Selesai makan siang, mereka pun melanjutkan perjalanan kembali.
"Jika liburan sudah tiba, aku akan mengajakmu keliling kota London. Kita kan belum bulan madu sayang." ujar Jack sambil melirik istrinya dengan mesra.
Riani mengangguk senang. Ia tak menyangka kalau Jack romantis orangnya.
"Tidurlah sayang. Perjalanan kita masih panjang. Aku tak ingin kau lelah dan akhirnya kita tak bisa melepas rindu malam ini." ujar Jack membuat wajah Riani langsung menjadi merah. Ia tentunya mengerti apa yang dimaksudkan oleh suaminya itu. Riani pun memejamkan matanya karena ia memang sangat lelah.
Ia bangun saat mobil Jack sudah berbelok dari jalan utama memasuki sebuah jalan yang tak begitu lebar.
"Jack, kita dimana?" tanya Riani sambil mengucek matanya. Hari sudah malam.
"Kita sudah memasuki daerah tempat tinggal kita nanti sayang."
Beberapa rumah mulai terlihat.
"Daerah ini merupakan salah satu desa yang sering dikunjungi turis ketika datang ke Inggris. Nanti besok pagi aku akan mengajak kamu jalan-jalan keliling desa ini."
Mobil Jack berhenti di depan sebuah rumah kecil bergaya Eropa kuno. Jack turun dan membuka pagar mininya, lalu ia masuk lagi ke dalam mobil dan memasukan mobil itu di halaman rumah yang ditumbuhi bunga.
"Ini rumah kita, sayang." ujar Jack lalu turun dari mobil dan membukakan pintu pagi Riani.
Riani memandang rumah di hadapannya. Kelihatannya tak begitu besar. Ukurannya mungkin tak berbeda jauh dengan rumahnya di Indonesia.
Jack menurunkan koper Riani lalu mengajak istrinya masuk.
Riani kagum melihat ruang tamu yang bernuansa coklat putih itu. Kelihatan sederhana namun sangat rapi dan indah.
Di atas perapian, ada sederet foto yang terbingkai rapi dengan berbagai ukuran. Kebanyakan adalah foto Cassie.
"Jack, siapa yang mengatur ruangan ini?' tanya Riani.
"Aku."
"Sangat indah, Jack."
Jack memeluk istrinya dari belakang. "Karena aku melihat rumahmu yang rapi dan bersih, maka sepulang dari Indonesia, aku kembali menata ruangan ini, juga kamar tidurnya. Ayo kita ke sana!" Masih dalam posisi Jack yang berdiri di belakang Riani, ia mendorong istrinya perlahan melangkah ke arah lain rumah itu. Riani menemukan ruang makan dan dapur yang sederhana namun sangat asri. Lalu mereka berbelok ke arah kanan, memasuki sebuah lorong. Salah satu pintu bertuliskan CASSIE ROOM. Riani sudah bisa menembak kalau itu kamar Cassie. Sedangkan di depan kamar Cassie, Jack membuka pintu berwarna coklat itu dan tampaklah sebuah kamar yang lumayan besar. Ada ranjang besar dialasi oleh seprei berwarna putih, ada lemari pakaian tiga pintu, sebuah meja rias kecil dan 2 nakas yang ada di sisi kanan dan kiri tempat tidur. Mata Riani langsung tertuju pada sebuah foto berukuran 20R yang di gantung di atas ranjang itu. Foto pernikahan mereka.
"Jack, kau memiliki foto ini?" tanya Riani.
"Aku menyalin semua data foto dari si tukang foto yang kau sewa di hari pernikahan kita. Aku tahu kalau Cassie pasti penasaran ingin melihat foto pernikahan kita. Albumnya aku simpan di laci nakas."
Riani memeluk Jack. "Aku suka kamar ini."
"Maaf kalau kamarnya hanya sederhana."
Riani memegang pipi Jack. "Siapa bilang ini sederhana? Kamar ini justru lebih bagus dari kamar pengantin kita di rumahku."
"Tapi kamar itu tak akan pernah aku lupakan. Karena menjadi saksi bisu bagaimana indahnya malam pertama kita."
Riani terkekeh.
"Dan kamar ini akan menjadi saksi bagaimana kita akan menghabiskan waktu kita sampai nanti kita tua. Terutama malam ini, saat aku dan dirimu akan saling melepaskan kerinduan." kata Jack dengan tatapan menggoda membuat Riani mendorong dada suaminya itu.
"Jack...."
"Don't call me Jack. Call me honey!" ujar Jack membuat Riani menatap suaminya itu dengan wajah yang terasa panas.
"Aku lapar sayang. Ada sesuatu yang bisa di makan?"
Jack tertawa. "Aku tadi mampir untuk membeli makanan. Sebentar aku akan panaskan." Jack mengecup pipi istrinya. "Sementara aku panaskan makanan, kau boleh ganti baju. Kamar mandinya di sana. Namun aku sarankan supaya jangan mandi. Walaupun ada air panas namun kamu nanti akan membeku. Kenakan juga kaos kaki sayang."
Riani tertawa. Ia segera membuka kopernya untuk mengambil baju ganti.
10 menit habis dipakai oleh Riani untuk sekedar cuci muka dan mencuci bagian-bagian lain di tubuhnya sebelum akhirnya ia ganti pakaian dengan menggunakan sepasang celana panjang dan mantel tebal. Tak lupa Riani menggunakan kaos kaki seperti pesan suaminya. Setelah itu ia keluar kamar dan segera menuju ke dapur. Nampak Jack sudah selesai menyajikan makan malam di atas meja.
"Kapan kamu berhenti membeli makan malam ini? Kok aku nggak bangun ya?" tanya Riani sambil mendekati suaminya.
"Saat aku berhenti untuk mengisi bensin. Ada sebuah restoran kecil di dekat situ. Aku dan Cassie juga biasa singgah makan di sana. Ayolah duduk dan kita nikmati makan malam ini. Aku membuatkan segelas coklat panas untukmu."
"Wah, terima kasih. Besok pagi, aku yang akan membuat sarapan untuk kita."
Jack menatap istrinya. "Aku ragu jika kamu bisa bangun pagi, sayang."
"Aku biasa bangun pagi. Mungkin awal-awalnya agak sulit karena perbedaan waktu antara Indonesia dan Inggris. Namun aku yakin kalau aku bisa bangun pagi."
Jack mendekat lalu mengecup puncak kepala istrinya. "Kita lihat saja sampai besok."
Riani hanya tersenyum. Ia kemudian duduk di hadapan Jack. Melihat makanan yang ada di depannya, perempuan itu menelan salivanya. Ada kentang panggang, daging panggang, dan beberapa jenis sayur dan salad buah.
"Kenapa sayang?" tanya Jack melihat istrinya bingung.
"Aku....."
"Maaf kalau aku tak sempat siapkan nasi. Soalnya aku tak tahu menggunakan Magicom yang baru saja ku beli kemarin. Namun di dalam kitcken set, ada beras. Besok kita bisa memasaknya."
"Aku akan makan semuanya, sayang. Tenang saja. Aku akan membiasakan diriku untuk makan makanan orang Barat. Sebagaimana kamu yang selalu berusaha menikmati makanan Indonesia."
"I love you!" ujar Jack sambil mengedipkan sebelah matanya.
Riani hanya tersenyum lalu ia menunduk dan mulai memimpin doa makan.
"Bagaimana?" tanya Jack setelah Riani memasukan suapan pertama dalam mulutnya.
"Enak."
Jack pun bernapas lega lalu mulai menikmati makan malamnya.
Selesai makan malam, Riani bermaksud akan mencuci semua peralatan makan yang mereka gunakan namun Jack melarangnya dengan alasan kalau Riani masih capek. Jack sendiri yang mencucinya.
"Sayang, aku mau membersihkan tubuhku dulu ya? Kamu nonton TV saja di ruang tengah."
Riani melangkah ke ruang tengah. Ia pun mendekati perapian yang sudah dinyalakan oleh Jack. Perlahan ia duduk di atas lantai yang beralaskan karpet tebal dan bantal duduk. Ia merasa nyaman dan hangat.
"Kau belum mengantuk?" tanya Jack yang sudah ganti pakaian dan langsung duduk di samping istrinya.
"Belum."
Jack menarik tubuh Riani dan meminta istrinya itu untuk duduk di hadapannya. Ia kemudian memeluk Riani dari belakang membuat Riani secara spontan bersandar di dada bidang suaminya itu.
"Sayang, aku cuti kerja hari ini dan besok. Lusa aku akan mulai kerja lagi. Tempat kerjaku 45 menit jaraknya dari sini. Jam kerjaku dari pukul 8 pagi sampai jam 5 sore. Kamu mungkin akan kesepian di sini."
"Nggak masalah, sayang. Aku akan menyibukkan diriku dengan belajar menguasai rumah ini dulu. Dan belajar memasak berbagai jenis makanan Inggris yang selama beberapa waktu ini selalu ku tonton dari internet."
Jack semakin mengeratkan pelukannya. "Aku semakin mencintaimu, sayang. Kamu mau menerima diriku apa adanya."
"Sayang, aku tak pernah mempersoalkan bagaimana keadaan ekonomi keluarga kita nanti. Aku juga berasal dari keluarga sederhana. Kamu sudah lihat sendiri kan bagaimana situasi keluargaku di sana. Aku yakin kamu pekerja yang hebat yang tak akan membuat istri dan anak-anak mu sengsara."
Riani membalikan badannya sehingga kini mereka saling berhadapan. "Kamu sudah memberikan aku cinta yang sempat hilang dalam hidupku. Kamu telah membangkitkan lagi rasa percaya diriku untuk berumahtangga lagi. Aku akan selalu ada di sampingmu, Jack."
Jack tak lagi. Ia langsung mencium istrinya dengan luapan kebahagiaan. Keduanya pun larut dalam kemesraan. Ada ungkapan rindu dibalik setiap sentuhan yang dirasakan. Sampai akhirnya Riani pun mulai kehilangan kontrol atas dirinya. Ia tenggelam dalam rayuan suaminya.
Di depan perapian yang menyala itu, mereka pun saling memadu kasih. Riani kembali merasakan puncak kenikmatan. Ia sendiri mulai aktif juga menyenangkan tubuh suaminya.
Tak hanya di depan perapian mereka bercinta. Kini Jack menggendong tubuh Riani dan membawanya ke kamar mereka untuk kembali memadu kasih di sana.
*************
Hai....selamat pagi, siang sore malam
Aku nggak tahu kapan cerita ini akan lolos review. Salam sayang untuk kalian semua
Love : Emak&Amanda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Nony Suzana
Thor kitchen set, bukan chicken set
2023-02-07
2
hitamanis
,ini ayam apa dapur ya..
2022-11-25
1
gia gigin
Ka Hen aku yg seolah-olah ada di rumah jack membayangkan pemandangan suasa desa, di luar negeri 😂😂🤭
2022-07-27
1