Riani bangun saat jam sudah menunjukan pukul 4 subuh. Semalam saat mereka pulang, Jack sama sekali tak mengganggunya lagi. Jack hanya memeluknya dan keduanya pun tidur bersama dengan nyenyak.
Pagi ini, Riani merindukan Arma. Ia memimpikan Putrinya itu dan membuat Riani tak sabar ingin meneleponnya. Di Surabaya sekarang sekitar pukul 10 pagi. Arma mungkin sudah ke sekolah namun ayah dan ibunya bisa menerima panggilannya itu.
Perlahan ia turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Ia duduk di ruang tengah lalu menghubungi nomor Arma.
"Hallo mama..."
Riani terkejut saat mendengar kalau itu suara Arma. "Sayang, kamu nggak sekolah?"
Terdengar suara Arma yang batuk.
"Arma sakit?"
"Mama, Arma kangen sama mama. Pulang ke sini ya..., Arma kangen."
"Sayang...." Hati Riani bagaikan diremas
keluar dari tempatnya saat mendengar suara Arma yang serak diantara isak tangisnya.
"Anak mama yang cantik, jangan menangis ya.."
"Mama pulang, Arma rindu."
"Arma..., itu mama? Biar ibu yang bicara." Terdengar suara Sulastri.
"Hallo Riani."
"Ibu, ada apa dengan Arma."
"Hanya batuk saja."
"Kenapa Arma bisa batuk?"
"Begini, nak. Aduh, bagaimana ya ibu akan menjelaskan ini. Arma kemarin seharian menangis karena teman-teman sekolahnya meledek dia dan mengatakan kalau kamu sudah meninggalkan Arma dan nggak akan kembali lagi ke desa. Ia pulang sekolah dalam keadaan basah karena hujan."
"Aduh, bu. Kenapa bisa seperti itu?"
"Tenanglah, nak. Ayah hari ini sudah ke sekolah untuk meminta kepada guru agar lebih memperhatikan anak-anak."
"Ibu, tolong perhatikan Arma ya? Ibu kan tahu kalau Arma sangat manja jika sakit. Aku takut Arma akan semakin parah."
"Tenang saja. Kamu tahu bagaimana ibu merawat Arma. Jangan bersusah hati di sana ya? Nanti kamu nggak becus mengurus suami dan anak sambung mu."
"Bu, boleh aku bicara dengan Arma?"
"Hallo mama....!"
Riani berusaha menahan air matanya. "Arma sayang, jangan dengarkan apapun yang orang lain katakan tentang mama. Suatu hari nanti mama akan kembali dan melihat Arma. Atau Arma juga dapat datang ke sini bersama ayah dan ibu. Mama tetap sayang sama Arma. Nggak ada yang akan berubah. Ingat itu. Kalau kangen mama, Arma berdoa ya? Biar hati Arman menjadi lega." Riani mengubah panggilannya ke videocall. Ia dapat melihat mata putrinya yang bengkak.
"Mama sayang Arma. Sangat sayang."
"Arma juga sayang mama."
"Jangan takut ya? Ayah dan ibu akan menjaga Arma di sina. Mama akan selalu mendoakan Arma di sini."
"Love you mama."
"Love you too sayang." Riani segera mengahiri panggilan videocall itu. Dan tangisnya pun pecah. Ia juga merasakan kerinduan yang mendalam kepada anak dan kedua orang tuanya.
"Hey baby..., what happen?" Jack yang ternyata sudah bangun karena mendengar suara tangis dari istrinya itu. Ia segera duduk di samping Riani dan membawa istrinya itu ke dalam pelukannya. Dengan lembut ia mengusap punggung istrinya membuat Riani semakin dalam tangisnya.
"Sayang, coba ceritakan ada apa?"
"Arma sakit dan aku ingin sekali ada di sana. Selama ini kalau Arma sakit, aku pasti tak akan masuk kerja karena harus menjaganya." Lalu Riani menceritakan apa yang terjadi di sekolah Arma.
"sabar ya, sayang. Arma pasti akan semakin dewasa dengan kejadian ini. Demikian juga dengan dirimu. Habis, mau bagaimana lagi? Andai saja jarak Surabaya Inggris hanya seperti London dan Manchester. Aku pasti sudah mengantarmu ke sana."
Riani menyandarkan kepalanya di dada suaminya. Perlahan tangisnya mulai reda dan ia akhirnya menjadi tenang.
"Sayang, aku mau membuat sarapan untukmu. Ini sudah hampir setengah enam pagi. Kamu mau sarapan apa?" tanya Riani.
"Aku biasanya pagi hanya minum segelas air putih, lalu setengah jam kemudian baru makan roti bakar dan secangkir kopi tanpa gula."
"Hanya itu?"
"Ya, sayang. Namun karena kamu sudah ada di sini, apapun yang akan kamu siapkan, aku akan mencoba memakannya." Jack mengecup pipi istrinya dan menghapus sisa air mata yang di pipinya.
Keduanya pun melangkah bersama ke dapur. Jack menunjukan bahan-bahan yang diperlukan, setelah itu, ia berolahraga sedikit di luar rumah dan Riani pun membuat sarapan. Ia memasak nasi, dan menyiapkan bumbu untuk membuat nasi goreng.
Jack sudah mengisi kulkas dengan berbagai jenis sayur dan bahan dapur lainnya.
Setelah selesai berolahraga, Jack pun segera ke kamar untuk bersiap ke tempat kerjanya.
"Baunya harum." ujar Jack yang sudah siap dengan baju kerjanya. Celana jeans, kemeja lengan panjang bermotif kotak-kotak berwarna biru dan jaket hitam.
"Aku membuat nasi goreng."
"Aku akan memakannya walaupun tak banyak karena sesungguhnya aku harus membiasakan perutku dengan nasi."
"Ok."
Keduanya duduk di meja makan saling berhadapan. Jack mencoba nasi goreng buatan Riani dan ia memuji masakan istrinya itu.
"Sayang, jika kau bosan, kau dapat jalan-jalan di sekitar sini. Aku pulangnya nanti sore. Kau ingin menitip sesuatu?" tanya Jack lalu mengambil tas ranselnya.
"Apakah ada toko bahan dapur di sekitar sini?"
Jack mengangguk. "Jaraknya agak jauh. Ada di pertigaan jalan masuk ke tempat ini. Dari sini lurus saja jalannya."
"Ok. Aku pasi akan menemukannya."
Jack membuka dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang poundsterling kepada Riani. "Apakah ini cukup?"
"Aku nggak tahu sayang. Namun aku pikir uang ini cukup." Kata Riani sambil menerima uang dari tangan Jack.
"Aku pasti akan terus memikirkan mu di tempat kerja."
Riani mencium pipi suaminya namun Jack membalas dengan mencium bibir istrinya.
"see you, honey." Jack melepaskan diri dari istrinya karena ia yakin akan segera menarik istrinya ke kamar jika tetap menciumnya.
Riani pun segera masuk ke dalam rumah dan membereskan meja makan lalu mencuci semua perapatan makan yang mereka gunakan. ia kemudian ke ruang tamu dan membersihkan ruangan itu walaupun sebenarnya ruangan itu masih sangat bersih. Lalu kemudian ia melihat kembali semua foto yang ada di sana. Riani tak menemukan apakah ada foto lain di sana selain foto Cassie dan Jack dan juga ada foto mereka bertiga yang sedang makan malam di Bali.
Apakah Jack tak lagi menyimpan foto mendiang istrinya? Sebenarnya aku nggak masalah jika foto isterinya ada di sini. Kan istrinya itu meninggal. Tak seperti Daniel yang meninggalkanku. Ih, kok aku memikirkan Daniel sih?
Selesai dengan pekerjaannya di ruang tamu, Riani langsung ke kamar untuk membereskan kamar itu. Namun ia terkejut melihat tempat tidur yang sudah rapi dan ada setangkai mawar merah di atas bantal yang Riani tiduri semalam.
"Suamiku sungguh romantis!" Ujar Riani. Ia mengambil hp nya lalu memotret dirinya yang sedang mencium bunga mawar itu. Ia pun mengirimkannya pada Jack. Ada dua tanda centang di sana namun Jack sepertinya belum membacanya. Riani segera ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sebelum akhirnya ia pergi ke toko. Ia ingin membuat kue coklat yang sangat disukai oleh Arma. Semoga bahan yang dibutuhkannya tersedia di toko itu.
Toko itu memang letaknya agak jauh. Namun Riani senang berjalan kaki karena ia bisa merasakan kalau ia sedikit berkeringat.
Sebuah mini market yang menjual kebutuhan pokok. Saat Riani masuk, beberapa pasang mata melihatnya dan langsung memberikan senyum termanis mereka.
Sambil menggunakan troli, Riani mencoba menyusuri isi toko itu. Ia menghitung setiap harga yang ada di bahan yang dipilihnya agar tak melebihi dari uang yang Jack berikan kepadanya.
Ternyata, setelah selesai belanja, uang yang Jack berikan masih tersisa cukup banyak. Riani keluar dari toko itu sambil membawa 2 kantong belanjaan.
Saat ia kembali berjalan pulang, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di sampingnya.
"Ayo naik!"
Riani menoleh dengan kaget. Seorang pria muda, mungkin usianya 20an membuka kaca mobilnya. Pemuda itu menggunakan pakaian seperti seorang polisi.
"Maaf. Anda siapa?"
"Saya petugas keamanan di desa. Ayo! Kamu istri tuan Jack Almond kan?"
"Iya."
"Jangan takut untuk masuk. Belanjaan mu banyak pasti akan sangat kelelahan untuk sampai di rumah."
"Tapi...."
Pemuda itu turun kaku segera mengambil belanjaan Riani. Ia kemudian membuka pintu mobil bagi Riani. Agak ragu akhirnya Riani pun masuk.
"Bagaimana menurutmu desa ini? oh ya namaku Bob."
"Aku Riani."
"Seluruh penduduk desa ini membicarakan Jack yang akhirnya menikah juga setelah sekian lama la menjadi duda."
Riani hanya tersenyum.
"Ternyata jodoh Jack adalah orang Indonesia. Pada hal dulu ia dekat dengan beberapa wanita cantik dan terkenal. Namun tak ada satupun yang berhasil dinikahinya. Namun semua penduduk desa ini mengatakan kalau dari semua gadis yang pernah dekat dengan Jack, kamulah yang paling cantik."
"Oh ya?" Riani merasa kalau Bob adalah tipe pria flamboyan.
"Begitulah yang dikatakan oleh orang-orang."
Mereka akhirnya tiba di depan rumah Jack. Bob membantu Riani menurunkan belanjaannya dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Wah, rumah ini sudah banyak berubah ya?"
Riani menatap Bob. "Maksudnya?"
"Dulu ruangan ini hanya biasa saja. Mungkin karena Jack jarang tidur di sini. Foto besar yang ada atas perapian pun sudah tak ada."
"Foto siapa?"
"Foto ibunya Cassie. Wanita pertama yang sangat dicintai Jack. Kisah cinta yang sangat unik karena mereka pacaran sejak kelas 6 SD. Sayangnya harus berakhir dengan tak menyenangkan." Bob menatap Riani. "Maaf ya, aku bukannya membuka masa lalu Jack. Aku pergi dulu ya?"
"Terima kasih." ujar Riani sebelum Bob menghilang dibalik pintu.
Riani entah mengapa menjadi penasaran dengan foto mamanya Cassie. Ia segera menuju ke gudang yang ada di ruang bawah tanah.
Saat Riani menyalahkan lampu di gudang itu, ia langsung mencari bingkai foto yang mungkin disimpan di sana. Dia akhirnya menemukan sebuah bingkai foto yang ditutupi kain putih. Saat Riani membuka penutup kain itu, ia sangat terkejut. Perlahan ia menggelengkan kepalanya karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
***************
Aduh foto siapakah itu?
Ayo tebak.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
gia nasgia
Mulai konflik
2024-03-28
1
Asti Sugiyo
apakah wajah mantan istri Jack mirip Riani ?
2022-08-19
0
gia gigin
jangan blang mommy Cessie yg di nikahi Daniel 🤔ternyata dunia sangat sempit 😅😅😅
2022-07-27
0