Hari ini Riani masuk kerja seperti biasanya. Dengan motor matic merahnya, ia tiba di kantor.
"Selamat pagi, cantik!" sapa Haris. Kepala OB di kantor ini. Haris orangnya ramah dan sedikit genit namun tingkahnya tak norak.
"Selamat pagi pak Haris."
"Kok pak, sih? Wong panggil aku abang atau mas gitu."
"Nanti istrinya marah."
"Istriku nggak cemburuan."
Riani hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia pun melangkah masuk sambil menyapa semua yang berpapasan dengannya. Riani memang dikenal sebagai orang yang baik dan ramah.
"Hallo cantik...!" Dessy sudah menunggu sahabatnya itu di depan pintu dengan paket bunga mawar merah di tangannya.
"Dari siapa lagi?" tanya Riani sambil melangkah masuk ke ruangannya tanpa mengambil bunga yang diulurkan oleh Dessy.
"Astaga, bunganya dicuekin. Ada apa sih?" tanya Dessy sambil ikutan masuk.
"Aku malas menanggapi bunga dari pria-pria itu."
"Benar nih?" Dessy membuka kartu yang ada di sana. "Pengirimnya Jack Almond."
"Apa?" Riani langsung melompat dari kursinya dan mengambil kartu di tangan Dessy.
Selamat pagi cantik. Semangat terus ya, Oldius.
"Ih...Dessy, kamu kok tega banget bohongi aku." Riani jadi kecewa.
"Kamu mengharapkan kabar darinya? Memangnya dia tak pernah menghubungi kamu lagi?" tanya Dessy lalu meletakan bunga itu ke dalam vas.
"Nggak. Siapa juga yang mengharapkan kabar darinya?" Riani pura-pura cuek lalu duduk sambil menghidupkan bunganya.
"Jadi benar, setelah si bule pergi, nggak ada kabar lagi darinya?"
"Hanya sekali. Ketika ia tiba di London, ia mengirimkan pesan padaku dan mengatakan kalau mereka sudah tiba dengan selamat. Setelah itu nggak ada pesan lagi."
"Kamu nggak pernah mengirim pesan lebih dulu?"
"Malas, ah. Memangnya hanya dia yang harus aku pikirkan?"
Dessy tersenyum. Ia mengambil sebuah buket bunga lagi dari balik pintu. Sebuah buket bunga lili berwarna-warni.
"Nih!"
"Bunga lagi? Dari siapa?"
"Baca aja sendiri." Dessy langsung meninggalkan ruangan Riani.
Riani dengan malas langsung membuka kartu yang ada di bunga itu."
You give color to my life. Who miss you so much. Jack.
Riani tak dapat menahan senyumnya. Ia begitu senang. Dua Minggu sudah semenjak mereka berpisah di malam itu dan ia memang sangat merindukan lelaki itu.
"Jadi senang kan?" Dessy balik lagi ternyata. Wajah Riani langsung menjadi merah.
"Siapa yang mengantar kan bunga ini?" tanya Riani.
"Tukang bunga. Tibanya hampir bersamaan dengan bunga dari Oldius."
"Apakah dia menelepon langsung dari London atau bagaimana ya?"
Dessy tersenyum penuh misteri. "Entahlah. Aku mau kerja dulu. Kau juga harus kerja hari ini. Bos sudah datang dan tampaknya ia lagi marah-marah. Entah apa sebabnya."
Riani hanya mengangkat bahunya. Yang pasti hari ini ia jadi lebih bersemangat untuk bekerja karena mendapatkan bunga dari Jack.
***********
Jam setengah enam sore, seperti biasa Riani sudah tiba di rumahnya. Rumah yang sederhana namun penuh dengan perhatian dan cinta dari ayah dan ibunya.
"Mama.....!" Arma langsung berlari dari dalam rumah menyambutnya.
"Anak mama yang cantik." Riani memeluk putrinya dan memberikan ciuman di pipi kanan dan kirinya.
"Di dalam ada tamu."
"Siapa?"
"Om bule. Ibu dan ayah sampai bingung karena nggak bisa bahasa Inggris. Arma sih ngerti dikit-dikit apa yang om bule itu sampaikan. Katanya ia teman mama." Arma yang memang sejak kecil sudah diajari bahasa Inggris oleh Riani, sudah bisa berbahasa Inggris walaupun belum selancar Riani.
Arma memang memanggil kakek dan neneknya dengan sebutan ayah dan ibu.
"Bule?" Jangan-jangan......
Jantung Riani langsung berdetak dengan sangat kencang. Ia bergegas masuk ke dalam dan hampir pingsan saat melihat Jack duduk di sana sambil tersenyum saat melihat Riani yang datang.
"Jack....!"
"Hi baby....!" Sapa Jack. Ia mendekat dan ingin memeluk Riani karena rindu yang dirasakannya namun Riani memberi isyarat dengan pandangan matanya sambil melirik kedua orang tuanya yang nampak bingung. Jack pun terpaksa duduk lagi. Riani bernapas lega karena Jack mengerti dengan isyarat matanya.
"Nak, ini siapa?" tanya Arya.
"Ini Jack. Dia teman Riani. Kami kenalan di Bali 2 minggu yang lalu." Ujar Riani. Jujur, hati Riani begitu senang melihat Jack yang datang ke rumahnya namun ia harus menahan diri untuk tak dipeluk oleh pria itu karena akan membuat ayah, ibu dan Arma bisa pingsan.
"Oh, kalian kenalan di Bali?" Sulastri nampak senang.
"Pacar mama?" tanya Arma.
"Bu....bukan sayang....!" Riani buru-buru menggeleng.
"Lalu kenapa dia memanggil mama dengan sebutan baby?" tanya Arma membuat Riani merasa mati kutu karena ayah dan ibunya kini menatapnya meminta penjelasan.
Jack yang tak mengerti percakapan diantara mereka nampak menggaruk kepalanya. Ia pun mengambil sesuatu di dalam saku celananya. Dan tanpa diduga, ia berlutut di hadapan Riani, sambil membuka kotak kecil berwarna merah itu. Ternyata ada sebuah cincin.
Riani terkejut. "Jack.....!"
"Will you marry me?" tanya Jack dengan tatapan mata penuh harap.
"I....!" Riani belum pulih dari rasa terkejutnya.
"Arma, bule ini ngomong apa?" tanya Arya.
"Sepertinya, om bule minta mama untuk menikah dengannya." ujar Arma yang nampak sok juga.
"Apa?" Sulastri terkejut.
Karena melihat Riani yang masih bengong, Jack pun mendekati orang tua Riani yang memang duduk di hadapan Riani. Masih dengan sikap berlutut, ia pun meminta ijin pada Arya dan Sulastri.
"Uncle, aunt, let me marry your daughter."
Arya menatap Arma.
"Eh.....artinya, paman, bibi ijinkan aku menikah dengan putri kalian." Arma menatap mamanya. "Artinya seperti itu kan ma?"
Riani hanya mengangguk. Ia benar-benar tak menyangka kalau Jack akan melamarnya.
"katakan padanya, ibu setuju." ujar Sulastri sambil tersenyum senang.
"Tidak! Bapak tidak setuju!" seru Arya.
Arma jadi bingung. "Arma yang terjemahkan yang mana, ma? Arma nggak tahu juga harus ngomong apa."
Riani menarik napas panjang. Ia menepuk dadanya sebentar, menarik napas panjang selama beberapa kali kemudian menatap kedua orang tuanya.
"Ayah, ibu, ijinkan aku bicara berdua dengan Jack." kata Riani.
Sulastri segera menarik tangan suaminya. Arma pun mengikuti langkah kakek dan neneknya.
"Jack...., ayo duduk di atas kursi." ujar Riani saat dilihatnya Jack yang masih berlutut.
Jack duduk di sebelah Riani. Tak sabar ia memegang tangan Riani namun perempuan itu menariknya kembali.
"Jack, ini di kampung. Nggak boleh terlihat bermesraan selain pasangan suami istri. Apalagi aku seorang janda. Bisa menjadi bahan gunjingan tetangga."
"Maaf. Aku begitu rindu denganmu sampai tak sabar ingin memelukmu." kata Jack dengan tatapan penuh kerinduan untuk Riani.
"Seharusnya kamu temui aku di kantor dan membicarakan masalah lamaran ini berdua denganku. Jangan langsung di hadapan ayah dan ibu. Apalagi mereka tak mengerti dengan bahasamu."
Jack tersenyum. "Aku begitu bersemangat ingin melamarmu. Sebenarnya tadi mau ke kantormu dulu. Namun aku ingin melakukannya di hadapan orang tuamu. Aku serius ingin membangun hubungan yang lebih serius denganmu."
"Aku senang, Jack. Tapi bukankah ini terlalu cepat?"
Jack menggeleng. "Aku sudah terlalu lama menjadi duda. Kamu adalah wanita pertama yang menggetarkan hatiku setelah ditinggalkan oleh mamanya Cassie. Menikalah denganku."
"Jack, ibuku mengatakan setuju namun ayahku berkata tidak. Lagi pula ini terlalu cepat. Kita baru saja bertemu."
Jack nampak kecewa. "Jadi, kau meragukan kesungguhan ku?"
"Bukan, Jack. Namun tak dapatkan kita menjalani hubungan dulu baru akhirnya memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius lagi."
"Aku tak mau menjalani hubungan jarak jauh, Riani."
"Jack....., aku....!"
Jack menutup kembali kotak cincin itu dan memasukannya kembali ke saku celananya.
"Jack, please, berikan aku waktu." mohon Riani.
"Aku hanya punya waktu selama 10 hari. Aku harus kembali ke Inggris." Dengan wajah sedih Jack langsung berdiri. "Aku pergi ya."
"Jack, kamu menginap di mana?"
"Aku menginap di penginapan yang ada di dekat danau." Jawab Jack lalu mengambil tas punggungnya dan pergi.
Riani menatap kepergian Jack sampai cowok itu menghilang di balik pagar.
"Riani..."
Riani menoleh. Ibunya mendekat lalu berdiri di sampingnya.
"Pria itu kelihatannya serius."
"Aku takut kecewa lagi, Bu. Dia itu seorang bule."
"Pokoknya ayah nggak setuju jika kamu harus bersamanya." ujar Arya yang muncul di belakang mereka.
"Kenapa ayah nggak setuju? Bagus kan kalau Riani mau membuka hati lagi?" tanya Sulastri sambil menatap suaminya bingung.
"Kita tak mengenal dia, tak tahu bagaimana keluarganya. Komunikasi saja sulit. Pokoknya ayah nggak setuju. Cari saja lelaki lain, nak. Banyak pria di sekitar sini yang suka denganmu. Pak dokter saja masih setia menunggumu."
Riani tak bicara. Ia hanya mengambil tasnya dan segera menuju ke kamarnya. Hatinya nelangsa. Dari semua pria yang pernah mendekatinya, hanya Jack yang membuat Riani bergetar. Andai saja tak memikirkan orang tua dan anaknya, Riani pasti sudah menerima lamaran Jack.
Terbayang lagi wajah Jack yang terlihat kecewa tadi. Haruskah aku membuka hati untuknya?
*************
Selamat pagi semuanya
Bagaimana menurut kalian kisah ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
gia nasgia
Riani dengan di lemanya 😢
2024-03-28
0
Windha Winda
kmu jngan sedih yaaaaa.. 😂😂😂
2023-01-27
1
Windha Winda
kmu jngan sedih yaaaaa.. 😂😂😂😂
2023-01-27
2