"Sayang, tadi di toko kue, aku ketemu dengan salah satu pemilik vila di sini. Namanya Clark."
Jack yang baru saja selesai ganti pakaian terkejut saat mendengar nama Clark.
"Clark Hudzon?"
"Aku nggak tahu nama belakangnya. Karena ia hanya mengatakan kalau namanya Clark."
"Pasti dia. Siapa lagi yang bernama Clark di sini." Jack berkata lirih. Ia kemudian menatap istrinya yang sedang menggosok handbody di tangannya. "Dia bilang apa saja?"
"Katanya dia pernah tinggal di Surabaya. Ia bahkan bisa berbahasa Indonesia dengan sangat fasih. Katanya ia rindu dengan makanan Indonesia. Besok ia akan ke toko Asia dan membelikan bahan-bahan makanan agar bisa ku masak. Boleh kan sayang?"
"Boleh. Dia adalah teman ku." Brengsek kau Clark! Apa maksudmu dengan mendekati istriku seperti ini? Umpat Jack dalam hati.
"Kenapa kau tak mengundangnya di perayaan ulang tahun mu?"
"Karena Clark adalah orang yang sangat sibuk, sayang. Aku cukup terkejut saat mendengar bahwa ia punya waktu untuk membelikan bahan makanan di toko Asia."
"Mungkin karena dia sudah kangen dengan masakan Indonesia."
Jack tersenyum simpul. Kau belum mengenal siapa Clark, sayang. Namun aku bersumpah, jika ia berani mendekatimu dengan maksud lain, aku tak akan segan-segan menghabisinya.
Riani sudah selesai dengan ritual malam. "Aku mau tidur. Rasanya ngantuk sekali."
Jack mendekati istrinya, memeluknya dengan sangat erat sambil mencium pundak Riani dengan sangat lembut. "Tidurlah. Aku masih ada pekerjaan sebentar di ruang kerja. Nanti 1 jam lagi aku tidur."
Riani mengangguk. Ia pun segera naik ke atas tempat tidur dan langsung bergelut manja di bawa selimut yang tebal. Jack mematikan lampu utama sebelum keluar kamar.
Sesampai di ruang kerjanya, Jack segera menghubungi Clark.
"Sudah ku duga pasti kau akan menghubungiku saat tahu kalau aku ingin datang ke rumahmu besok. Kau jahat, Jack. Menikah dengan wanita secantik itu tapi disembunyikan. Kau bahkan tidak mengundang aku." terdengar suara tawa Clark dari sana.
"Jauhi istriku, brengsek! Aku tak ingin kau ada di sekitarnya."
"Kau takut dia tertarik padaku seperti kisah di masa lalu?"
"Riani bukan wanita sembarangan!"
"Kalau begitu kau tak perlu takut jika aku dekat dengannya."
Jack langsung memutuskan sambungan telepon dengan kesal. Ia duduk di depan meja kerjanya sambil mengepalkan tangannya. Hatinya sakit mengingat apa yang pernah terjadi 14 tahun lalu. Kisah yang sebenarnya ingin sekali dilupakannya namun ternyata masih terus membayanginya.
Selesai Jack mengerjakan sesuatu dengan laptopnya, ia segera ke kamarnya. Di pandangannya Riani yang telah terlelap. Jack pun mengecup pipi istrinya itu, membuat Riani membuka matanya.
"Maaf kalau aku membangunkan mu." Ujar Jack sambil membelai pipi Riani.
Perempuan itu tersenyum. Ia kemudian menggeser posisi tidurnya yang memang ada di tengah lalu menarik tangan Jack dan meminta suaminya itu untuk ikut berbaring. Setelah itu Riani melingkarkan tangannya di lengan Jack dan menyandarkan pipinya di lengan kokoh itu lalu memejamkan matanya. Jack pun ikut memejamkan matanya. Entah mengapa, ia selalu merasa damai saat tidur dipeluk Riani seperti ini.
**************
Keesokan harinya, Riani kembali bekerja. Para pengunjung toko kue sepertinya bertambah banyak.
"Kau membawa hoki bagi toko kami. Dalam sejarah penjualan kue, baru kali ini masih jam 11 siang, kami sudah hampir kehabisan stok kue dan roti." ujar Elisa pada Riani.
"Benarkah? Kalau begitu ayo kita buat lagi." ujar Riani bersemangat.
"Memangnya kamu tahu membuat kue?" tanya John.
" Iya. Kue asal Indonesia. Kebetulan ibuku adalah orang yang biasa menerima pesanan kue dari orang-orang yang ada di kampung ku."
"Ayo kita ke dapur dan melihat kemampuanmu." ajak Elisa.
Selama 1 jam lebih, Riani mencoba membuat kue coklat sesuai dengan resep sederhana ibunya. Saat kue itu matang, dan Elisa mencobanya, ia langsung mengangguk setuju dan segera membawa kue itu pada suaminya dan akhirnya John pun setuju setelah merasakan kue itu. Jadilah kue itu di potong-potong. Awalnya pembeli agak ragu membelinya karena bentuknya yang sederhana. Namun saat John mengijinkan mereka mencobanya, mereka pun langsung membelinya.
Hari itu Riani membuat sepuluh bola kue coklat dan semuanya habis.
"Ini bonus untukmu!" kata Elisa saat jam 2 siang dan semua kue di toko kue itu sudah habis.
"Wah, terima kasih!" Riani sangat senang menerima uang itu.
"Besok, buatlah lagi kue coklat ini." ujar John.
"Baiklah. Jadi sekarang aku sudah boleh pulang?"
Elisa mengangguk. Riani pun segera membuka apronnya dan bersiap untuk pulang. Namun alangkah terkejutnya ia melihat mobil Clark sudah ada di sana.
"Clark?"
"Kau sudah pulang?" tanya Clark lalu turun dari mobilnya.
"Ya. Kue nya sudah habis."
"Wah, berarti kamu bisa ikut aku ke toko Asia untuk belanja. Rencananya aku datang ke sini untuk minta ijin sama tuan John dengan mengajakmu ke toko."
Riani menatap jam tangannya.
"Tenang Riani, kita akan kembali sebelum Jack pulang dari tempat kerja."
"Tapi aku telepon suamiku dulu ya?"
Riani pun mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Jack. Namun ponsel suaminya itu tak aktif. Riani pun mengirim pesan untuk memberitahukan bahwa ia pergi ke toko dengan Clark karena ia diijinkan pulang lebih cepat dari toko kue.
Sepanjang perjalanan menuju ke toko Asia, Clark menceritakan tentang kisahnya selama ada di Surabaya. Riani merasa senang karena bisa mengingat kembali kota kesayangannya itu.
Akhirnya setelah hampir 30 menit, mereka pun tiba di pusat perbelanjaan yang terdapat juga toko Asia.
"Apakah ini sudah masuk pusat kota Manchester?" tanya Riani saat mereka turun dari mobil.
"Belum. Masih sekitar 10 menit lagi baru kita tiba di pusat kota Manchester."
Riani pun memperhatikan pusat perbelanjaan ini. Banyak toko yang berjejer. Sampai akhirnya ia melihat sebuah gambar di depan sebuah toko yang menjual alat-alat olahraga. Gambar dari seorang pria yang memegang papan selancar. Riani merasa kalau pria itu mirip Jack. Lalu kemudian ia menggeleng sambil tersenyum. Apakah aku sudah merindukan suamiku itu sampai berpikir kalau semua gambar pria bule di sini mirip dengannya?
"Ada apa?" tanya Clark melihat Riani menggeleng kan kepalanya.
"Tidak." Riani berusaha tersenyum lalu mereka pun masuk ke dalam.
Riani langsung Senang melihat beberapa bahan makanan yang ada. Ia mengambil tahun tempe, beberapa rempah-rempah, mie instan rasa soto ayam, rasa bakso. Tak lupa Riani mengambil beras.
"Ada ikan asin?" Riani bersorak gembira.
Clark ikut tersenyum melihat bagaimana Riani begitu bergembira.
"Memangnya sudah berapa lama kau di sini sampai begitu senang nya melihat semua ini?" tanya Clark.
"Hampir 2 minggu."
"Baru 2 minggu dan sudah sekangen ini? Coba kamu bayangkan dengan aku yang sudah bertahun-tahun tak makan makanan Indonesia."
Riani menatap Clark. "Kamu harus pulang ke Indonesia dan gunakan waktumu di sana khusus wisata kuliner."
"Katakan saja padaku kalau kamu ingin pulang ke Surabaya. Aku akan ikut denganmu."
"Boleh."
Setelah selesai berbelanja dan sampai di kasir, Riani membuka dompetnya untuk membayar semua belanjaan yang ada. Namun Clark dengan cepat menyodorkan kartunya.
"Aku yang membayarnya karena pasti aku akan makan dengan sangat banyak." ujar Clark saat Riani memprotes karena Clark yang membayarkan belanjaannya.
Mereka pun kembali ke rumah. Dan alangkah terkejutnya Riani saat melihat kalau mobil Jack sudah terparkir di depan rumah. Pada hal saat ini baru jam 4 lewat 10 menit.
"Sayang, kau sudah pulang?" tanya Riani saat Jack yang membukakan pintu bagi mereka.
Jack dan Clark saling bertatapan dengan tajam. Namun saat Riani melihat mereka, Jack dan Clark secara bersamaan langsung tersenyum.
"Riani, aku bantu memasak ya?" ujar Clark dalam bahasa Indonesia membuat Jack kesal karena ia tak mengerti.
"Boleh." Riani pun menjawab dalam bahasa Indonesia.
Jack berusaha bersikap biasa walaupun pada kenyataannya ia ingin sekali mengusir Clark dari rumahnya.
"Sayang, tadi aku melihat salah satu gambar di toko peralatan olahraga. Aku merasa kalau pria dalam gambar itu agak mirip denganmu." Kata Riani saat ia mencuci sayuran dan Jack ikut membantunya.
"Suamimu itu memang agak mirip dengan bintang olahraga." ujar Clark membuat Jack melirik padanya dengan tatapan membunuh.
Rupanya hal itu dilihat oleh Riani. "Sayang, kok menatap Clark seperti itu?" tanya Riani. "Kalian kan sahabat baik."
Clark tersenyum mendengar perkataan Riani. "Sahabat, bolehkah kau mengambilkan anggur untukku?"
Jack menahan dongkol di hatinya namun ia harus melakukannya karena Riani ada diantara mereka. Jack merasa perlu berbicara secara pribadi dengan Clark agar pria itu tak mengusik ketenangannya bersama Riani.
**********
Selamat pagi......
selamat beraktivitas
Dukung terus kisah ini ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
gia nasgia
Clark paling bisa mempermainkan emosinya om bule, jadi ingat Ezekiel dgn Ben😂😂
2024-03-29
1
anisa f
riani jg blm mengenalmu jack 🤪
2023-07-30
1
Windha Winda
waaaah Ada bnyak rahasiah nih..
bgimna kreasi raina stlh mengetahui kbnaranya...
2023-01-27
1