Hanya dengan satu kalimat yang diucapkan oleh Ace, keduanya langsung terdiam di tempat. Meskipun kedua penjaga tampak mengenali suaranya, bentuk mungil Ace tidak langsung dikenali oleh mereka. Namun dengan satu kalimat yang keluar dari mulutnya, mereka langsung mengenali sosoknya.
Asta memiringkan kepalanya heran mengapa kedua penjaga ini seolah mengenali siapa Ace lebih jauh daripada dirinya. Namun kemudian, Asta teringat ucapan Ace bahwa sebenarnya ia jauh lebih tua ratusan tahun bahkan ribuan tahun.
Sebaliknya, penjaga tersebut juga terkejut melihat Ace bersama seorang bocah yang terlihat berusia sekitar 12 tahun. Awalnya, mereka mengira bocah ini adalah anak dari pemburu di desa pedalaman yang ditugaskan untuk menukarkan hasil buruannya ke kota, sedangkan Ace adalah anak serigala yang mereka yakini sebagai peliharaannya. Namun, Ace segera memperjelas semuanya. Kedua penjaga itu kemudian mencoba melihatnya dengan lebih teliti lagi untuk memastikan.
"Anda, Yang Mulia Kai-"
"Cukup! Sejak kapan kalian menjadi sangat cerewet?!" Potong Ace dengan cepat.
"Ahh, kami meminta maaf atas kesalahan kami!" Ujar mereka berdua dengan kompak.
"Setelah melihatku secara teliti baru kalian sadar? Atau kalian memang..." Ace tak melanjutkan kata-katanya, sembari memperlihatkan kuku-kuku tajamnya ke arah mereka berdua,"Lihatlah dengan jelas, bukankah giok milikku ini sangat indah," ucapnya.
Kedua penjaga itu tersentak bergidik ngeri sampai menelan ludah sendiri tanpa sadar. Buru-buru mereka pun membuka gerbang dan memberi jalan untuk Ace memasuki kota.
"Setelah melihat anda, mana mungkin kami berani. Ohh iya, Nak, jangan lupa membeli Giok Pikiran untuk membuat Giok Penanda milikmu nanti. Kau bisa membuat identitas sebagai seorang pengelana, namun begitu akan ada suatu pajak setiap kali kau memasuki kota," pesan salah satu penjaga pada Asta.
"Aku akan mengingatnya dan juga terima kasih atas bantuannya, Paman sekalian," ucapnya lalu berjalan memasuki kota.
Rombongan kereta pedagang yang baru saja tiba langsung naik pitam melihat penjaga memberikan perlakuan berbeda pada Ace. Mereka merasa tidak adil karena terkadang harus menunggu terlebih dahulu dan bahkan mengantri hanya untuk mendapatkan izin berdagang.
"Heii...!!! Kenapa kalian membiarkannya lewat begitu mudah?! Sedangkan kami yang sudah biasa keluar-masuk kota tetap harus mengikuti prosedur perizinan terlebih dahulu. Dimana keadilan untuk kami?!" seru salah seorang pedagang yang baru saja tiba itu.
Mendengarkan hal itu, para pedagang lainnya pun setuju dengan pendapatnya. Bagaimana bisa mereka membiarkan seorang anak pemburu lewat hanya karena masih muda, sedangkan mereka harus menaati prosedur perizinan yang terkadang memakan waktu lama. Selain itu, mereka juga harus membayar pajak setiap kali ingin memasuki kota.
"Benar! Apa hanya karena dia anak kecil makanya kalian membiarkannya masuk dengan gratis tanpa menunggu? Kalau begitu, besok lebih baik kami sewa anak kecil saja untuk berdagang!"
Satu persatu para pedagang itu memprotes tindakan yang dilakukan oleh kedua penjaga. Namun, kedua penjaga yang mulai geram menancapkan tombaknya ke tanah dengan keras, menghempas para pedagang tersebut dengan gelombang energi. Seketika, semuanya pun berhenti.
"Jika masih ada yang ingin komplain, aku akan memanggil tuan agar kembali kemari. Aku yakin kalian semua mengenal watak para penghuni Istana Dewata yang terkenal mudah tersinggung dan marah. Aku sangat yakin tuan itu akan dengan senang hati menerima segala komplain kalian," ujar sang penjaga.
Mendengar nama Istana Dewata, para pedagang langsung surut keberanian mereka. Mereka bersujud dan memohon ampunan kepada kedua penjaga supaya tidak memanggil tuan untuk mendengarkan keluh kesah mereka. Mereka sudah tahu nasib mereka akan seperti apa jika kedua penjaga itu memanggilnya.
"Tuan Penjaga, kami mohon ampun! Kami benar-benar sudah tak tahu malu memprotes pekerjaan para tuan sekalian. Tolong jangan panggil kembali tuan itu. Biarkan tuan itu melanjutkan aktivitasnya di dalam kota," satu persatu dari mereka pun mulai meminta maaf serta memohon kepadanya.
"Cukup! Sekarang bangun dan berbaris seperti biasanya. Kita akan memulai pendataan masing-masing dari kalian untuk menyiapkan surat perizinan terlebih dahulu!" Ucap salah seorang penjaga.
"Sebelum itu, kami juga akan memperkenalkan kebijakan baru untuk memudahkan para pedagang yang ingin keluar-masuk kota ke depannya," ucap yang satunya mulai menjelaskan kebijakan baru yang memudahkan mereka untuk kedepannya.
Setelah mendengarkan dengan seksama kebijakan baru itu, para pedagang pun bersorak-sorai gembira. Kebijakan baru ini membuat mereka tak lagi perlu mengantri untuk memasuki kota jika mereka membayar untuk sebuah status selama 6 bulan sekali.
---
Setelah memasuki kota, fokus pandangan Asta sepanjang jalan adalah bangunan-bangunan besar dan megah. Orang-orang yang berlalu-lalang serta para pedagang memenuhi kota, beriringan sepanjang jalan. Banyak hal yang tidak bisa ia temukan saat berada di desa, yang kini terpampang dengan jelas di Kota Api Suci ini.
"Kita akan berpisah di sini. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan terlebih dahulu, dan kau pergilah cari sebuah bangunan yang memiliki papan nama Toko Permata Hewan Ghaib Zao. Setelah itu, kau masuklah dan tunggu sampai aku datang," pesan Ace sebelum pergi, meninggalkan Asta sendirian dengan Flares, gurunya yang kini hanya berupa arwah. Asta pun mulai berjalan menyusuri kota tersebut, mencari bangunan yang dimaksud.
"Guru, menurutmu apa tidak apa-apa meninggalkan anak kecil berusia 10 tahun sepertiku di tempat sebesar ini? Bagaimana kalau aku tersesat?" Tanya Asta pada gurunya, sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Untuk apa kau takut. Di sini ada gurumu yang akan menjaga dan mengasihimu sepanjang masa," ujarnya.
Asta hanya menatap gurunya malas, sambil mengingat kembali kenangan saat berlatih dengannya. "Lupakan saja. Lagipula, muridmu ini mandiri," ucapnya sambil terus berjalan.
Beberapa saat kemudian, hal yang baru Asta sadari adalah sebagian besar dari para pengunjung yang berlalu-lalang merupakan kultivator. Meskipun kebanyakan dari mereka menyembunyikan senjatanya, namun Asta bisa merasakan dari aura yang mereka pancarkan sepanjang jalan.
Setengah jam pun berlalu, akhirnya Asta menemukan toko yang dimaksud oleh Ace. "Sepertinya ini toko yang Ace maksud," gumamnya setelah membaca papan nama di atasnya.
"Gurumu ini mencium bau sesuatu. Ayo cepat masuk dan beli sesuatu, Asta," ujarnya penuh semangat.
Toko Hewan Ghaib Zao ini benar-benar ramai akan pengunjung. Bukan hanya Asta yang berkunjung, ada banyak orang lainnya yang juga datang untuk sekadar melihat ataupun melakukan transaksi jual-beli di toko tersebut.
Seorang bocah dengan penampilan seperti 12 tahun menarik perhatian para pengunjung, mereka tersenyum kecil melihatnya sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya dan mengabaikannya. Di setiap kelompok orang, ada pelayan toko yang siap sedia di samping mereka.
"Guru, apa-apaan senyuman itu?" Tanya Asta heran.
"Hiraukan saja mereka. Kau ini hanyalah bocah yang terlihat berusia 12 tahun, jadi mereka menertawakanmu karena mengira kau salah alamat. Lagipula, ini adalah toko hewan ghaib, bukan tempat yang umumnya anak-anak kunjungi. Jadi, hiraukan saja perlakuan mereka dan fokus pada tujuanmu," ujarnya untuk menenangkan Asta.
"Tapi Guru, aku ini masih 10 tahun," ucapnya lagi.
"Itu usiamu, bukan bentuk tubuhmu. Kau pikir ada anak 10 tahun dengan fisik dan tinggi badan sepertimu? Karena fisikmu ini, kau terlihat lebih tua dari usia aslimu," jelas Flares, menjelaskan perbedaan antara usia fisik dan usia sebenarnya. Asta pun mengangguk mengerti.
Saat ia mulai berjalan untuk melihat-lihat, salah seorang gadis pelayan mendekatinya, "Tuan muda, apakah ada sesuatu yang bisa kubantu untukmu?" Tanya pelayan itu, mengejutkannya.
Asta pun menoleh untuk melihat siapa orang yang berbicara kepadanya. Gadis pelayan itu tersenyum ramah padanya, "Emm... Maaf Kakak, untuk saat ini sepertinya belum ada," balas Asta sambil tersenyum.
"Kenapa kau tersenyum malu-malu seperti itu? Lagipula dia seorang pelayan wajar kalau dia memberimu senyum," ujar Flares menggodanya.
"Diam Guru! Aku tahu hal itu," jawabnya.
"Tuan muda sepertinya sedang mencari Permata Hewan untuk dijadikan Hewan Roh Sementara kan? Biar kutebak anda akan naik tingkat sebentar lagi. Jika Tuan Muda kebingungan untuk memilih, aku bisa merekomendasikan Permata Hewan Ghaib yang cocok untuk dijadikan kekuatan sementara bagi Tuan Muda. Anda telah datang ke tempat yang tepat untuk membeli Permata Hewan, karena toko kami adalah toko terbaik di kota ini dalam hal Permata Hewan," jelas si pelayan.
Karena sebelumya Ace berpesan supaya ia menunggunya, Asta pun mau tidak mau harus menunggunya.
"Sepertinya tidak perlu. Aku kemari karena mendapat rekomendasi dari temanku, jadi aku berniat untuk menunggunya terlebih dahulu," ucapnya beralasan.
"Baiklah kalau begitu. Tuan muda bisa lihat-lihat terlebih dahulu koleksi toko kami. Jika nanti tuan muda tertarik untuk membeli sesuatu, Anda bisa memanggilku lagi," Gadis itu pun mengangguk. Setelah itu ia pun permisi undur diri dan pergi menyambut tamu yang lainnya.
"Guru, apa maksud dari kata-kata pelayan itu soal Permata Hewan untuk Hewan Roh Sementara?" Tanya Asta.
"Ya, itu jawabannya. Menggunakan Permata Hewan untuk mendapatkan Hewan Roh Sementara tanpa melakukan Kontrak Perjanjian Roh untuk mendapatkan kekuatan Hewan Ghaib. Namun perlu diingat, Hewan Roh yang didapatkan dari Permata Hewan tidak hidup, dan kekuatan dari Pelepasan Roh Hewannya hanya sekuat dengan peringkat akhir dari Hewan Ghaib tersebut sebelum mati. Berbeda dengan Hewan Roh yang masih hidup, selama Hewan Roh naik tingkat, maka kekuatan dari Pelepasan Roh Hewannya pun akan ikut meningkat. Dan lagi, menyerap Permata Hewan untuk dijadikan Hewan Roh tidak begitu mudah karena kau harus berhadapan dengan sisa-sisa kesadarannya terlebih dahulu sebelum kau menguasai kemampuannya," jelas Flares panjang lebar.
Setelah itu, Asta membiarkan rasa penasarannya membawanya berkeliling toko, melihat-lihat koleksi yang ada. Berbagai macam koleksi seperti tanduk, cakar, duri, tulang, gigi, permata hewan, dan lainnya tersedia di toko tersebut.
"Asta, lihatlah ke belakang. Pria tua itu sepertinya memperhatikan kita sejak tadi," ujar Flares memberitahunya.
Benar seperti yang dikatakan gurunya, tak jauh darinya seorang pria paruh baya tengah memandanginya sedari tadi. Merasa dirinya sudah ketahuan, Asta pun berjalan mendekat.
"Tuan muda, sepertinya sedang mencari sesuatu. Apakah kau butuh bantuan?" Tanya pria paruh baya tersebut sambil tersenyum ramah.
Rupanya pria itu merupakan salah seorang bagian dari toko ini, hal itu bisa ia lihat dari lencana yang pria tersebut gunakan, yang sama persis dengan lencana gadis pelayan sebelumnya, hanya saja miliknya sedikit berbeda.
"Apakah anda juga salah satu pelayan di tempat ini? Sebetulnya tujuanku kemari bukan untuk membeli, melainkan untuk menjual sesuatu. Seorang teman merekomendasikan tempat ini padaku, bisakah aku bertemu dengan pemilik toko untuk membicarakan mengenai hal itu?" ujarnya, yang sudah tak sabar menunggu kedatangan Ace.
"Asta, apa yang kau katakan?!" Ucap Flares terkejut.
"Ace terlalu lama dan aku juga terlalu bosan berlama-lama di sini. Jika aku bisa menjualnya sendiri, untuk apa menunggunya," ucapnya membela diri.
"Baiklah kalau begitu, ayo cepat jual dan dapatkan uang. Setelah itu, mari kita berbelanja," ujarnya yang malah ikut senang.
Pria paruh baya itu pun tersenyum ramah, "Tentu. Mari ikut saya menemui sang pemilik toko," ucapnya. Pria paruh baya itu kemudian memanggil seorang gadis pelayan sebelumnya dan membisikkan sesuatu padanya.
Bersama dengannya, Asta pun berjalan menuju sebuah ruangan pribadi dengan empat tempat duduk dan satu meja besar di tengahnya. Pria itu pun mempersilahkannya untuk duduk.
Asta pun menuruti dan duduk di atas sofa yang sangat empuk dan wangi itu. Sedangkan Flares merasa aneh dengan pria paruh baya tersebut, namun ia sendiri tak mampu menebak apa yang mencurigakan. Bukannya pergi memanggil pemilik toko yang dimaksud pria paruh baya itu, malah ia ikut duduk berhadapan dengannya.
Sampai akhirnya, Asta pun tak dapat menahan rasa penasarannya lagi,"Apakah sebenarnya Anda adalah pemilik toko ini?" Tanya Asta sambil tersenyum canggung.
"Siapa anak muda ini? Kenapa rasanya seperti tak asing. Darimana anak jenius ini datang? Aku benar-benar tak dapat mengidentifikasinya hanya dari pakaiannya. Hanya sekte besar yang memiliki murid jenius seperti ini," batin Manager Zao, Zaoritsu Riqu.
Akan sangat malu baginya jika seseorang yang dihadapannya itu adalah pemilik toko ini sendiri. Karena sebelumnya ia telah salah mengira kalau ia adalah pelayan toko.
Benar saja, pria paruh baya itu pun tersenyum ramah, "Nama paman ini Zaoritsu Riqu, namun orang-orang sekitar biasa memanggilku dengan sebutan Manager Zao. Sebelumnya kulihat anda sangat menikmati sekali kenyamanan fasilitas toko kami, jadi rasanya agak tidak sopan kalau paman ini mengganggu anda," ucapnya lemah lembut.
"Ahh..! Paman, aku benar-benar minta maaf. Penampilan anda benar-benar sangat sederhana, jadi aku tidak tahu," ucap Asta terkejut langsung meminta maaf.
Mendengar nama Zaoritsu Riqu langsung memberikan Flares suatu kenangan masa lalu. Pantas saja ia merasakan suatu perasaan yang aneh tapi akrab sejak tadi.
"Santai saja. Kebanyakan para pengunjung baru memang seperti anda, jadi tak perlu dipikirkan," ucapnya lagi.
"Sekali lagi aku minta maaf, Paman. Namaku Asta Raiken, paman cukup memanggilku Asta," ujar Asta memperkenalkan diri. Manager Zao mengangkat kedua alisnya terkejut sesaat mendengar namanya. Ia merasa seolah pernah mendengarnya, tapi entah di mana.
Di tengah-tengah obrolan mereka, terdengar bunyi ketukan pintu. Gadis pelayan sebelumnya datang memasuki ruangan dengan membawa dua gelas teh di atas nampan. Ia pun meletakkannya di atas meja.
Sesaat setelah sang gadis mengangkat penutup pada gelasnya, tercium aroma wangi harum yang khas mengudara dari gelas tersebut. Selesai dengan urusannya, ia pun kembali pamit untuk menyambut tamu yang datang.
"Guru, ini teh apa? Kenapa wanginya harum sekali?" tanya Asta penasaran.
"Nampaknya Manager Zao ini menganggap tinggi dirimu, yang padahal hanya seorang bocah. Itu adalah ramuan herbal yang terbuat dari Teh Galaksi," jelas Flares.
Melihat keterkejutannya, Manager Zao pun berinisiatif untuk menjelaskan khasiatnya secara gamblang,"Rupanya kau tak mengetahuinya ya, Asta. Teh ini namanya Teh Pemurni Pikiran, terbuat dari salah satu tanaman obat herbal berkhasiat tinggi, yakni Teh Galaksi. Khasiatnya sendiri untuk menjernihkan pikiran dan sangat berguna bagi mereka yang tengah berlatih Kontrol Dasar," jelas Manager mengenai khasiat teh tersebut.
Setelah mendengar penjelasan itu, Asta pun mengangguk mengerti. Asta sedikit merasa canggung setelah tahu bahwa teh tersebut bukanlah barang murah, namun Manager Zao menggunakannya untuk menyambutnya.
"Silahkan diminum terlebih dahulu tehnya. Setelah itu, kita bicarakan mengenai bisnis yang ingin kita lakukan," ucap Manager mempersilahkannya.
Asta pun langsung meminum teh tersebut dan benar saja khasiatnya benar-benar ampuh. Ia merasa sesulit apapun halangannya, jika ia meminum teh tersebut, pasti ia bisa menemukan jalan keluarnya dengan cepat.
"Jadi, bisakah sekarang kita membicarakan soal bisnis kita?" Tanya Manager Zao setelah melihat Asta selesai meminum tehnya.
Tanpa basa-basi lagi, Asta langsung mengeluarkan bangkai Singa Singa Bulu Biru peringkat 4 dari cincinnya. Sang Manager pun terkejut bukan main, sampai-sampai berdiri dari tempat duduknya.
"Ini! Bangkai Singa Bulu Biru yang dalam keadaan utuh! Hewan ini sangat langka dan susah sekali untuk diburu. Biasanya mereka akan menggunakan darah mereka untuk meningkatkan kekuatan secara paksa hingga membakar tubuh mereka sendiri. Karena itu pula bangkai Singa ini bukanlah hal yang mudah didapatkan," ujar Manager Zao.
Hal yang sangat membuatnya terkejut bukan hanya Asta berhasil menangkapnya, tapi tingkat keutuhan bangkai tersebut. Karena jika dijual ke pelelangan para Master Boneka, pasti akan memperebutkannya mati-matian. Manager Zao tak menyesal menyediakan Teh Pemurni Pikiran untuk menyambutnya.
"Sepertinya aku mendapatkan keuntungan besar kali ini," gumam Manager dalam hati.
"Lalu bagaimana kita akan melakukan pertukaran untuk ini?" Tanya Manager Zao, tak sabar untuk segera mendapatkan Singa tersebut.
"Jangan ceroboh, Asta. Pertimbangkan kelangkaan serta keutuhannya untuk menentukan harga. Bocah ini sangat pandai menipu dan mencari keuntungan," pesan Flares, agar ia berhati-hati menentukan harga.
"Bocah? Manager Zao terlihat lebih tua dari ayahku, apanya yang bocah?" timpal Asta.
"Memang begitu, tapi aku lebih tua lagi darinya ratusan tahun," jawabnya singkat.
Sebenarnya, Flares sudah tahu harga yang pas untuk bangkai tersebut, namun ia hanya ingin menguji bagaimana muridnya menentukan harga untuk Singa Bulu Biru, sesuatu yang memiliki nilai langka.
Dari riset yang telah Asta lakukan dengan harga bagian tubuh hewan ghaib yang mencapai puluhan ribu keping emas, Asta hendak menjawabnya dengan angka ratusan ribu keping emas.
"Aku ingin menjualnya dengan harga tiga ra.."
"Dasar bocah nakal! Sudah kubilang untuk menungguku, kenapa kau malah keras kepala! Lagipula siapa yang memberimu izin untuk menjualnya..?!" Teriak Ace dari luar ruangan, datang mendobrak pintu, memotong ucapannya.
Manager Zao yang saat itu dalam keadaan membelakangi pintu, tak tahu siapa yang tiba-tiba datang dengan gaduh tersebut. Asta hanya terkekeh melihatnya datang penuh emosi.
"Bocah Nakal! Bukankah sudah kubilang untuk menungguku! Jika saja aku telat sedikit saja, pasti sudah ditipu oleh pedagang licik ini!" seru Ace menegurnya.
Mendengar namanya di buruk, Manager Zao pun tak tinggal diam, "Sebutkan asal serta posisi di tempatmu berada. Jika tidak, jangan salahkan aku jika membunuhmu sekarang juga. Sudah merusak, menjelekkan namaku pula. Apa kau sudah bosan hidup?!" Ucap Manager Zao pelan, namun sembari melepaskan aura siap bertarungnya.
Mendengar hal itu, Ace tersenyum kesal dan langsung menimpa aura yang menyelimuti ruangan tersebut dengan aura miliknya. Manager Zao langsung terjatuh, memuntahkan darah.
"Coba katakan sekali lagi! Sepertinya aku melewatkan sesuatu untuk didengar!" ucap Ace sambil mendelik tajam ke arahnya.
Setelah merasakan secara langsung aura miliknya, Manager Zao pun langsung tahu siapa orang yang ia singgung tersebut. Dengan bersusah payah, ia pun berbalik dan meminta maaf padanya.
"Pantas saja aku merasa mengenalnya, ternyata ini putra Ketua Sekte," jerit Manager dalam hati.
Dengan santai, Ace langsung menarik kembali auranya untuk membiarkannya berdiri, "Mendapatkan maaf dariku tentu saja tidak gratis. Berikan padaku Taring Siluman Merah, maka aku akan membiarkanmu kali ini," ucapnya pelan.
Mendengar permintaan itu, Manager Zao pun langsung terbatuk-batuk. Serigala tersebut sepertinya memang tak berniat melepasnya dengan mudah.
"Tenang saja, sebagai pertukarannya, aku akan memberikan bangkai singa ini, dan juga aku ingin tambahan dua ratus ribu keping emas, tidak lebih dan tidak kurang," ujarnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments