"Perhatian untuk para pembaca terhormat! Ceritaku ini, sedang dalam fase Revisi.
Jika kalian tak menemukan kalimat ini di awal chapter, dimohon untuk tidak meneruskan. Karena itu artinya, Chapter tersebut masih belum direvisi dan berantakan isinya.
Sekian dan terima kasih."
-snjy_3
---
Helio duduk memandangi Asta sambil tersenyum lalu bertanya, "Jadi, hal penting apa yang membawamu kemari?" Ucapnya.
"Jelasnya, aku berkeinginan meninggalkan desa setelah menerobos Ranah Ahli. Aku merasa, peningkatanku semakin melambat. Aku ingin mencari pengalaman dari pertarungan serius secara langsung," jelas Asta sambil tersenyum tipis.
Mereka berdua sangat terkejut mendengarnya. Entah Helio ataupun Kenshin, mereka sama-sama tak pernah menduganya.
Helio menggaruk rambutnya yang tak gatal, "Bagaimana mungkin? Esensi Roh yang kau miliki adalah Roh Dewa. Seharusnya tidak akan ada masalah untukmu," ucapnya heran.
Helio dilema, antara mengizinkannya pergi atau tidak. Terlepas dari bahaya lainnya, yang membuatnya khawatir justru ucapan Asta sendiri. Ucapannya membuatnya berspekulasi, bahwa Asta ingin mencari masalah di luar sana.
Asta menggambar lingkaran di tanah sambil berkata, "Kultivasiku memang baik-baik saja. Masalahnya peningkatan kemampuan bertarungku," ucapnya menjelaskan.
Helio menghembuskan nafas berat lalu berkata, "Paman tak berniat untuk menghalangi. Namun saat ini, keadaan dunia luar sedang kacau. Ada banyak pertumpahan darah yang sedang terjadi," ucapnya sambil memegang pundak Asta.
"Dengar, hanya di sini tempat teraman untuk saat ini. Kau bisa berlatih bersama Kenshin. Jika perlu, Paman akan menjadi lawanmu dalam bertukar serangan," tambahnya berusaha membujuk Asta agar mengurungkan niatnya.
Asta memasang senyum cerah, wajahnya tampak antusias dan bersemangat. "Justru, ini adalah kesempatan yang aku cari. Kalau memang benar, maka ada lebih banyak orang yang membutuhkan pertolongan. Aku harus pergi dan membantu mereka," ucapnya sambil tersenyum.
Helio semakin dilema, melihat senyuman percaya diri Asta. Dia tahu, melarangnya pun sia-sia. Tatapannya menjelaskan tekadnya yang sudah bulat. Asta pasti akan pergi meninggalkan desa, bagaimana pun caranya.
"Selain itu, Paman yang paling tahu tujuan awalku untuk berkultivasi. Aku begini untuk mencari keberadaan ayah dan ibu. Sekaligus, membantu mereka yang membutuhkan bantuan," tambahnya, membuat Helio terlihat semakin putus asa.
Asta menundukkan kepalanya, tangannya memainkan kayu, "Paman, kau tidak berniat menghalangiku, kan...?" Ucapnya.
Helio menghembuskan nafasnya panjang, lalu menjawab, "Sekalipun Paman melarang, apa kau akan menurut?" Ucapnya menyerah untuk membujuk Asta.
Asta tersenyum kecil ke arahnya. Apa yang Helio katakan memang benar. Sekalipun dia melarangnya, Asta akan tetap pergi. Karena, tujuan Asta mengunjungi kediaman Helio bukan untuk meminta izin. Melainkan, untuk berpamitan.
"Tapi ingat pesan Paman, desa ini akan selalu menjadi tanah kelahiranmu. Jika kau lelah, kembalilah. Kami menunggumu," pesan Helio sambil menepuk pundaknya.
Asta menganggukkan kepala sambil tersenyum senang, "Tentu saja," jawabnya.
Helio menarik nafas panjang. Ada sesuatu hal yang masih harus dia katakan, "Sebelum kau pergi, ini adalah pelajaran terakhir yang bisa Paman berikan," ucapnya.
Asta mengangkat kedua alisnya lalu bertanya, "Apa itu?" Tanya Asta.
"Ini tentang Hewan Roh. Jika kau bisa mendapatkannya, ada banyak hal dan keuntungan yang bisa didapatkan. Kau memerlukan Hewan Ghaib dan mendapat persetujuan mereka. Setelah itu, buatlah Kontrak Perjanjian Roh dengannya," jelas Helio.
Asta menganggukkan kepalanya mengerti. Walaupun sebenarnya, Asta sudah mengetahui semuanya dari Gurunya.
---
Hewan Roh adalah istilah penyebutan yang merujuk pada Hewan Ghaib yang sudah terikat Kontrak Perjanjian Roh. Sedangkan Hewan Ghaib, adalah hewan yang melewati proses evolusi. Dalam hal kekuatan maupun kecerdasan.
Hewan Ghaib mempunyai tingkat kekuatan, yang dibagi menjadi 11 tingkat. Sama halnya dengan tingkat Ranah Kultivasi.
Sedangkan istilah Kontrak Perjanjian Roh, adalah metode untuk mengikat Hewan Ghaib menjadikannya sebagai Hewan Roh. Kontrak Perjanjian Roh, membuat keduanya memperoleh kekuatan satu sama lain. Kontrak Perjanjian Roh dapat terwujud, apabila keduanya saling setuju akan perjanjian yang tertulis.
Kontrak Perjanjian Roh tak bisa dilanggar, sampai tujuan berhasil dicapai. Begitupun dengan Kontrak Perjanjian Roh seumur hidup. Jika salah satunya meninggal, maka yang hidup mendapatkan Hukuman Surgawi. Hukuman Surgawi tersebut, berupa penahanan di Ranah Kultivasi. Membuatnya tak bisa menerobos ke Ranah selanjutnya.
---
"Sebagaimana kau tahu, Hewan Ghaib adalah makhluk yang keras kepala dan arogan. Mereka hanya akan bersedia, jika kau mampu mendapatkan pengakuannya. Namun, sepertinya kau dapat menjalin perjanjian dengan Ace. Perlu kau ketahui, dia bukan serigala biasa," ucap Helio memberitahunya.
Asta hanya tersenyum kecil, matanya melihat ke arah Ace yang sedang tertidur. Wajahnya tampak tenang dan damai.
Melihat ekspresinya, Kenshin pun menebak, "Kau berniat menjadikan Ace sebagai Hewan Rohmu...?" Tanya Kenshin pada Asta.
Asta tersenyum mengiyakan, "Meski begitu, Ace yang akan menentukan. Jika dia tertarik, aku akan menjadikannya Hewan Rohku. Namun jika tidak, Ace bebas memilih untuk kembali hidup di hutan." Asta tahu betapa kuatnya Ace saat mereka bertarung. Asta sama sekali tak berniat memaksakan kehendaknya, apalagi pada serigala putih kecil tersebut.
"Baiklah. Syukurlah kalau begitu," Helio menghela nafas lega.
Asta hendak bangkit untuk berpamitan. Namun, Kenshin menarik tangannya agar kembali duduk.
"Asta! Mau pergi kemana kau?! Jangan-jangan kau lupa dengan perkataanmu 3 tahun yang lalu," ucapnya, sambil menahan tangannya agar tak pergi. Perasaan Kenshin menggebu-gebu tak sabar menantangnya.
"Mana mungkin aku melupakannya? Aku hanya ingin meregangkan otot badanku," jawab Asta beralasan sambil meregangkan tubuh.
Selama ini, Kenshin masih bertanya-tanya dengan yang Asta katakan tiga tahun lalu. Apa itu hanya bualan semata, atau Asta benar-benar serius. Dia tak yakin, Asta mampu mematahkan serangannya dengan gerakan sederhana.
Kenshin berdiri sambil tersenyum dan berkata, "Kuharap, kali ini kau tak mengelak seperti biasanya," ucap Kenshin sambil tersenyum menantang.
Selama tiga tahun ini, Asta selalu menghindarinya. Setiap kali mereka bertemu, Kenshin selalu mencoba menantangnya, namun Asta selalu menolaknya dengan alasan bahwa dia masih belum cukup kuat untuk dapat mengalahkannya. Hal itu, justru membuat Kenshin semakin kesal dan tak sabar.
"Aku menantangmu berduel. Buktikan ucapanmu, patahkan seranganku dalam gerakan sederhana. Kau harus melakukannya seperti perkataanmu tiga tahun yang lalu," tambahnya sambil menyodorkan tangan.
Asta meraih tangannya sambil tersenyum dan berkata, "Aku terima tantanganmu," balasnya penuh percaya diri.
Helio begitu antusias melihat semangat yang mereka berdua tunjukkan. "Baiklah. Di sini, Paman akan menjadi wasit untuk duel kalian berdua," ucapnya.
Kenshin menarik tangannya kembali sambil bertanya, "Apa kau yakin? Atau mungkin kau membutuhkan sesuatu?" Tanya Kenshin sambil tersenyum meremehkan.
Asta menggelengkan kepalanya sambil membalas tersenyum dan menjawab, "Aku hanya perlu menggunakan tangan dan kakiku," ucapnya sambil memperlihatkan pukulannya.
"Siapa tahu kau butuh pelindung," ucap Kenshin sambil berbalik arah mengambil pedang.
Kenshin datang dengan sebilah pedang ditangannya. Ekspresi wajahnya, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi. Asta hanya tersenyum kecil melihatnya.
Mereka mengatur jarak dan kuda-kuda satu sama lain. Setelah dirasa siap, Helio pun berkata, "Pertarungan dimulai!" Ujarnya memulai duel mereka berdua.
Kenshin menarik pedangnya cepat, dia melakukan dorongan kuat melalui kakinya. Membuatnya melesat dengan cepat, meluncurkan serangan tebasan pertama. Kenshin begitu bersemangat akan duel tersebut.
"Seni Surgawi Rendah Emas! Tebasan Jiwa!" Ujar Kenshin, menyuarakan jurusnya yang digunakannya. Tekhnik yang memberikan dorongan di kaki, sehingga dapat melakukan tebasan kejutan.
Asta yang sudah mengenal tekhniknya, langsung bisa menghindarinya dengan mudah. Pertarungan pertama mereka berdua, memberinya pemahaman akan cara kerja dari jurus ini. Perasaannya sedikit lega bisa mengimbangi serangan Kenshin.
-
"Latihan panjangku bersama Ace, membuatku dapat melihat serangannya dengan lebih jelas. Kenshin jauh lebih lambat dari Ace, yang kecepatannya bagaikan kilat. Walau demikian, berkatnya juga aku dapat menyaingi Kenshin sekarang," gumam Asta di dalam hati. Matanya berkonsentrasi penuh, memperhatikan arah gerakan dan serangan dari Kenshin.
---
Kenshin merapatkan giginya. Sorot matanya berubah serius. Kenshin terkejut, tebasannya begitu mudah dihindari oleh Asta. Namun, Kenshin tak berhenti disitu. Kenshin menarik pedangnya lagi, mengayunkannya dengan begitu cepat. Memberikan serangan yang bertubi-tubi dan kuat. Hanya saja, Asta masih bisa menghindarinya dengan mudah. Keduanya, mulai merasakan sensasi jantung berdebar dan darah bergejolak.
"Apa kau tak mempunyai jurus yang lain? Kau tak bisa mengalahkanku hanya dengan ini, Kenshin!" Ucap Asta sambil tersenyum. Walaupun sebenarnya, jantungnya berdebar kencang.
Kenshin merasa tertantang mendengar ucapannya. Darahnya bergejolak panas. Andrenalinnya terpacu untuk mengeluarkan semua kemampuannya.
Kenshin menarik pedangnya sambil berkata, "Aku masih belum menggunakan semua kemampuanku. Ini baru pemanasan, Asta!" Ujarnya sambil melancarkan serangan. Darahnya bergejolak panas.
Asta tersenyum tipis. Dia mempersiapkan diri untuk serangan berikutnya.
Kenshin menarik pedangnya. Dia memutarkan pedangnya, lalu mengubah pola serangnya. Kali ini, Kenshin berfokus memberikan serangan menusuk daripada menebas.
Asta membuka matanya lebar. Namun, dia masih bisa tenang menghadapinya. Ketenangannya membantunya memprediksi arah serangan.
Disisi lain, Helio yang menjadi wasit untuk duel mereka mulai khawatir. Setiap kali Kenshin menghunuskan pedangnya, jantungnya berdebar kencang. Helio ingin sekali menghentikan duelnya. Namun, Asta memberinya kode agar tak perlu mengkhawatirkannya. Asta tampak yakin akan akan kemampuannya.
Duel pun terus berlanjut, dengan pola serangan Kenshin yang semakin beragam. Asta semakin terpojok, dia mulai kesulitan membaca arah serangannya. Otot-otot ditubuhnya mengencang, kepanikan perlahan-lahan mulai muncul di pikirannya.
Kenshin mengerutkan dahi. Dia tersenyum sinis sambil berkata, "Aih... Apa kau sudah menyerah? Cepat, buktikan ucapanmu tiga tahun yang lalu. Patahkan seranganku ini dengan gerakan sederhana," ucapnya menantang, masih sambil mengayunkan pedangnya. Darahnya masih bergejolak panas, semangatnya kian membara di setiap ayunan pedang.
Asta tak memperdulikan ucapannya. Asta tengah berkonsentrasi memahami serangannya. Detak jantungnya yang berdebar kencang, sedikit mengganggu konsentrasinya.
Kenshin melompat mundur sambil menghela nafas ringan. "Membosankan. Apa kau hanya membual? Kalau kau benar-benar serius dengan perkataanmu, coba hindari ini," ucapnya sambil menarik pedangnya kebelakang.
"Seni Surgawi Menengah Hitam! Tusukan Pembunuh!" Ucapnya pelan namun terdengar jelas. Tekhnik ini bekerja, dengan cara meluncur sembari menusukkan pedang. Tekhnik ini dipengaruhi oleh kelincahan dan sangat berakibat fatal. Jika sampai terkena jurusnya, seseorang akan merasakan sensasi jantung ditusuk pedang sebanyak 7 kali. Tekhnik ini sangat berbahaya dan mampu membunuh siapapun dalam sekali serang, jika digunakan oleh seseorang yang sangat hebat.
Hanya dalam waktu sesingkat itu, Asta hanya bisa mengadu jurusnya. Tak ada waktu ataupun kesempatan untuk menghindar.
"Seni Surgawi Rendah Emas! Pukulan Peremuk Raga!" Ucap Asta pelan namun sangat jelas. Aura panas tercipta disekitar kepalan tangannya. Akhirnya, Asta memutuskan untuk memakai seni surgawi pemberian Helio. Tekhnik bertarung yang meningkatkan daya serang dan penghancur, pada setiap pukulan sebanyak dua kali lipat. Semakin kuat dasar pukulan, maka semakin besar kekuatan yang dapat Asta kerahkan pada setiap pukulannya.
Jantung Helio berdebar kencang. Helio sudah tak sempat untuk menghentikan mereka berdua. Dalam satu tarikan nafas, Kenshin meluncur maju dengan pedangnya. Diikuti Asta, yang menyambutnya dengan serangan penuh tinjunya.
"Booommm!!" Bunyi adu serang yang tercipta di sekitar.
Pedang yang digunakan oleh Kenshin terlihat retak dari ujung hingga gagangnya. Jantung seakan berhenti sejenak saat dia melihat keadaan pedangnya.
"Praaanng!" Pedangnya hancur berkeping-keping. Dikalahkan oleh tinju Asta yang sangat kuat.
Dengan satu pukulan berkekuatan penuh, Asta mematahkan serangannya dan memukul dada kiri Kenshin, membuat Kenshin terpental ke belakang, terbatuk-batuk, dan memegangi dadanya.
Asta sangat panik saat pukulannya hampir mengenai dada Kenshin. Beruntung dia sempat menghilangkan jurus penguatan tinjunya. Sehingga Kenshin tak mengalami cidera, ataupun luka dalam, yang disebabkan pukulannya.
Ekspresi wajahnya tampak kaget dan tak percaya. Tanpa pedang, Kenshin tak dapat melanjutkan pertarungan. "Aku menyerah!" Ucapnya sambil menghela nafas berat. Dia masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Badannya seketika lemas tak berdaya.
Meski telah mendapat kemenangan telak, Asta terlihat tak puas dengan hasilnya. "Ada apa dengan kepalamu?! Apa kau berniat membunuhku dengan jurus yang tadi?!" Ucapnya kesal, sambil berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.
Kenshin mengerutkan keningnya terkejut lalu balas berkata, "Hah?!! Apa yang kau katakan? Jelas-jelas kau yang hampir membunuhku tadi. Apa kau sedang mengejekku, hah?!" Bantah Kenshin sambil berusaha bangkit.
"Sudah. Jangan diteruskan. Kalian beristirahatlah sejenak," kata Helio sambil menenangkan mereka berdua. Helio akhirnya bernafas lega. Duel pertarungan tersebut, sempat membuat jantungnya berdebar tak karuan.
Helio menawarkan air pada mereka berdua, sambil berkata, "Paman masih memiliki urusan yang harus dikerjakan. Jika ada hal lain yang kau perlukan, katakan itu pada Kenshin," ucapnya pada Asta. Setelah itu, Helio pun pergi dan tak terlihat lagi.
Mereka saling menuangkan air ke gelas secara bergantian. Setelah meminum air dan menaruh gelas kembali, Asta tertawa terbahak-bahak.
"Apa yang kau tertawakan, brengsek?!" Ucap Kenshin kesal saat melihatnya tertawa.
Asta mempraktekan ekspresi wajah Kenshin, lalu tertawa dan berkata, "Itu lucu bagiku saat menatap ekspresi wajahmu," ucapnya, lalu kembali tertawa.
Kenshin mendengus kesal mengabaikan. Barulah, setelah Asta selesai tertawa, Kenshin bertanya, "Sebenarnya, ada apa dengan isi kepalamu?" Ucap Kenshin, sambil menunjuk kepalanya sendiri.
"Ayahku sudah dengan jelas mengatakan semuanya. Kondisi dunia luar saat ini, sangat kacau. Ada banyak pertempuran terjadi, antara kultivator jahat dan baik. Lalu kau, masih ingin meninggalkan desa?"
Asta memegang dagunya, berpikir sejenak. Setelah itu, dia mendekat membisikkan sesuatu, "Ada banyak wanita cantik di luar sana. Sebagai lelaki sejati, aku perlu membuktikan kejantananku. Tidak sepertimu, pandangan hidupku sangat jelas," bisiknya bercanda. Asta kembali ke tempat duduknya.
Kenshin tersenyum sinis, matanya menatap Asta penuh pertanyaan. Dia pun berkata, "Jadi, bagaimana dengan Moegi, gadis cantik dan manis itu? Apa rencanamu selanjutnya? Benarkah kau akan meninggalkannya? Kau benar-benar brengsek. Bisa-bisanya kau mengintipnya saat mandi. Lalu setelah itu, kau tak berniat tanggung jawab?" Ujar Kenshin sambil tersenyum sinis.
Raut wajah Asta langsung berubah masam. Tatapan matanya berubah tajam, mendengarnya menyebut sosok gadis bernama Moegi. "Aku tidak menyukai gadis tukang pukul itu. Juga, aku tak pernah mengintipnya. Saat itu, aku sedang berusaha menangkap rusa buruanku yang lari. Aku bahkan tak menyadarinya, ataupun sekedar melihat ke arah air terjun. Setelah itu, aku hanya mendengar teriakan Moegi yang berkata, kalau aku mengintipnya. Ini semua salah paham," elak Asta sambil menceritakan kronologinya.
"Lalu apa bedanya? Kau tetap melewatinya saat itu," ucap Kenshin lalu tertawa.
Asta mendengus kesal sambil beranjak bangkit. "Ace, ayo kita pulang!" Ucapnya membangunkan Ace yang sedang tertidur.
Kenshin tertawa terbahak-bahak melihatnya kesal. Asta pun pergi meninggalkannya sendirian, yang masih tertawa di halaman belakang rumahnya.
---
Asta berjalan memasuki rumahnya. Matanya mencari keberadaan busur dan anak panah. Asta hendak melampiaskan rasa bosannya dengan pergi berburu di hutan. Mengisi persediaan dagingnya yang tinggal sedikit.
Asta menyusuri jalan desa yang tampak ramai. Setiap orang terlihat sibuk dengan pekerjaannya.
Perkataan Kenshin sebelumnya masih terngiang jelas di pikirannya. "Brengsek! Apa-apaan ucapannya itu!" Gerutu Asta kesal. Tangannya bergerak mengacak rambutnya frustasi.
Flares muncul dari dalam kalung yang Asta kenakan, dia berkata, "Apa yang Kenshin ucapkan itu benar. Kita harus menundanya beberapa tahun lagi. Kau harus tetap di sini untuk menikahi gadis itu, Asta," ucapnya sambil tertawa kecil.
"Cukup, Guru! Aku masih belum cukup usia untuk menikah!" Bantah Asta sambil melirik ke arah Flares.
Flares tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Sosok roh pria berambut panjang ini memang menyebalkan. Meskipun dia juga yang telah mengajari Asta selama ini.
Mereka pun sampai di hutan. Hutan terasa tenang dan damai. Burung-burung berkicau, bunyi riak air sungai, dan angin sepoi-sepoi yang berhembus, membuat semuanya terasa tentram.
Asta melebarkan pandangannya ke segala penjuru. Matanya mencari keberadaan hewan buruan. Tapi sayang, satu hewan pun tak terlihat.
Asta tak menyerah begitu saja, dia berjalan menyusuri hutan lebih jauh. Berharap ada seekor rusa atau kambing hutan, yang bisa dia tangkap.
Asta menghela nafas panjang sambil bergumam, "Kemana rusa dan kambing yang biasanya kulihat di sini? Rasa-rasanya, hutan sepi sekali hari ini," gumamnya gelisah. Asta mengacak rambutnya resah.
Flares tiba-tiba tertawa sambil memegangi perutnya. Asta menoleh dengan heran melihat perilakunya.
"Guru, apa ini lucu? Kita kehabisan daging di rumah," ucap Asta dengan tatapan masam. Batinnya merasa janggal dengan Flares yang tiba-tiba tertawa.
Flares kemudian berkata, "Mustahil untuk menemukan seekor hewan dalam radius ratusan meter. Ace melebarkan pelepasan area auranya. Jadi, tidak mungkin mereka berani menunjukkan diri," ucapnya sambil tertawa.
Ace melakukannya untuk menakuti hewan buas agar tak mendekat. Auranya semacam peringatan bahaya bagi hewan ghaib sekalipun.
"Guru pikir kita kemari untuk berlatih," tambahnya lalu tertawa.
Asta menoleh ke arahnya, Ace membuang mukanya ke arah lain sambil berkata, "Sepertinya aku mencium seekor rusa di sana," ucapnya mengalihkan pembicaraan. Ace menarik kembali perluasan auranya.
Asta bangkit dari tempat duduknya sambil berkata, “Baiklah. Mari kita pergi ke sana sekarang!” ucapnya penuh semangat.
Mereka berlari dengan Ace yang memimpin jalan. Setelah beberapa ratus meter kemudian, seekor rusa pun terlihat. Asta memasangkan anak panahnya. Membidiknya dengan sangat hati-hati.
Jantung Asta berdetak lebih lambat dan tenang. Suasana hutan yang terasa damai, gemerisik daun yang bertabrakan, serta bunyi gemericik air membantunya lebih rileks.
“Aihh! Kupikir siapa?” ucap seorang gadis membuyarkan konsentrasinya.
Asta terkejut, mendengar suara seseorang memanggilnya. Bidikannya meleset dan hanya mengenai kaki kanan sang rusa. Rusa itu bergegas melarikan diri secepat mungkin, setelah tahu ada seseorang yang membidiknya.
Tanpa pikir panjang, Asta langsung melesat dengan cepat meninggalkan tempatnya sambil berteriak, "Ace! Aku mengandalkanmu untuk menangkapnya!" Teriaknya pada Ace yang telah lebih dulu meninggalkannya.
Asta berlari ke arah lain. Batinnya merasakan kehadiran yang mengancam keselamatannya. Detak jantungnya seketika berdebar kencang.
"Cepat! Cepat! Calon istri galak sudah datang! Ayo, lari!" teriak Flares sambil tertawa. Namun hanya Asta yang dapat mendengarnya.
Sosok gadis yang saat ini mengagetkan Asta merupakan Asila Moegi. Sosok gadis yang sangat ditakuti oleh Asta saat ini.
---
Ada alasan dibalik semua ini. Semuanya dimulai dua tahun yang lalu, saat itu Asta sedang berburu seekor rusa. Pada saat itu, Asta berlari melewati area air terjun saat mengejar hewan buruannya.
Asta tak pernah menduga bahwa saat itu Moegi sedang mandi di sana. Asta memang tak menyadarinya sama sekali ataupun melihatnya. Namun tiba-tiba saja Moegi pun berteriak, bahwa Asta tengah mengintipnya.
Meskipun sebenarnya Asta tak benar-benar melakukannya. Moegi selalu bersikeras dengan apa yang terjadi. Sejak kejadian itu, setiap pertemuan yang terjadi diantara mereka berdua, Asta selalu berakhir dengan mendapatkan pukulannya.
---
Moegi tersenyum sinis, tangannya refleks mengambil batang pohon di sampingnya. Moegi melempar batang pohon terserah ke arah kaki Asta. Asta pun tersungkur ke tanah.
-
"Rupanya hari ini benar-benar hari kesialanku!" batinnya menggerutu. Asta pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya setelah ini.
---
Moegi lalu berdiri menghampirinya. Wajahnya tampak bersinar cerah dan berseri-seri. Tangannya meraih kaki kiri Asta, lalu menarik dan melemparkannya ke arah pohon di sebelahnya. Bunyi gemuruh mengusir sekelompok burung hingga meninggalkan pohon tersebut.
Asta merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Moegi benar-benar melemparkannya dengan kuat. Punggungnya terasa sakit dan sulit bergerak.
Asta benar-benar pasrah, melihat Moegi yang berjalan ke arahnya. Moegi lalu duduk dengan santai di atas perutnya.
Moegi menatapnya matanya selama beberapa saat, lalu bertanya, "Apa kau berniat meninggalkanku?" Ucapnya sambil menatap lekat mata Asta.
"Bukankah, dulu kau berjanji takkan pernah meninggalkanku?" Ucapnya lagi bertanya.
Asta menelan ludahnya sendiri, bulu kuduknya bergidik ngeri. "Apa maksudmu? Aku tak mengerti sama sekali," jawab Asta sambil berusaha menggelengkan kepala.
Moegi mengarahkan jari telunjuknya ke mulut Asta, sambil berkata, "Tak perlu mengelak. Aku sudah mendengar semuanya dari Kenshin," ucapnya sambil mendekatkan wajahnya.
Saat wajah mereka berdua sangat dekat, jantung Asta berdegup sangat kencang. Wajahnya perlahan tampak memerah.
Moegi tak bisa menahan tawa melihat ekspresi wajahnya. Moegi menjauhkan wajahnya lalu berdiri. Dia tak bisa menahan tawanya lagi.
Melihat kesempatan itu, Asta buru-buru bangkit dan melarikan diri. Seketika raut wajah Moegi langsung berubah kesal.
Dengan secepat kilat, Asta melarikan diri mencari tempat persembunyian. Sebisa mungkin Asta berusaha agar lepas dari cengkraman tangan Moegi saat ini. Batinnya terus menjerit, seakan-akan memintanya agar menghindarinya sebisa mungkin untuk saat ini. Firasatnya benar-benar buruk saat menatapnya langsung.
"Asta! Dasar bajingan! Kau takkan pernah bisa lepas dariku!" Teriak Moegi dari kejauhan. Mengikuti kemana Asta berlari. Suaranya terdengar seperti menyimpan dendam. Langkah kakinya sangat berat dan tangannya mengepal kuat.
Asta berkeringat dingin merasakan amarah dari teriakannya. Andrenalinnya terpacu. Asta benar-benar berlari dengan panik saat ini.
---
"Rindu ini, masih menggebu-gebu. Tapi, perutku mulas. Aku harus terburu-buru,"
-snjy_3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
masih lanjut baca thor👍
2023-05-26
0
PujaKelana
Jangan lupa comment ya
2022-06-09
0