat keduanya tidak sengaja saling melihat satu sama lain.

"Kalian berdua saling Kenal?" bingung Eza 

"Dia orang gila yang gue maksud bego!"

"Buset mulut lo filter dikit napa bang" ucap Eza. 

"Akhirnya gue ketemu lagi sama lo, setelah mencari keliling kampus gue" ucap Fahmi. 

Mendengar perkataan Fahmi Alvin dan Eza mengerutkan dahi mereka, karena bingung.

"Kenapa lo kangen sama gue sampe nyari gue ke seluruh penjuru, satu lagi lo masih punya utang sama gue, kalau orang lagi ngomong jangan asal  tinggal pergi dong, gue pengen nabok lo tau nggak rasanya" cerocos Alvin. 

"Tolong kalau ngomong di rem dulu" sahut Eza. 

"Gue nyari lo, karena masih penasaran sama ucapan lo kemarin yang belum selesai" ucap Fahmi.

"Lo ngomong gini, lagi pula kalau lo bunuh diri hidup lo bukanya tambahan baik malah, tambah sengsara, semua orang akan maki lo karena kebodohan lo sendiri melakukan bunuh diri, lalu?" Fahmi mengulang ucapan Alvin tadi pagi yang masih dia ingat.

"Lalu apa? bukannya setelah bunuh diri gue bakal lebih baik?" tanya Fahmi. 

Alvin dan Eza saling tatap sebentar, lalu menatap Fahmi.

"Lo kira setelah lo bunuh diri, hidup lo udah kelar gitu aja? nggak pasti setelah lo bunuh diri perjalanan hidup masih panjang, iya kalau lo langsung diterima di surga kalau nggak? apa lagi bunuh diri itu perbuatan keji, di dunia orang pada ngomongin lo, di akhirat lo nyesel sama perbuatan lo, tapi kalau nyesel di akhirat percumah udah telat"

"Lagi pula manusia hidup di dunia lalu mati, lo pikir langsung masuk surga gitu? nggak bro, dia harus melewati, alam kubur, hari kebangkitan, padang mahsyar sampai seterusnya hingga kita tembus diantara dua pilihan surga atau neraka? itu semua hanya amal kita yang bisa nolong apakah berada di surga atau neraka, kalau bunuh diri gimana mau hitung amalnya? pas mati aja dia udah ngelawan takdir Allah, mendahulukan takdir Allah"

"Lagi pula pas di Padang mahsyar nanti, matahari hanya sejengkal dari kepala kita, lo bayangin dah gimana rasanya matahari sejengkal dari kepala kita, orang yang sekarang aja jauh kita kadang nggak kuat sama panasnya, apalagi kalau di padang mahsyar cuman sejengkal dari kepala kita" jelas Alvin panjang lebar, sampai Fahmi dan Eza melongok. 

"Sahabat gue emang jos, tiba-tiba jadi ustadz dadakan" ucap Eza. 

Fahmi masih mencerna semua ucapan Alvin yang nancep sampai ke ulu hatinya.

Terpopuler

Comments

yatiek lima sembilan

yatiek lima sembilan

melongo dan melongok (2 kata yg berbeda di huruf k) punya arti yg berbeda jauh pula... melongo = bengong = agak bingung... sedang melongok = menjenguk sesuatu

2022-09-03

4

Tobi

Tobi

agak di cek lagi kalo mau up ch nya kak, masih ada typo² sikit

2022-08-31

1

❤️⃟WᵃfℛᵉˣzhA_ yUy𝓪∆𝚛z

❤️⃟WᵃfℛᵉˣzhA_ yUy𝓪∆𝚛z

cakep

2022-08-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!